10

1.8K 365 111
                                    

"Hentikan Greesel dan Jessie, mereka gak akan bisa nyerang Marigold." Indah memerintahkan anak buahnya kemudian duduk sejenak, meredam riuh dalam kepalanya agar ia bisa berpikir jernih, bagaimanapun juga ia tidak bisa mengambil resiko besar dengan mengizinkan mereka menyerang Marigold.

"Aku sudah memperingatkan kamu, Ara gak akan biarin Freya hidup." Oniel mengusap wajahnya frustrasi, jika sudah seperti ini, tidak mungkin ia bisa tetap bersembunyi, amarah Jessie dan Greesel tidak bisa ditahan untuk waktu yang lebih lama.

"Kalian udah gak bisa bersembunyi lebih lama, jika kalian punya keberanian, datang ke Marigold." Dey ikut berkomentar, ia sebenarnya sedikit mempertanyakan, kenapa Indah masih diam setelah mengetahui rencana video itu tidak menghasilkan apapun?

"Ara punya satu kelemahan." Oniel baru ingat sesuatu, ia langsung menatap Indah. "Dia selalu menghindari perkelahian yang melibatkan orang tidak bersalah, dia gak pernah suka liat banyak penjaga terbunuh." Oniel mendapati Indah mengangguk, Indah juga pasti ingat tentang hal itu.

"Kamu benar." Seperti mendapat pencerahan, sebuah ide hinggap di kepala Indah, ia sekarang tau bagaimana cara mengalahkan Ara atau setidaknya bisa melindungi Jessie dan Greesel yang bersikeras ingin ke Marigold. "Kumpulkan lebih banyak penjaga, kita butuh sekitar 100 sampai 150 orang, setelah itu, kita akan serang Marigold."

"Itu yang kalian sebut keberanian?" Dey tertawa kecil mendengar rencana Indah. "Menyerang dengan membawa ratusan orang? Aku sekarang tau kenapa Ara dipilih dan bukan kamu."

"Tutup mulut kamu, aku lebih tau apa yang aku lakukan." Indah mendelik tajam pada Dey sebelum melemparkan tatapan pada Oniel. "Melihat orang sebanyak itu, Ara pasti berpikir dua kali untuk mengerahkan semua penjaganya begitu pun dengan semua anggotanya, dia pasti gak mau ada lebih banyak pertumpahan darah apalagi di depan Marigold, dia akan keluar sendiri dan kita bisa membunuh dia."

"Kamu benar, Indah." Oniel setuju pada Indah. Oniel sangat mengetahui siapa Ara, Ara tidak sekejam yang orang pikirkan, Ara selalu memikirkan nasib anak buahnya, Ara pasti tidak menginginkan lebih banyak orang terbunuh karena pertengkaran besar yang disebabkan olehnya.

"Kita akan siapkan semuanya dan kita berangkat besok."



***


"Aku gak bisa ikut, kak, maafin aku." Marsha menunduk dalam, air mata sudah membanjiri pipinya sedari tadi, Marsha benar-benar tidak bisa meninggalkan Marigold dan ikut pada orang yang sudah jelas mengkhianati tempat ini, sekalipun orang itu adalah kakaknya sendiri.

"Kamu adik aku, Marsha." Indah menggenggam kedua tangan Marsha dengan sangat erat, ia sudah kehilangan segalanya, setidaknya Marsha tidak ikut menghilang, ia akan hancur jika pergi tanpa Marsha di sisinya. "Kakak kamu aku, bukan kak Viny. Kita akan pergi dan suatu saat nanti kita akan kembali, aku akan mengambil apa yang seharusnya aku miliki."

Marsha menggeleng dan langsung memeluk Indah, mengeluarkan semua isak tangisnya, tidak mudah untuknya membiarkan Indah pergi, tetapi akan lebih sulit untuk ke depannya jika ia ikut Indah dan melakukan pemberontakan pada 777. Jalan yang Indah pilih bukan jalan yang ia inginkan.

"Kamu gak mau ikut?" Indah mengangguk, ia mendorong tubuh Marsha menjauh dari pelukannya kemudian menunjuk Marsha dengan sangat tajam dan penuh kekecewaan. "Aku gak akan pernah melupakan apa yang terjadi malam ini, aku akan kembali dan aku pastikan setelah aku kembali nanti, aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai adik aku lagi."

"Kak, aku mohon, ini sulit untuk ak-"

"-Jangan pernah berani panggil aku kakak lagi!"

Marsha terbangun dari tidurnya saat mimpi buruk itu kembali datang, ia mengambil gelas yang ia simpan di nakas lalu menghabiskan air mineralnya sampai habis. Marsha bangkit, melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam, ini bahkan belum larut malam, tetapi ketenangannya sudah terganggu.

777 [END]Where stories live. Discover now