SAE 02

1.1K 119 9
                                    

CTAAAARRRR

"AAAAAAAAAAA."jeritan itu bagai alunan lagu indah di telinga Jennie. Bukannya merasa bersalah ia justru kesenangan menikmati nya.

"Eomma ampun, tolon janan tambuk lagi."

"Hahaha bicara apa kau ini bocah? Aku sedang tidak mencambuk mu, tapi menyalurkan kasih sayang ku padamu. Bukankah.. kau sendiri pernah bilang jika ingin merasakan kasih sayang dariku? Ini sedang ku berikan jadi nikmatilah kasih sayang dariku."Jennie begitu senang menikmati wajah kesakitan Lisa.

CTAAAARRRR

"AAAAAAAAAAA.."

"Ta-tapi endak tepelti ini, Lita ketakitan Eomma."

"Aku tidak peduli. Sekarang berdiri lah, ayo berdiri sialan."dengan kasar Jennie menarik tubuh Lisa untuk berdiri dan menghadap tembok.

"Lita mau di apain lagi Eomma?"

"Sudah diam saja."Jennie berjongkok dan menaikkan ujung celana bawah Lisa ke atas. Setelah nya ia mencambuknya dua kali.

CTAAAARRRR

CTAAAARRRR

"Huaaa ampun Eomma... , Ampun."

"Diam bocah! Suara teriakan mu membuat telinga ku pengang mendengar nya. Sekarang obati lah luka mu, Bibi Jung pernah mengajarkan nya bukan?"Lisa mengangguk pelan sambil sesekali meringis kesakitan.

"Sana, obati lah luka mu tapi jangan sekali-kali kau berani mengeluarkan suara ringisan atau aku akan memberikan hukuman yang jauh lebih berat dari pada ini. Kau mengerti?!"

"Nde, Lita menelti Eomma."

"Bagus jika kau langsung mengerti ucapan ku."Jennie keluar dari kamar itu setelah puas menyiksa Lisa.

Gadis kecil itu menatap lirih luka-lukanya. Dalam hati mengapa ia di perlakukan seperti ini? Apakah hanya karena dia bukan anak kandung? Atau karena dia nakal?

"Hiks hiks Lita halus badaimana tekalang? Tenapa th, Eomma jahat tama Lita. Apa kalna Lita butan anak tandung Eomma? Atau kalna Lita nakal ya jadi Eomma malah-malah telus. Dan tenapa Dunia ini telalu tejam untuk Lita? Apa Lita endak pantas untuk bahadia?!!"pertanyaan demi pertanyaan gadis kecil itu utarakan namun tak ada siapapun yang memberikan jawaban nya.

Dengan susah payah ia merangkak terseok-seok menarik kedua kakinya menuju nakas meja. membuka salah satu laci di sana lalu mengambil kotak p3k untuk mengobati lukanya sendiri.

"Ini badaimana tala buta na? Lita endak menelti. Padahal waktu itu Bibi tangat mudah membuta na tapi tenapa Lita endak bita?"gerutu Lisa ketika susah membuat penutup alkohol.

Karena kesal tidak bisa-bisa, Lisa memutuskan untuk langsung melilit tangan dan kakinya menggunakan perban itupun ia lakukan dengan asal-asalan.

"Nah! Tudah teletai. Ata Bibi kita halus minta pada Tuhan agal luka na tepat tembuh."gumamnya berdecak kagum dengan hasil karyanya sendiri.

Membereskan kekacauan yang ia buat lalu menyatukan kedua tangannya untuk berdoa.

"Tuhan, jika Lita nakal tolon janan hukum Lita tepelti ini. Lita tatut melihat Eomma malah-malah telus. Lita janji, Lita atan jadi anak baik jadi tolon obati luka Lita ya? Lita endak mau buat Eomma temakin malah jika tau Lita temakin takit dan malah merepotkan temua olang."setelah selesai melakukan doa pada sang pencipta gadis kecil itu naik ke atas ranjang dengan susah payah.

Karena luka-lukanya ia tidur tengkurap. Entah karena terlalu lelah melakukan banyak tugas seharian ini atau memang sudah waktunya tidur, dalam beberapa detik saja Lisa sudah tertidur dengan pulas.

Saat.. tengah malam tiba. Seseorang memasuki kamar itu. Menatap sendu bocah kecil yang tertidur pulas.

Mengambil kotak p3k lalu duduk di pinggir ranjang sambil mulai mengobati luka-luka yang membekas di tubuh mungil itu.

Ia begitu sedih melihat betapa banyaknya luka yang Lisa terima. Tapi apa boleh buat? Ini sudah menjadi jalan terbaik bagi semua orang.

"Pasti sulit menjadi dirimu. Tapi, bertahanlah sebentar lagi aku mohon. Aku berjanji penderitaan ini akan segera berakhir."setelah mengucapkan itu ia keluar dari kamar tersebut untuk menenangkan diri tanpa tau Lisa kembali membuka mata dan mendengar semuanya.

"Apa maktudna itu?"

                          Bersambung

Selamat menjalankan ibadah puasa yeoreobun ❤️

Sayangi Aku Eomma Where stories live. Discover now