SAE 18

708 93 9
                                    

Masih dengan ke 8  anak itu. Haram yang tidak mau di jauhi terus mendekat ke arah yang lain dan membujuk mereka agar mau menerima nya.

"Ayo dong ! Danan dauhi Halam tepelti ini. Alo butan talian tiapa yagi Yan Atan Halam ajak main."bujuk nya dengan raut wajah sedih.

"Ya tudah tana tali'in towok ampan dulu buat Palhita. Nanti Palhita mau dadi teman Halam."balas Paritha dengan pedenya.

"Towok mulu ih Unnie mah. Yan lain apa."kata Rora mulai jengah dengan sikap temannya itu.

"Towok in my life tau."balas Parhita dengan melototi Rora.

"Tudah-tudah, ini tenapa dadi bahas towok tih? Endak baik tau."kata Ruka.

"Dia dulu Yan mulai."Parhita dan Rora saling tunjuk menunjuk tak mau di salahkan.

Lisa menggeleng kan kepalanya melihat kelakukan ajaib teman-teman barunya ini.

"Telnata bedini ya latana puna teman tungguhan? Bibi oona pasti atan tenang dika tau Lita puna banak teman tekalang."batin Lisa menatap temannya satu-persatu.

"Unnie takit apa? Tenapa kepala na di pelban? Tiki boleh tau endak?"pertanyaan dari Chikita menyadarkan Lisa dari lamunannya.

"Lita tatit tepala gala-gala di putul kepala na patai tayu oleh Eomma."jawab Lisa jujur.

"Ahyeon juga tatit tepala Unnie, tapi tepala Ahyeon endak tampai di pelban tayak Unnie. Palin juga di katih banak tuntikan tama Doktel."kata Ahyeon.

"Memang na Ahyeon tatit apa?"tanya Lisa penasaran.

Dengan riang Ahyeon menyebutkan penyakitnya.

"Tumol otak."

"Tiki juga tatit loh. Tampai-tampai pelut Tiki di bedah tama Doktel."kata Chikita sambil mengangkat baju pasiennya memperlihatkan luka garisan panjang bekas operasi.

"Memang na Tiki tatit apa?"tanya Ahyeon.

"Utus buntu."jawabnya.

"Atu juga tatit, tapi butan utus buntu  tayak Tiki atau Ahyeon Unnie."seru Haram membuat yang lain menoleh ke arahnya dengan penasaran.

"Telus tatit apa?"tanya Asa.

"Tantel lambung. Alo Halam yagi tumat latana tayak mau mati."cetus Haram sambil membayangkan rasa sakit yang ia derita saat kambuh.

"Telain Ahyeon, Tiki tama Halam tiapa Yagi Yan tatit?"tanya Lisa menatap satu persatu teman barunya.

"Atu dadal dinjal."Asa mengangkat tangan nya.

"Atu dantung."Ruka mengangkat tangan nya juga.

"Atu Asma."Rora mengangkat tangan nya juga.

"Dan atu tatit hati."Parhita mengangkat tangan juga dan langsung di sahuti oleh Rora.

"Pasti tatit hati kalna teling di tolak towok tan?"mata Parhita membelakak tak percaya karena perkataan Rora ada benarnya.

"Tok tau tih? Palhita memang tatit hati kalna teling di tolak Tama towok. Tapi ini benelan loh Palhita memang tatit hati. Ata Doktel na tendili bilang alo umul Palhita tindal tedikit hiks."melihat Parhita menangis Lisa jadi tidak tega. Ia pun mendekat dan memeluk nya.

"Tudah-tudah janan nanis, temua olang pasti atan mati pada waktu na."kata Lisa entah sadar ataupun tidak sadar ia mengatakan itu.

"Tiki jadi itut tedih melihat na. Dimana alo kita main taja di luar?"usul Chikita di setujui yang lain.

"Boyeh tuh. Tekalian kita dahilin pala Doktel atau Tustel dimana?"Asa memberi saran juga.

"Boleh taja. Tapi Lita Unnie dimana? Dia Tan matih tatit dan matih Patang inpus di tanan na."kata Ruka.

"Itu mah dampang. Tindal di tabut taja."ujar Chikita maju ke depan dan langsung mencabut infus di punggung tangan Lisa dengan tidak berperasaan.

"AAAAAAAAAAA... Hmmp!!"mulut Lisa langsung di tutup oleh Ruka karena tidak mau ada yang tau kalau mereka akan keluar dari ruangan ini untuk bermain.

"Tudah, Unnie Janan belteliak lagi nanti kita temua Atan di malahi nanti. Lebih baik kita tekalang pelgi kelual untuk belmain."

"Tet's goo!!!"ke enam anak itu berseru serentak lalu Ruka menarik tangan Lisa turun dari kursi roda dan segera keluar dari ruangan itu di ikuti yang lain.

Namun, beberapa menit setelah kepergian mereka Rose kembali ke ruangan itu menenteng banyak makanan.

"LISAAA aku kemba-- loh! Dimana anak-anak itu?"


                            Bersambung

Biarkan Lisa bahagia sebentar 😂 kita kasih waktu dia buat bahagia ya 🤣

Sayangi Aku Eomma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang