SAE 09

1K 130 11
                                    

Australia.

Rose pov.

Hari ini aku akan kembali ke Korea setelah 2 hari menjalani tur konser  Dunia ku yang di adakan di Australia.

Semalam, aku bermimpi tentang nya. Mimpi tentang betapa jahatnya aku di masa lalu. Aku di hantui rasa bersalah sejak bangun tidur sampai tidak sadar aku membentak manajer ku sendiri.

"Rose, tolong ubah keputusan itu. Kita masih ada acara loh disini."ku tarik nafas sedalam-dalamnya lalu ku toleh pada Hyeri Unnie yang sejak tadi bersandar pada pintu kamar.

"Unnie, kau juga harus mengerti aku. Aku harus pulang sekarang dan menyelesaikan masalah ku. Terlebih, aku harus membujuk kembaran ku karena dia pasti marah aku pergi tanpa pamit dengan nya."

"Huft! Terserah mu sajalah. Tapi aku tidak akan mengizinkan mu pulang sendiri, aku akan ikut pulang bersama mu."mata ku berbinar mendengar nya.

Hyeri Unnie memang lah manajer ku. Tapi, dia sudah seperti sahabat dan keluarga bagiku. Aku sangat bersyukur memiliki dia 3 tahun ini.

"Terima kasih Unnie."

Rose pov end.

                                  °°°°°°°°

Lisa pergi ke dapur dan sudah mendapati Bibi kesayangannya disana.

"Bibi oona, ada yan bita Lita bantu?"tanya bocah itu membuat Yoona/Jisoo menoleh sebentar sambil tersenyum.

"Lisa bantu siapkan piring dan gelas saja ya di meja, karena masakan nya pun sebentar lagi jadi."

"Baik Bibi."dengan langkah kecil nya Lisa mendekati rak piring paling bawah lalu membuka nya. Mengambil dua piring disana dan ia bawa ke meja makan.

"Ini dimana naik na? Tenapa kulsi na  tinggi tekali?"ujarnya ngeri melihat ketinggian kursi yang baru saja di ganti oleh Jennie tadi pagi.

"Lita minta bantuan Bibi oona tajalah."lanjut nya bersiap untuk berteriak namun secara tiba-tiba tubuh mungil nya itu terangkat ke atas berkat Jennie yang memindahkan nya ke atas kursi.

"Makatih Eomma."

"Hm? Makasih? Makanya kamu itu  jadi anak  harus banyak minum susu biar tinggi. Jika kau tidak tinggi-tinggi dan pendek terus akan menyusahkan orang lain, mengerti?"

"Menelti Eomma, telima kacih."

"Hm."meski malas dan kesal tapi Jennie tetap disana memerhatikan Lisa yang sedang menyusun dua piring.

"YAAAAK! Kenapa lama sekali? Menyusun piring saja kau membutuhkan waktu lebih dari 10 menit padahal itu cuma dua piring."Jennie bertambah kesal melihat Lisa seperti sengaja di lama-lama kan saat menyusun piring-piring tersebut.

"Ini ada dua ya? Lita kila tadi ada lima piling."lirih anak itu sedih ternyata dia salah mengira.

"Lima? Jelas-jelas ini dua piring bodoh. kau jangan mengada-ada hanya untuk-"Jennie tidak melanjutkan ucapan nya ketika menyadari sesuatu.

"Hei, bocah. Apa kau bisa membaca?"dengan polos Lisa menggeleng.

"Kalau menghitung?"Lisa menggeleng lagi membuat kepala Jennie seketika pusing.

"Sekarang ku tanya sekali lagi berapa usiamu saat ini?"dengan polos Lisa menunjukkan sepuluh jarinya sambil menjawab

"Lima tahun, Eomma."mulut Jennie seketika menganga mendengar nya.

"YAAAAK! Dasar anak bodoh. Lima itu seperti ini bukan seperti ini."Jennie menarik satu tangan Lisa kebawah sehingga tersisa satu tangan dengan lima jari disana.

Lisa melihat tangan nya yang tersisa lalu kembali menatap sang ibu.

"Ini lima?"

"Eoh! Itu baru lima. Yang tadi itu sepuluh. Kamu ini jangan-jangan anak setan ya? Menghitung dan membaca saja kau tidak bisa."dengan pedasnya Jennie berkomentar tapi anak itu justru mengangguk.

"Lita endak tau Lita ini anak tetan atau butan. Tapi alo butan anak tetan mungtin Lita endak di tindal di pagal. Dan telnata umul Lita matih tedikit ya Eomma? Kila-kila umul Eomma tekalang belapa?"

"Banyak lah! Saking banyaknya mungkin tak akan sanggup untuk otak dangkal seperti mu untuk berpikir, dasar bocah. Sudahlah, aku akan kembali ke kamar nanti jika makanan sudah siap segera panggil aku."

"Baik, Eomma."Jennie pun pergi.

Ia bukan naik ke lantai atas melainkan menuju dapur menemui Yoona disana.

"Yoona-ssi."panggil Jennie membuat sang empu tersentak terkejut.

"N-nde, Nyonya? Ada yang bisa saya bantu."

"Aku ingin bertanya pada mu. Sebenarnya apa saja yang kau ajarkan pada Lisa saat di rumah? Kenapa bocah itu sering sekali ku lihat merendahkan diri nya sendiri seperti seorang pengecut. dan lagi, tadi saat ku tanya dia tidak bisa membaca dan berhitung. Sebenarnya apa saja tugas mu Selama ini sehingga bocah itu menjadi bodoh seperti sekarang?"

"Nyonya, saya-"

"TIDAK! Saya tidak mau mendengar pembelaan darimu. Sekarang bereskan semua pakaian mu karena aku tidak mau menampung orang tidak berguna seperti mu lagi di rumah ini."saat Jennie baru saja berbalik badan dengan sigap Yoona/Jisoo langsung mendahului nya dan berlutut di kaki sang majikan.

"Nyonya saya mohon, tolong maafkan saya sekali ini saja dan beri saya kesempatan kedua. Saya janji akan mengajarkan Lisa tentang pendidikan bukan hanya tugas rumah saja, tolong jangan pecat saya Nyonya."

"Karena saya tidak ingin terpisah lagi dari anak ku."lanjut Yoona/Jisoo dalam hati.

Ia tidak mungkin mengatakan nya langsung di depan Jennie atau dia bukan hanya akan di usir dari rumah ini tapi bisa jadi langsung di masukan kedalam penjara. Dan Jisoo tidak mau itu terjadi.

"Baik, ku beri kamu kesempatan kedua. Tapi jika tidak ada perubahan juga dalam diri Lisa maka kau sendiri yang harus meninggalkan rumah ini."

"Baik Nyonya, saya setuju dengan syarat itu."biarlah Jisoo mematuhi peraturan Jennie lebih dulu karena yang terpenting baginya sekarang adalah Lisa.

PRAANG

Suara pecahan yang memekakkan telinga berhasil membuat Jennie marah kembali. Dengan terburu-buru ia kembali ke ruang tengah dan mendapati Lisa sedang memunguti pecahan kaca dengan tangan mungil nya yang sudah tergores dan setangkai bunga mawar di kaki anak itu.

"YAAAAK CHO LISA kau memecahkan vas bunga ku lagi? Dan apa ini? Kau juga memetik bunga kesayangan ku hah?"teriakan itu berhasil menggetarkan tubuh Lisa.

Rasa takut mulai menghampiri saat dengan tega Jennie menarik rambutnya sampai ke atas.

"Aakkhh! Ampun Eomma."

"Ampun? Tidak-tidak. Kali ini aku tidak akan mengampuni mu. ikut aku sekarang juga, akan ku beri kamu hukuman yang berat."dengan kasar Jennie menarik tangan Lisa menuju lantai 7 dimana disana terdapat sebuah ruangan penyiksaan yang di buat Jennie untuk menyiksa seorang pembangkang seperti Lisa.

"Endak mau, Eomma tolon lepasin Lita. Lita janji endak atan natal lagi."

"Eomma... hiks."lisa menangis karena tidak di gubris oleh Jennie.

"EOMMA AAAAAAAAAAA..."

BRAAAAKK

                         Bersambung

Minal aidzin walfaidzin semua 🙏 maaf juga baru update lagi 😂

Sayangi Aku Eomma Kde žijí příběhy. Začni objevovat