18. Heavy heart

889 82 4
                                    

Dirinya hanya mampu menghela napas, ketika pagi ini disambut dengan sepi. Angel dan Elin sudah pasti harus sekolah. Dan dirinya masih di rumah sakit, masa pemulihan kata nya.

Reyna menyandarkan tubuhnya sembari menatap televisi yang menyala. Hanya saja pikiran nya berkelana kemana-mana.

"Tugas gue sebenarnya apa? Apa tujuan nya gue datang ke dunia ini?"

Netranya teralih pada jendela, dimana dia bisa melihat biru langit yang indah. Hanya saja, pertanyaan nya masih tak terjawab. Dia mengkilas balik, saat dirinya menjadi Rina.

Novel ini yang baru saja dibaca nya tak sampai semenit dia sudah beda dunia. Novel dengan judul, 'Love Never End'.

Dimana cinta kedua insan yang diberikan konflik berasal dari mantan laki-laki.

Kedua tokoh utama yakni, Elina dan Davis. Memiliki hubungan sebelum Davis putus dengan Angel, yang sekarang mantan nya. Tapi siapa sangka, ternyata Davis pernah berpacaran dengan Reyna juga yang ialah adik dari Angel.

Walaupun pada akhirnya Angel membawa Elina mati bersama nya, karena rasa bencinya. Dan Davis balas dendam ke Reyna. Dengan akhirnya seorang gadis datang, gadis yang mirip bahkan hampir sama dengan Elina datang ke kehidupan Davis.

Reyna tak segila itu tak menyadari bahwa alur cerita ini sudah beberapa berubah. Dirinya bangkit dari tempat tidur nya dan melangkah perlahan ke arah pintu.

"Mereka berdua harus gue jaga."

Kemudian dirinya teringat mengenai Mika, sang sahabat. Dirinya ke arah ruang rawat Mika.

"Luna.. makasih."

Reyna mengintip dari kaca pintu, melihat interaksi keduanya. Aduh, kapal kesayangan nya. Tapi masih agak kesal sama Mika karena sikap dinginnya terhadap Luna yang datang ke kehidupan Mika bak malaikat.

"Itu.. tugas gue sebagai manusia." Jawaban datar dari Luna bisa Reyna dengar. Apakah Luna sedang tarik ulur, uh.. sakit hati gak ya Mika dijawab seperti itu?

"Maaf.. gue pasti udah ngerepotin Lo."

"Banget."

Reyna semakin penasaran dengan ekspresi wajah mereka sekarang. Semakin menempel kan wajahnya ke kaca pintu.

"Gue juga minta maaf atas perlakuan gue ke Lo, Lun. Gue.. punya alasan."

Reyna berdecih kecil saat mendengar ucapan Mika. Gadis itu bersembunyi di balik 'alasan' yang dimaksud. Kenapa tak mau keluar dari zona nyaman itu saja sih?

"Gak papa, gue gak mikirin itu. Gue.. balik dulu ya."

Tek..

BRUK..

Reyna yang tak sigap langsung terjatuh ke lantai begitu pintu nya terbuka. Dan membuat Luna terkaget saat melihat ia terjengkang ke depan. Reyna meringis dan mendengar Mika yang sedang menahan tawa.

"Reyna! Maaf maaf, aku gak tau kalau kamu di depan pintu!"

Reyna dibantu Luna untuk bangkit perlahan, gadis itu menggeleng menyengir. Lalu berkata, "Gak papa, gue nya aja yang gak liat kalau Lo mau buka. Sorry."

Diliriknya sang sahabat yang sudah tertawa tak bersuara. Membuatnya semakin kesal. Luna tersenyum tipis.

"Ya udah, kamu mau jenguk Mika, kan? Aku pulang dulu." Luna melirik sebentar Mika dan pergi meninggalkan ruangan itu. Reyna mengintip keluar dan menutup pintu nya.

Langkahnya mendekati Mika. Mika mengalihkan pandangannya dari Reyna. "Gue mau nanya dong!"

"Apa?"

"Dulu.. kita punya masalah apa sih?"

Mika menyipitkan matanya menatap Reyna, "Lo bukannya nanyain gue kek, keadaan gue. Kok Lo bahas masalah dulu?"

"Ya.. ya gue penasaran!"

Mika mendengus, "gue merasa kita gak punya masalah, Rey. Tapi gue pikir, dari Lo nya aja, mungkin ada satu dua hal yang buat Lo tersinggung akan kelakuan gue. Dan gue gak tau itu."

Reyna menghela napas, dan menatap Mika dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Mika.. cepet sembuh, biar lusa kita sekolah."

Kemudian dirinya berbalik dan pergi dari ruangan itu meninggalkan Mika yang tercengang.

"Datang ke sini buat nanya gitu, sama nyuruh gue masuk lusa? Padahal gue masih pengen libur."

_-_-_-_

Saat keluar dari kamar Mika, langkah pertamanya menyebabkan sekelibat ingatan mendatangi otaknya. Membuat nya merasa pusing.

"Lea!"

Mata mengabur saat melihat Lea sedang bercumbu dengan Mika sang sahabat. Mika yang mendengar seruannya mendorong keras tubuh gadis yang ada di depannya.

Ini kejadian sebulan tepat setelah kejadian Reyna masuk rumah sakit akibat Mika telat memanggil pertolongan. Rina merasa tersedot masuk ke dalam ingatan itu.

"Mika.. pengkhianat, brengsek, bajingan!"

Mika yang mengejar Reyna, langsung menggenggam erat bahu gadis itu.

"Rey! Ini salah paham, pacar Lo.. pacar Lo tiba-tiba cium gue.. gue—"

"Diam!"

Reyna berbalik dengan tenang. Tak ada tangisan darinya dan hanya senyum sendu yang digariskan oleh bibirnya.

"Toh.. gue sama dia, udah putus kemarin."

Senyum itu berubah jadi senyum tulus. Tapi tak ada yang menyangka, dirinya menahan itu semua. Beban dalam hatinya begitu besar, dirinya menahan banyak hal. Berusaha baik-baik saja.

Rina kembali ke dunia nyata, sebagai Reyna yang masih berdiri tepat di depan pintu ruang rawat Mika. Nafasnya memburu dan mata nya terpaku pada pintu itu.

"Rey.. Lo terlalu membebani diri sendiri agar terlihat baik-baik saja." Batin Reyna dan berlalu ke kamarnya rasanya kaku dan lelah setelah sekelibat bayangan itu.

_-_-_-_

Transmigrasi ReynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang