Three - Satu langkah menuju hal buruk?

182 25 3
                                    

kembali bertemu dengan ku :3

*****

Happy reading!!!

*****

Sebuah kafe mewah bernama Kafe Samora yang terletak di pusat ibu kota, menjadi tujuan Sera dan Axel. Mereka bersiap untuk turun dari mobil setelah sampai di parkiran. Sebelum Sera mengarahkan diri untuk keluar, Axel lebih dulu mencegahnya.

"Pakai masker, Ser. Di luar banyak orang yang kenal sama lo."

Ya, di luar sangat banyak orang yang keluar masuk. Sebagian besar dari mereka pasti mengenal Sera. Terlebih lagi, Axel sering melihat para remaja yang menggunakan berbagai atribut yang berhubungan dengan Sera. Seperti casing hp, gantungan kunci, kaos, atau bahkan wallpaper handphone yang sempat terlihat.

Sera sempat merutuki atasannya karena memilih untuk melakukan pertemuan di tempat umum. Sangat mustahil untuk Sera bisa berkeliaran bebas tanpa rasa takut. Terlebih lagi, rumor tentang dirinya sudah banyak tersebar beberapa hari ini.

Setelah memastikan dirinya aman, Sera akhirnya keluar dari mobil. Sedikit terkejut karena tubuhnya tanpa sengaja menyenggol seseorang yang sedang berlari. Membuat beberapa kaleng minuman soda yang perempuan itu bawa jatuh ke tanah.

"Maaf, maaf, gue nggak sengaja," ucap Sera sembari membantu mengambil kaleng minum yang berserakan.

Karena posisi yang menunduk, tanpa sadar perempuan di depannya menatap Sera curiga. Hal itu membuat Axel buru-buru mengenakan masker yang dia bawa dan segera menghampiri mereka.

"Biar gue aja."

Meski sedikit bingung, Sera akhirnya melangkah mundur karena Axel tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Menghalangi pandangan perempuan bermasker tadi yang masih berusaha mencari tau sesuatu dari Sera.

"Ini ya, kak. Sekali lagi maaf karena kecerobohan teman saya."

Setelah mengatakan itu, Axel membawa Sera untuk masuk ke dalam. Dia baru saja mendapat pesan dari sang CEO yang katanya sudah menunggu di dalam.

Sedangkan perempuan tadi masih diam di tempatnya. Dengan tangan yang memegang sekantong plastik berisi beberapa botol minuman soda, dia membuka masker yang sedari tadi menutupi wajah. Sedetik kemudian dia mengambil handphone di saku celananya. Membuka kamera, lalu memotret Sera dan Axel yang mulai hilang dari jangkauan. Merasa berhasil mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, perempuan tersebut tersenyum lebar.

"Tugas pertama selesai."

Pada dasarnya, bukan hanya Sera yang sebenarnya di kenal oleh banyak orang. Axel, selaku manajer dan sahabat Sera juga sudah seringkali tersorot kamera. Hanya mengenakan masker saja seperti tadi, tentu tidak membuat orang sulit untuk mengenalinya.

*****

"Pak Raon dimana?"

"Beliau sedang ada pertemuan penting, Sam. Kita nggak bisa ganggu gitu aja."

Sambara berdecak kesal. Mengambil handphone miliknya, lalu mencari sebuah kontak yang akan dia hubungi. Sedangkan Amer yang melihatnya hanya bisa diam. Membiarkan apa yang sedang Sambara lakukan tanpa mengganggunya.

"Halo," ucap Sambara membuat Amer menoleh namun sesaat kemudian kembali mengalihkan pandangannya.

"Saya ingin bicara sesuatu yang penting sekarang."

Lima detik berlalu.

Sepuluh detik berlalu.

Amer menatap Sambara karena tidak ada suara lagi. Ingin mengajukan pertanyaan, namun suara Sambara membuat dia mengurungkan niatnya.

"Saya ke sana."

Setelah sambungan telepon terputus, Sambara segera meraih kunci mobil yang terletak di samping tangan Amer dan berlalu pergi. Membuat Amer mengerjapkan mata kaget, lalu segera berlari menyusul.

"Lo mau kemana, buset?!"

Brak.

Pintu mobil ditutup bersamaan dengan Amer yang berhasil masuk di kursi samping pengemudi. Jelas sekali bahwa Sambara lah yang akan mengemudikan mobilnya.

"Heh, orang tanya itu dijawab!!"

Sambara menghela napas berat, "Nyusul."

Amer mengernyit bingung. Menyadari itu, Sambara kembali berucap, "Nyusul Kakek Raon."

Amer menahan tawanya. Mendengar Sambara menyebut CEO perusahaan dengan sebutan Kakek membuat hal itu terdengar sedikit lucu.

"Ngapain?"

"Minta dia bikin kontrak buat gue."

"Kontrak apaan?"

"Main film bareng Sera."

"Goblok!"

Merasa dihina, Sambara menatap tajam Amer. Harga dirinya seperti dijatuhkan dengan satu kata itu. Sedangkan Amer sendiri menggelengkan kepala tak habis pikir. Memang, manusia yang sedang jatuh cinta itu benar-benar kehilangan akalnya.

"Lo jadi aktor udah berapa tahun sih, Sam? Pernah emang lo nemuin aktor atau aktris semudah itu bikin kontrak buat main film? Kalau bego itu ya jangan di ambil semua lah woyy!! Tampang doang cakep tapi otaknya sengklek!!" omel Amer pada Sambara yang terlihat tidak mendengarkan dengan baik.

"Ck, aneh-aneh aja nih orang," gumam Amer yang merasa diabaikan.

Dalam posisi sekarang, Sambara merasa bahwa kali ini adalah kesempatan untuk dia. Harapan bertemu dengan Sera saat masih menjadi anggota girl group sangat mustahil. Namun saat mendengar bahwa Sera akan terjun ke dunia yang sama dengan dirinya, membuat Sambara merasa bahwa ini adalah kesempatan emas.

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, mereka akhirnya sampai di sebuah kafe. Dilihat dari sudut pandang mereka, kafe yang mereka kunjungi saat ini sepertinya terlihat lebih aman. Meski banyak orang yang keluar masuk, tapi mereka seolah manusia yang tidak peduli dengan sekitar.

Meski seperti itu, baik Sambara maupun Amer tidak ingin mengambil resiko. Sambara memilih untuk mengenakan masker dan juga kaca mata untuk menutupi wajahnya. Di ikuti dengan Amer yang juga mengenakan masker serta topi untuk menyamarkan penampilan.

"Yakin mau keluar?"

Sambara mengangguk pasti. "Yakin."

Mendengar tidak ada nada ragu keluar dari mulut Sambara, membuat Amer akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil. Sedikit memeriksa sekitar untuk memastikan keadaan aman, lalu memberikan sinyal pada Sambara untuk segera keluar.

Mereka berjalan dengan santai namun pasti ke dalam kafe. Bersikap seolah mereka juga sama dengan orang-orang di sekitar, agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tujuan mereka hanya satu. Bertemu dengan atasannya.

Karena sibuk untuk menyamarkan diri menjadi orang biasa, membuat mereka tidak sadar bahwa di luar kafe ada yang sedang memantaunya. Seorang perempuan dengan sekantor plastik berisi minuman, menatap ke arah Sambara dengan senyum penuh kepuasan. Masih dengan perempuan yang sama, saat beberapa waktu lalu bertemu dengan Sera.

"It's time for us to play."

*****


ada yang nungguin cerita ini update nggak ya? hehe

Terima kasih...

Salam manis,

Ahsidelife.

Public FigureWhere stories live. Discover now