Seven - Api dan Api

129 22 4
                                    

bwaa bertemu lagi

hehe

Happy reading!!!

*****

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh banyak orang, apalagi Sambara. Pertemuan yang sangat dinantikan akhirnya kini terlaksana. Kafe Samora kembali menjadi tempat pertemuan mereka. Entahlah, dua CEO ini benar-benar aneh. Daripada membiarkan sesuatu yang penting di kantor, mereka lebih memilih untuk membicarakannya di sebuah kafe. Perlu diketahui, bahwa CEO dari dua agensi besar ini ternyata adalah sahabat. Mereka berlagak seperti pesaing di depan kamera, padahal kafe Samora ini menjadi saksi betapa dekatnya mereka.

Sera datang terlebih dahulu bersama dengan Axel. Suasana di sekitar kafe terlihat lebih sepi dari biasanya. Bahkan hanya beberapa orang yang berlalu lalang. Meski begitu, baik Sera maupun Axel tidak bisa menganggapnya remeh. Dalam suasana sepi seperti ini pun, tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada beberapa kamera yang sedang memantau mereka di balik persembunyiannya.

"Kenapa ya, pak Danu lebih suka ngobrolin apapun di tempat ini? Kayak kita nggak punya kantor aja, deh."

Tadi selama perjalanan, Sera tidak henti-hentinya membicarakan pak Danu yang memilih tempat ini sebagai pertemuan penting. Hanya tidak masuk akal saja menurut Sera. Mereka punya gedung agensi yang besar, punya lebih banyak tempat private yang bisa digunakan, tapi kenapa selalu tempat ini yang dipilih?

"Kayak nggak tau beliau aja, Ser. Pak Danu kan emang udah bestie banget sama tempat ini. Kita kalau butuh dan diminta buat nyari aja udah pasti beliau ada di sini."

"Tapi kayak aneh aja. Setiap kali mau bicarakan hal penting atau nggak juga ujung-ujungnya di sini tempatnya."

Sesaat kemudian Sera menutup mulutnya terkejut. Dia menoleh menatap Axel yang kini menatapnya bingung.

"Apa jangan-jangan ada gebetannya di sini? Wahh, sangat di luar prediksi BMKG!!" tebaknya ngawur.

"Yang ada otak lo tuh yang di luar prediksi!! Ada ada aja pikiran lo."

Sera menggaruk alisnya, "Yaa, siapa yang tau coba. Bisa jadi emang tebakan gue bener," ucapnya yang masih ngeyel.

Axel menghela napas jengah. Sedikit merasa pusing karena baik Sera maupun Pak Danu sebenarnya sama saja. Sama-sama aneh!!

"Udah udah, mending kita cepat keluar. Kayaknya pak Danu udah nungguin kita di dalam."

*****

Selain Axel, ternyata dibelahan daerah bagian lain, Amer juga sama pusingnya. Menatap malas ke arah Sambara yang sibuk merapikan penampilan tanpa sadar bahwa waktu terus berjalan.

"Lo sampai kapan mau benerin rambut terus, Sam? Lo nggak lihat sekarang udah jam berapa? Yang ada lo malah nggak jadi di rekrut jadi pemain kalau kita telat hari ini!!"

Mendengar itu akhirnya Sambara berhenti dari aktivitas jamet nya. Mau sebanyak apapun dia merapikan penampilan juga semua orang pasti akan mengakui kalau dirinya sangat tampan. Bahkan meski dengan pakaian gembel juga tidak akan memudarkan pesonanya.

"Pak Raon udah menghubungi?"

"Udah dari tadi!!"

"Kenapa nggak ngasih tau?"

"Lah?? Dipikir gue dari tadi nyerocos sampe berbusa lagi ngapain? Paduan suara?!"

"Biasa aja, nggak usah pakai emosi."

"LO YANG BIKIN EMOSI BANGSAT!!"

Habis sudah kesabaran Amer hari ini. Tidak lagi peduli dengan pekerjaannya, Sambara benar-benar menguras emosinya.

Menghindari serangan Amer yang sewaktu-waktu bisa meledak lagi, Sambara akhirnya memutuskan untuk segera pergi keluar.

Mereka berangkat dengan mobil pribadi milik Sambara. Tanpa membawa supir, Sambara lebih merasa bebas jika hanya bersama dengan Amer. Bukan apa-apa, tapi terkadang jika dia pergi bersama supir, membuatnya seperti dikandang oleh agensi. Meski Sambara sadar bahwa dirinya harus dikawal, tapi dia merasa semuanya sangat berlebihan. Membawa bodyguard sama dengan menarik fans yang nantinya ada di tempat yang sama.

Dalam perjalanan, Sambara sudah membayangkan tentang pertemuannya dengan Sera. Seperti seorang fans yang akan bertemu dengan idolanya, seperti itu juga perasaan Sambara saat ini.

Selain itu, setelah sekian lama tidak berakting, membuat Sambara bersemangat untuk menyambut project barunya. Sesekali saat dia membuka akun Twitter, dia banyak menemukan komentar dari fans yang berharap dia kembali tampil di layar lebar. Terkadang, Sambara merasa seperti mimpi. Setelah satu tahun dia melawan ketakutan, kekhawatiran, lelah, yang semuanya menjadi satu, akhirnya sekarang dia bisa kembali memunculkan diri. Ada rasa bangga yang muncul dalam diri Sambara karena telah berhasil melewati semuanya.

"Menurut lo, apa yang akan mereka katakan ketika tau lo main film lagi? Terlebih lo nantinya akan dipasangkan dengan Seraphina." Suara Amer membuyarkan lamunan Sambara.

"Senang? Bangga? Atau..."

Sambara menatap lurus ke depan. Memperhatikan kendaraan yang melaju mendahului mereka karena Amer mengendarai dengan kecepatan sedang.

"Gue juga nggak tau."

Ya, jawaban itu adalah yang sebenarnya terjadi. Entahlah, Sambara juga tidak begitu yakin dengan reaksi fansnya nanti.

"Lo jadi aktor bukan lagi sebagai pendatang baru. Lo tau gimana fans lo, dan lo juga tau dengan semua konsekuensi dari setiap hal yang lo lakuin."

Pembicaraan menuju pertemuan itu, terdengar sangat serius. Yang awalnya tidak terpikirkan, kini mulai memenuhi pikiran mereka.

"Sera bukan idol biasa, Sam. Project ini adalah debut pertama kali dia sebagai aktris. Sama seperti lo, project ini juga sebagai pembuka setelah dia hiatus. Lo bisa bayangin se kangen apa fans dia buat nungguin idol nya balik lagi kan?"

Sambara tentu sangat paham dengan maksud dari ucapan Amer. Tanpa menjelaskan dengan panjang lebar, tentu Sambara bisa mengerti dengan mudah maksud di balik kalimat serius manajernya ini.

"Fans lo dan Anogi itu ibarat api dan api. Ini adalah satu fakta yang harus lo ingat."

*****

api dan api. fyi, visual yang aku pakai di cerita ini adalah Taehyung dan Jennie (bisa dilihat dari cover yang ku pakai). Nah, berdasarkan dari visual yang aku pakai, kalian pasti udah tau maksudnya kan? but, aku nggak ada maksud untuk membuat sesuatu yang mengarah ke pertengkaran. jadi, mari kita nikmati cerita ini dengan santai.

btw, udah pada nyate belum nih??

Public FigureWhere stories live. Discover now