7. Seperti Biasa

183 31 15
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

******

Mentari berhasil kembali ke Jakarta. Dia pulang bersama Raigan dan Panji. Meski selama di pesawat dia duduk memisahkan diri dari dua bintang baru di Indonesia itu.

Ada perasaan lega dimana akhirnya Mentari terbebas dari orang tuanya.

Iya, dia sudah bertekad untuk tidak akan pernah lagi menemui mereka setelah bercerai dengan Raigan nanti.

Mentari bahkan tidak peduli ketika Raigan menganggapnya gila.

"Rai, Panji, makasih banget buat semuanya. Terutama lo, Raigan. Gue janji bakal urus semuanya secepetnya."

Awalnya, Mentari kira Panji akan memusuhi Mentari untuk apa yang terjadi antara Mentari dan Raigan dulu, di tambah lagi kejadian hari ini. Ternyata, meski kelihatan cuek, cowok itu tetap baik pada Mentari. Dia bahkan mau diajak kerja sama untuk menutupi masalah ini.

"Urus? Urus soal apa? Terus lo pulang kemana, Tar?"

"Belum waktunya lo tau apa yang harus gue urus. Oh iya, gue pulang ke apart gue kok."

"Hah? Kalian pisah rumah?"

Pertanyaan macam apa itu?

Tentu saja iya!

Mentari mengangguk, "Kenapa emang?"

"Tar, lo sama Aditya kan ud--"

"Ji, lo ke parkiran duluan, gih. Ada Bang Beni udah nungguin." Raigan memotong perkataan Panji.

Meski terlihat enggan, pada akhirnya Panji menurut.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Raigan.

Berduaan dengan Raigan di tempat umum begini, Mentari jadi ketar-ketir. Takut ada paparazi.

"Pesen taksi online."

"Sama gue aja."

Maksudnya bareng dengan manajernya itu? Apa Raigan ini gila?

"Ada manajer lo di sana. Gue gak mau ambil resiko. Gue bisa pulang sendiri."

"Pulang sama gue, Sal. Lo mau anggap atau nggaknya pernikahan itu, gue tetep suami lo. Sebagai suami, gue harus tau dimana lo tinggal, gimana keadaan rumah yang lo tinggalin, termasuk kehidupan lo."

"Rai, gue udah bilang, lo gak perlu repot ngurusin gue. Di sini gak ada ortu gue, gak ada yang tau kalau kita udah nikah."

Sebenarnya Raigan mengerti tidak maksud dan tujuan Mentari?

"Kita nikah bukan cuma di depan orang tua lo, Mentari Salena Almeera. Tapi di hadapan Tuhan."

Mentari terdiam. Ucapan Raigan barusan memang benar, dan dia tidak bisa lagi mengelak.

Mungkin, mengikuti keinginan Raigan bukanlah hal yang buruk. Apalagi dia sudah lama terjun di dunia entartaint, Raigan pasti tahu pasti langkah apa yang harus di ambil.

Akhirnya Mentari mengikuti Raigan menuju parkiran. Dan benar, sudah ada Bang Beni menunggu di samping pintu mobil.

"Bang, ini Tari, temen gue sama Aditya yang tadi gue ceritain." ucap Panji pada Bang Beni, menyambut kedatangan Mentari.

"Hai, Tari. Gue Beni, boleh panggil Bang, Kakak, Mas, atau nama doang juga gak apa-apa." Bang Beni mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

"Tari. Panggil Bang aja ya? Biar sama kaya Panji sama Rai-- Eh, Aditya."

Melihat gelagat dari Bang Beni, sepertinya dia tidak menaruh curiga. Baguslah. Meski tidak tahu pasti apa yang di ceritakan oleh Panji, tapi Mentari rasa cowok itu bisa di percaya.

Adlytari: Kisah Aditya, Lyony dan MentariWhere stories live. Discover now