BAB 2 CASIUS DAN PEDANG

6K 773 27
                                    

Kali ini ada yang komen nggak ya? (menerawang masa depan)

Tandai typo!

.

.

Ada satu alasan lagi yang membuat Casius memiliki banyak haters. Itu adalah... pedang.

"Hei."

"-?! Tu-Tuan muda?!"

Seorang prajurit pemula menatap Casius terkejut dan takut. Kebetulan sekali hanya ada dirinya seorang di aula pelatihan ini. Berbeda dengan seniornya yang memiliki banyak jadwal, prajurit pemula tidak memiliki banyak kegiatan. Karena itu ia kemari untuk berlatih. Tapi siapa sangka ia akan bertemu dengan salah satu tuan mudanya yang dikenal 'beringas' itu?!

"Hm. Berikan pedangmu!" 

Nada datar dan dingin Casius membuat prajurit pemula itu nyaris mundur selangkah. Apalagi ketika ia melihat ekspresi Casius yang sangat tidak bersahabat itu.

'Bagaimana ini? Apa aku harus memberikan pedangku? Tapi bagaimana jika dia memenggal kepalaku nanti?! Tapi aku akan mati karena jika membuat tuan muda marah!'

Ada sebuah aturan tak tertulis di Kediaman Vanca.

[Jangan pernah membuat Tuan Muda Kedua tersinggung jika tak ingin tersiksa sampai mati!]

Ada sebuah cerita yang tersebar di kalangan para abdi dalem. Dimana seorang pelayan setia dikabarkan mati mengenaskan setelah membuat keributan dan menghebohkan seluruh penghuni mansion. Yang mengejutkan, pelayan itu berteriak dengan menyebut nama Casius berkali-kali sebelum akhirnya ia menikam jantungnya sendiri dengan pisau dapur.

Dikabarkan bahwa tubuh pelayan itu dipenuhi dengan luka-luka tak wajar. Seperti jarum-jarum yang tertancap dalam hingga tak terlihat di permukaan kulitnya, susunan giginya yang teracak seolah seseorang baru saja melepas lalu memasangnya kembali secara tak beraturan, hingga bola matanya yang ternyata hanyalah hiasan lilin yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bola mata. Ya. Entah bagaimana pelayan itu telah kehilangan bola matanya.

Sejak itu, semua orang semakin takut dan membenci Casius. Mereka menganggap bahwa pelayan yang mati itu adalah orang yang menjadi gila karena siksaan Casius dan memilih bunuh diri.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Casius sembari tersenyum.

"?!!"

Casius terkejut ketika pemuda di depannya malah melompat mundur, namun tertutupi oleh senyumannya. 

Senyuman bisa menenangkan ketegangan lawan bicara, itulah yang ia pikirkan. Sayangnya, senyuman Casius tampaknya memiliki efek yang bertentangan dengan yang ia harapkan. Bukannya tenang, prajurit muda itu malah tampak semakin panik dan kalang kabut.

"Eh? Ma-Maafkan saya, tuan muda! Ini dia!"

Prajurit muda itu memberikan pedangnya pada Casius dengan berat hati. Ia pikir lebih baik mati dipenggal dari pada jadi gila sampai mati.

"Terimakasih."

Casius yang telah menerima pedang pun mengambil kuda-kuda. Ia mengayunkan pedang itu secara vertikal beberapa kali, lalu berhenti.

Pemuda itu mengangkat pedang di tangannya, menyejajarkan sisi pedang yang datar dan mengkilat ke wajahnya.

'Aku memikirkan sesuatu, tapi...'

Bibir tipis Casius sedikit demi sedikit tertarik ke atas. Saat itu, mata merah darahnya berkilau mengerikan, sementara seringai keji terukir di bawahnya.

"-?!!"

Casius langsung menurunkan pedangnya.

Ia kaget sungguh. Sejak kapan senyumannya menjadi senyum setan seperti itu?! Sangat mengerikan! Tidak mungkin ia bisa menerima klien jika senyumannya sesetan ini, huhuhu... TT

Putra Bajingan Duke Adalah Seorang PsikologWhere stories live. Discover now