Pengganti IV

4 2 0
                                    

"Haah," Tarou menumpukan kepalanya pada kedua tangan yang disatukan, sofa yang ia duduki berdecit tak wajar karena kaki Tarou terus bergerak, wajahnya sedikit kusut akhir-akhir ini. Sudah dua minggu ia minta cuti dari Departemen Kesatria Agung sejak rumahnya ketambahan satu orang. Siapa lagi kalau bukan Ikiru. Tarou mengamati Ikiru yang duduk di seberangnya lekat. Yang ditatap terlihat kebingungan.

"Hoah! Ini membuatku pusing!" Tiba-tiba Tarou memukul kepalanya dengan sebelah tangan, duduknya jadi tegak. Itu membuat Ikiru terlonjak. "Padahal kau yang punya masalah tapi kenapa aku yang kesusahan?" Tarou melemas, punggungnya ia sandarkan pada sofa.

"Aku punya masalah?" Tanya Ikiru yang masih terlihat kebingungan.

"Dan kau tak menyadarinya?!" Tarou memelototi Ikiru, ia jadi sedikit kesal dan gemas pada bocah di hadapannya.

Tarou memang sudah mendaftarkan Ikiru ke salah satu sekolah di Stormcloud, dan karena ia tahu Ikiru punya trauma kuat terhadap orang asing, ia sengaja memilihkan sekolah internasional satu-satunya di sana. Sekolah Internasional Stormcloud. Ia pikir itu cara ampuh untuk menjauhkan Ikiru dari orang-orang yang mengenalnya sebagai anak terkutuk. Karena kemungkinan menyekolahkan Ikiru di sekolah negeri biasa akan mendatangkan banyak masalah bagi Ikiru juga dirinya sendiri. Ikiru punya masa depan dan ia punya karir. Jika dua hal itu hilang hanya karena omongan yang tak berguna, ia tak segan-segan membakar kotanya. Ia bercanda. Selagi ada waktu sampai hari masuk semester baru, Tarou ingin semua itu selesai.

Tapi ada masalah lain. Ikiru mungkin tak mendapatkan perlakuan buruk di sekolah, lalu bagaimana dengan di luar sekolah? Jarak rumah dan sekolah Ikiru nanti memang tak jauh, cukup berjalan sepuluh menit pasti sampai. Tapi ia tak bisa membiarkan Ikiru pulang-pergi ke sekolah sendiri. Itu akan membuat orang lain tetap merendahkan dan menghinanya. Terlebih lagi jika mereka tahu sekarang Ikiru tinggal bersamanya bukankah itu sudah cukup untuk menarik semua pendapat orang lain tentangnya. Pemuda yang rajin dan mandiri, tetangga ramah, dan yang lainnya, omong kosong!

Sebenarnya Tarou tak keberatan menampung Ikiru, malahan ia sangat lega bisa jadi wali Ikiru, ia akan menebus kesalahannya dengan itu. Hanya saja lagi-lagi pandangan orang lain tentang Ikiru membuatnya pasti jengkel dan jengah lama-lama. Ikiru sama sekali tak seperti yang mereka ucapkan, semua itu bohong, dari mana orang-orang mendengar semua rumor itu? Di sisi lain Tarou juga tak akan punya banyak waktu luang untuk mengantar-jemput Ikiru. Pekerjaan departemen selalu menumpuk setiap hari, apalagi ia sudah cuti dua minggu. Ia tak dapat membayangkan akan seberapa banyak tugas-tugas yang sudah menantinya. Itu membuatnya bergidik ngeri.

"Tarou?"

"HAH?!" Tarou terlonjak. Ternyata ia baru saja tenggelam terlalu dalam. Intensitas fokus meningkat dan pendengaran menurun, membuatnya tak mendengar Ikiru yang mungkin sudah memanggilnya berkali-kali.

"Aku sudah memanggilmu berkali-kali." Jelas Ikiru polos, wajahnya masih terlihat kebingungan. Tarou tersenyum kecut. Panjang umur.

"Memangnya apa masalahku?" Tanya Ikiru, wajahnya sungguh-sungguh ingin tahu.

"Haah," Tarou menghela napas dan menepuk kepalanya ke sekian kalinya, matanya melirik Ikiru. "Kau tahu kan, kau sulit bercengkerama dengan orang asing, terlebih yang membencimu? Nah, itu masalahmu dan aku sedang memikirkan cara agar kau bisa bersekolah dengan nyaman. Paham?" Terlihat sekali Tarou sedang sedikit kesal karena beban pikirannya yang jadi makin menumpuk.

"Kenapa kau memikirkannya?" Tanya Ikiru polos yang tidak mungkin tidak membuat Tarou kehilangan hampir kesabarannya.

"Kau....!!"



























Return 0: Awal; Bag IWhere stories live. Discover now