04.

9.1K 475 7
                                    

Arzhel memandang datar pemandangan dimana Aaron memandanginya dengan intens dan dengan jarak yang sangat dekat karena Aaron mengukung menguncinya di dinding ruang tamu mansion yang sedang sepi,

"Aku tau kau masih mengharapkan 'mereka' untuk kembali, Arz. "

Arzhel semakin mendatarkan tatapannya disaat Aaron berujar sembari menatap tepat kearah bibir tipisnya.
perlahan, tangannya mengepal, ia tau sosok didepannya ini begitu 'Terobsesi' kepadanya, sama seperti yang lainnya, lagi dan lagi karena perasaan menjijikkan itu ditunjukkan kepadanya,

"dan, sekarang apa yang akan kau lalukan, Ayah? "

Aaron Dexter Maximilian, berumur 35 tahun dengan wajah yang masih terlihat sangat tampan bahkan jauh dari kata tua, dengan tinggi 190cm, bertubuh atletis dan rambutnya yang berwarna hitam pekat, dia adalah Ayahnya.

Aaron terkekeh berat dan tangannya tergerak menangkup rahang tegas Arzhel yang sama tegasnya dengan rahang yang ia miliki,

"Kau tumbuh sangat cepat, 𝘔𝘺 𝘱𝘳𝘦𝘤𝘪𝘰𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘦."

[Transl: 𝘔𝘺 𝘱𝘳𝘦𝘤𝘪𝘰𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘦
            : 𝘖𝘣𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢.]

**

Arzhel memalingkan wajahnya ketika Aaron mendekatkan diri, dan disusul dengan rengkuhan di pinggangnya,

"kau terlalu berharga, putraku.
'Mereka' hanyalah sampah, yang tiba-tiba masuk menganggu dunia putra kecilku ini, "

Aaron memeluk Arzhel dengan erat  disertai cengkraman halus yang ia berikan pada pinggang Arzhel yang terasa sangat pas di tangan besar nya,

"Kau salah, ayah. mereka juga bagian dari kit- "

belum sempat Arzhel mengakhiri ucapannya, sudah lebih dulu dibungkam oleh tangan Aaron yang menutup bibirnya,

Aaron mendekatkan bibirnya pada telinga Arz, dan membisikkan hal yang tidak pernah sekalipun Arz ingin dengar selama ia hidup.

"Mereka bukan bagian dari kita, sayang,

Kau hanya milik kami, obat dari segala sakit yang hanya milik keluarga Dexter. "

tangan Arzhel mengepal sempurna ketika lagi dan lagi kata-kata itu kembali terdengar dengan penuh tekanan, dan obsesi yang kuat.

perlahan namun pasti, kepalan itu terbuka, dan sekarang tangannya terulur membalas pelukan sang ayah, Aaron. dengan erat, dan mata tertutup Arz berkata lirih dalam pelukan itu,

"Ayah, Arz hanya ingin ayah yang dulu."

pelukannya pada Aaron semakin erat, dan secara tak sadar air mata perlahan turun dari mata berwarna emas yang biasanya menguraikan kedataran, hati nya terasa sesak mengingat semua kenangan dan janji yang dulunya bukan sebuah kemustahilan untuk terjadi kini mustahil dan hanya mimpi untuk bisa terwujud.

sedangkan Aaron, hatinya sedikit tersentil mendengar suara putra bungsunya yang lirih dan penuh keputus-asaan. Tapi ingat, hanya SEDIKIT.

tangan besarnya merengkuh dan membalas pelukan sang putra kesayangan nya, dengan tak kalah erat.

perlakuan itu sedikit menumbuhkan harapan kecil di hati Arz, sebelum sang ayah menjawab dengan sekaligus menghacurkan segala harapan yang tumbuh,

"Ayah tidak pernah berubah, son. tapi dunia, dan takdir yang mengaturnya. Ayah, hanyalah ayah dari yang dulu. "

Arzhel tertawa keras dalam hatinya, ia sudah benar-benar berada di lingkup kematian yang dibuat oleh keluarganya sendiri, ia sudah benar-benar terkurung dalam sangkar emas keluarganya,

siapapun tolong Arz untuk tidak berteriak seberapa frustasinya dia dengan segala perlakuan dan kasih sayang yang tak wajar dari keluarganya sendiri,

"𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘰𝘩𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯."
ucap Arz dalam hati,










Nyatanya ia memang sudah terjebak dalam permainan yang keluarganya buat, dan Arz ragu untuk bisa keluar dari ini semua.























































                             Thankyouuuu 🪐
                         Next Chapter here>>>

Vote> komen> adalah bentuk dukungan kalian untuk cerita ini!!
I hope you enjoy this story, 🌷

MONSTERWhere stories live. Discover now