18.

4.9K 318 4
                                    

Happy Reading Allᥫ᭡🙌
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
C

uaca cerah menyambut pagi. dengan diiringi angin sejuk yang terus berhembus meniupkan udara yang begitu segar untuk dihirup. kicauan burung seakan ikut menyapa pagi yang cerah.

Arz mengerjapkan matanya pelan saat merasakan sinar matahari pagi yang mengintip dari celah jendela mengenai sebagian wajahnya, seakan-akan menyuruhnya untuk memulai pagi.

tubuh dengan balutan baju tidur putih berbahan satin itu bergerak duduk menyender di penyangga kasur. mengumpulkan energinya sebelum benar-benar bangun.

ingatan tentang apa yang terjadi tadi malam perlahan memasuki otaknya. bagaimana cara sang ayah Aaron menciumnya dengan begitu kasar dan menuntut. serta tatapan yang menurutnya tidak biasa.

Arz bangun dari duduknya dan berjalan kearah toilet untuk membersihkan diri.
setelah selesai dengan mandi dan berpakaian, Arz berjalan kearah kaca yang ada pada dekat lemari bajunya.

disitu. ia bisa melihat tanda yang sang ayah tinggalkan tadi malam. beberapa ruam merah tercetak jelas di kulit leher putihnya. Arz menghala nafasnya pelan saat tangannya terulur mengelus tanda itu perlahan.

kata terakhir yang ia dengar tadi malam masih tersimpan jelas dikepalanya.

' 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨.'

mengingat kata-kata yang Aaron lontarkan tadi malam membuat Arz mengeluarkan tatapan datarnya.

"memuakkan."

Arz berdesis pelan dan mengehala nafasnya kasar. setelahnya ia keluar dari kamar untuk sarapan bersama keluarganya.

**

Tristan sedang duduk disofa ruang tamu sembari tangan kekarnya memegang tab berlogo apel yang tergigit setengah dengan santai. terlihat ada beberapa kertas dan proposal yang sepertinya sangat penting diatas meja bundar yang berada didepannya.

saat sedang mengecek beberapa kertas proposal, Tristan mendengar suara seseorang turun tangga dari lantai atas. kepalanya menoleh pelan kearah sumber suara,

dan senyum tipisnya seketika terukir saat melihat 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘵𝘢-𝘯𝘺𝘢 lah yang ternyata baru turun dari lantai atas.

oh lihatlah...tubuh ramping nan indah itu memakai balutan kemeja putih lengan panjang dan celana kantor panjang berwarna hitam. entah hanya di pandangan Tristan atau apa, tapi setiap melihat Arz memakai pakaian seperti itu saja sudah mampu membuatnya terpana.

apalagi rambut hitam dan tatapan datar yang keluar dari mata bersafir emas itu, sungguh menarik.

"Arz," panggil Tristan dengan  suara serak dan dalamnya.

**

Arz baru saja ingin berjalan kearah dapur sebelum suara Tristan memanggilnya. pemilik mata bersafir emas itu menoleh kearah Tristan dan mengangkat satu alisnya seakan bertanya, apa?.

Tristan terkekeh kecil
"come here. " ucapnya lagi sembari menyuruh Arz mendekat.

Arz mengehela nafasnya kasar dan menghampiri Tristan.setslh sudah dekat,Arz berniat duduk dikursi sebelah Tristan namun, belum sempat dirinya duduk di sofa sebelah, Tristan sudah lebih dulu menepuk paha-nya seakan memerintah Arz untuk duduk dipangkuan-nya.

Arz memutar matanya malas sebelum akhirnya duduk dipangkuan si sulung dengan posisi saling berhadapan.

Tristan membenarkan letak posisi duduk Arz dipangkuan-nya agar Arz nyaman. tangan yang tadinya memegang tab kerja kini berganti mengelus rambut hitam legam yang selalu harum dan lembut milik Arzhel. satu tangannya lagi merengkuh pinggang Arzhel dengan erat sesekali mengelusnya pelan.

"ingin makan apa hm? " suara serak milik Tristan terdengar begitu jelas ditelinga Arzhel.

Arz mengerutkan alisnya pelan,

"hanya berdua?, Ayah dan Chris? " tanya Arz sembari menatap Tristan dengan pandangan bertanya.

bukannya bagaimana. tapi biasanya jika makan dengan anggota keluarga yang lengkap, Tristan tidak menanyakan tentang makanan apa yang Arz inginkan karena semua makanan favoritnya sudah tersedia dengan lengkap diatas meja.
berbalik jika Aaron dan Chris sedang ada urusan. Arz makan hanya berdua dengan Tristan, dan Tristan akan selalu menanyakan makanan apa yang Arz inginkan. karena Tristan tau, jika Arz bisa saja bosan dengan makanan favoritnya dan menginginkan makanan lain.

*

"Ayah dan Chris sudah berangkat lebih awal tadi, urusan kantor. " Tristan menjawab sembari memandangi wajah tampan dan cantik Arz yang berjarak cukup dekat dengan dirinya.

Arz menganggukkan kepalanya mengerti,
"aku ingin daging Kobe wagyu." Arz berucap sembari menatap balik Tristan yang sedaritadi memandangi nya.

Tristan tersenyum kecil dan mengelus rahang ptih Arz dengan lembut,
"Sure." Tristan menganggukkan kepalanya pelan,

































Thankyouuuuu🌷
Next chapter here>>>>>>>>
Vote>komen>adalah bentuk dukungan kalian untuk cerita ini!!!
enjoy all~~

MONSTERWhere stories live. Discover now