Casius sudah memperhitungkan hal itu. Karenanya dia berjalan santai tadi.

(Kira-kira beginilah susunan kursinya

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

(Kira-kira beginilah susunan kursinya. Uhum! Tolong abaikan logo di samping.)

Arsland, selaku kepala keluarga, duduk di sisi ujung meja. Di samping kirinya ada Veronica dan Elfreda. Sementara di samping kanannya adalah seseorang yang belum pernah terlihat untuk beberapa waktu terakhir.

Dialah Eric. Kakak pertama Casius sekaligus pewaris gelar Duke Vanca, Maveric Le Vanca. Di samping pemuda itu adalah Ferron yang pastinya siap untuk mencari gara-gara.

"LIHAT! Akhirnya bajingan ini sampai juga. Heh, apakah dia mengira dirinya itu tokoh utama?" sinis pemuda yang duduk di seberang Elfreda.

"Tidak sopan! Apa kau sudah melupakan pelajaran etikamu ketika menjadi 'bajingan'?" sarkas Veronica.

"Kamu terlambat."

Suasana menjadi tegang begitu Arsland bersuara. Bahkan Ferron yang bersikap santai sejak tadi langsung membenarkan posisi tubuhnya.

'Mereka menggonggong dengan baik. Mereka pasti sangat sehat.'

Casius tidak menjawab, namun diam-diam ia menyetujui kata-kata Alter.

Pemuda itu menatap malas orang-orang di meja makan. Tidakkah mereka ingin mempersilakannya duduk dulu? Apakah mereka akan terus mengoceh dengan dirinya yang masih berdiri di sini?

"Duduklah, Casius. Makan makananmu."

Oh, akhirnya! Seseorang yang peka mempersilakannya duduk. Itu adalah Eric. Tidak terduga memang, tapi biarlah.

Casius pun duduk di kursi paling ujung, berseberangan dengan kursi Arsland.

Jangan tanyakan mengapa ia menjauh. Bahkan seorang ahli jiwa sepertinya juga manusia, yang merasakan penolakan tertentu pada orang-orang yang jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaan mereka padanya.

Dan tanpa Casius sadari, hal ini memancing emosi salah satu dari orang-orang itu.

"Apa? Kenapa kau duduk sejauh itu? APA KAU SEDANG MENCARI PERHATIAN, HAH?!"

Tangan Casius yang akan memasukkan potongan steak ke mulutnya itu terhenti di udara. Pemuda itu menatap Ferron yang bersungut-sungut tanpa minat, lalu lanjut memakan steaknya.

"Ka- Apa kau baru saja mengabaikanku?!"

Hampir benar. Tepatnya Casius hampir tidak bisa mendengarkan suaramu, Ferron. Kau tahu? Kepala Casius jauh lebih berisik darimu saat ini.

'ANJ! LO NGAPA MALAH NYOLOT, SAT!'

'Ini juga kunti! NGAPA LO SENYUM-SENYUM HAH?! GILA LO!'

'Lo juga! Apa maksud lo natap gue kek gitu?! MAU GUE COLOK MATA LO PAKE GARPU HAH?!'

Hm... kenapa anak ini tiba-tiba sangat berisik? Bukankah beberapa waktu lalu ia menjadi sangat pendiam ketika bertemu salah satu dari mereka?

'Defense mechanism*?'

*Defense mechanisms adalah respons bawah sadar yang melindungi orang dari perasaan cemas, hal yang mengancam , dan hal-hal yang tidak ingin dipikirkan atau dihadapi.

Casius menduga perilaku Alter adalah bentuk perlindungan dirinya. Perasaan cemas dan kalut yang berlebihan mungkin melebihi batas yang mampu ia tangani dan berakhir dengan Alter yang tanpa sadar meningkatkan agresivitasnya.

Alter tidak akan mendengarkannya jika ia dalam kondisi 'melindungi diri'. Jadi, Casius memilih diam dan menikmati makanannya. Daging gratis, tidak perlu berburu di gunung belakang, Casius tidak mungkin menyia-nyiakannya.

"SIALA-"

"Ferron!"

Panggilan dingin Eric membuat Ferron yang ingin mengumpati Casius seketika bungkam. Selain ayahnya, ia paling takut dengan kakak tertuanya.

"Cepat makan makananmu!" pintanya yang langsung dituruti oleh Ferron. Termasuk Casius, semua orang di meja makan mulai memakan makanannya lagi.

Casius memperhatikan interaksi dua orang itu dengan mata malas, berbeda dengan isi pikirannya yang sedikit heran. Ia baru tahu kakak pertamanya membenci keributan di meja makan. Jika Casius membalas kata-kata Ferron tadi, pasti dia juga yang kena getahnya.

'Untung aku diam,' syukurnya dalam hati.

Casius menghabiskan makanannya dengan cepat. Salah satu alasannya tentu karena ia ingin segera keluar dari tempat yang dipenuhi 'setan' ini. Ia tidak tahu apa alasannya, namun hanya dengan melihat wajah orang-orang ini –kecuali Elfreda- membuat emosinya sedikit lebih mudah terpancing.

Disatu sisi Casius ingin pergi, disisi lain pemuda itu agak khawatir.

'Mereka tidak melakukan apapun?'

Apa orang-orang ini hanya memberikan 'salam pembuka' padanya? Mereka sungguh tidak merencanakan 'sambutan-sambutan' lainnya? Mereka sungguh hanya ingin makan saja?

Jujur saja, sejak ia terdampar lagi ke dunia ini, perilaku mereka sekarang adalah yang paling membuatnya takut dan cemas.

'Orang-orang ini... pasti sedang merencanakan sesuatu yang buruk.' Katakanlah pikirannya sedang tidak jernih sekarang. Tapi memang Casius tidak bisa memikirkan alasan lain selain itu.

Casius melirik Elfreda. Bahkan gadis kecil itu juga menatap keluarganya, tepatnya ayah dan kakak pertamanya, dengan mata curiga. Bukankah orang-orang ini yang paling bersemangat ketika memberikan hukuman pada kakak ketiganya?

'Sangat mencurigakan,' batin Elfreda.

Tak berselang lama, Eric, dan semua orang lainnya juga menyelesaikan acara makan mereka. Pemuda itu juga menangkap tatapan adiknya yang menelisik.

"Ada apa, Casius? Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanyanya lembut. Ekspresi Eric memang datar, namun tak dapat dipungkiri bahwa ada kehangatan dan kasih sayang di dalam matanya.

'ANJIRRR! GUE MERINDING, COKK!!'

"..." Bukan hanya Alter, bahkan Casius merasakan rambut di belakang lehernya berdiri.

Casius mengusap lehernya dan menghela napas. Ia menutup matanya sesaat sebelum menatap Eric dingin.

"Tolong, katakan saja apa yang kalian inginkan-"

.

.

TBC

~Pojok cerita (cuplikan info)~

"Bisakah setiap orang melakukan menggunakan defense mechanism? Lalu apakah itu buruk?"

Sebenarnya, defense mechanism bisa diaktifkan atau terjadi pada setiap orang. Mereka memanfaatkan mekanisme ini untuk melindungi ego agar tidak terluka atau dari kondisi kecemasan dan stress. Hal ini wajar dilakukan oleh tiap orang. Yang jadi masalah adalah jika mekanisme ini menjadi bagian dari life style atau kebiasaan, karena bisa saja hal ini malah berdampak buruk pada kesehatan mentalmu.


Putra Bajingan Duke Adalah Seorang PsikologWhere stories live. Discover now