6

1.8K 378 94
                                    

"Ara bisa jadi pengacara juga?" Freya menopangkan dagu pada tangan kanan yang bertumpu di meja, ia memandangi Fiony yang sekarang sedang fokus pada layar moniotor entah sedang mengerjakan apa.

"Bisa, selama lima tahun kita latihan, awalnya hanya Ashel yang kuliah jurusan hukum, tapi Ara minta ke kak Viny agar dia kuliah juga, Ara selama ini belajar lebih giat dari kita semua makanya sebenernya kita gak terlalu kaget pas tau Ara yang gantiin posisi kak Viny, selama ini juga dia yang jadi penanggungjawab." Fiony sedang memeriksa banyak email yang masuk, benar saja apa yang Alex katakan, Chika mengabaikan banyak sekali permintaan.

"Fio, kalian itu lesbi ya?" Pertanyaan dari Freya mengundang tatapan dari Fiony.

"Kenapa kamu nanya itu?" Fiony menaikkan sebelah alisnya bingung, apa Freya mendengarkan atau melihat sesuatu?

"Kak Elang, kak Yazid, kak Gauraf, kak Alex, kak Farid dan yang lainnya ganteng, tapi gak ada satupun yang pacaran sama kalian." Freya mengusap dagunya ketika ingat sesuatu. "Semalem waktu aku pulang dari ruangan kamu, aku liat Adel ciuman sama cewek cantik."

"Oh." Fiony jadi mengerti apa alasan Kathrina datang padahal tidak biasanya anak konglemerat itu masuk ke sini. Fiony memang sering mendengar informasi bahwa Ara memberikan banyak gadis pada Adel selama ini, ia tidak pernah benar-benar percaya sebelum ia mengetahui Kathrina datang ke Marigold.

"Fio, kamu gak pernah jatuh cinta? Kenapa hanya kamu yang gak pernah terlibat dalam drama percintaan?" Dahi Freya mengernyit ketika Fiony tiba-tiba saja tertawa. Freya yakin, Fiony pasti pernah jatuh cinta apalagi gadis itu sudah sangat dewasa dan mungkin kebutuhan biologisnya perlu dipenuhi.

"Aku dulu pernah jatuh cinta tapi sama orang yang udah mencintai orang lain." Fiony kembali fokus pada monitornya, membalas beberapa email dan berharap mereka masih butuh jasanya.

"Siapa? Azizi?" Freya jadi penasaran.

"Kak Viny, aku mencintai dia tapi karna saingan aku kak Shani, aku mundur sebelum kepala aku terpenggal." Fiony tersenyum sendiri ingat masa konyol itu di mana ia berani mencintai seniornya sendiri. "Marsha adalah titisan dari kak Shani dan kak Veranda, dia selalu menghukum dan tidak pernah mau memaafkan."

"Parah banget." Freya ikut tertawa mengetahui itu. Freya bingung padahal ia diperintahkan untuk memata-matai mereka, tetapi ia sangat terhibur dengan semua cerita Fiony, kadang ada beberapa yang tidak ia ceritakan lagi pada orang yang menyuruhnya.

"Kamu selalu bertanya selama ini, aku sekarang mau nanya sesuatu, kamu gak serem ada di sini?" Fiony kembali menatap Freya, sekarang jauh lebih serius. Fiony ingin mengetahui sampai sejauh apa Freya mau memata-matainya.

"Serem tapi kenapa aku harus takut kalo aku gak bikin salah?" Freya mengangkat bahunya sekilas.

"Syukurlah, jangan sampai kamu membuat kesalahan besar, aku mungkin bisa memaafkan kamu, tapi Marsha ngga. Hati-hati ya."

Tubuh Freya langsung tegang, Fiony mengingatkannya dengan senyuman, tetapi ia mendengarnya dengan penuh ketakutan. Apa yang Fiony katakan benar, bagaimana jika suatu saat nanti mereka tau bahwa ia adalah orang yang disuruh untuk memata-matai mereka? Freya meneguk ludahnya, kenapa ia baru sadar tentang hal ini?


***


"Alex banyak mengeluhkan kepemimpinan Ara." Shani memandangi wajah samping Viny yang terlihat sangat manis meski sekarang Viny sudah menginjak usia yang semakin senja. "Dia mengeluh kalo Ara gak adil dalam membagi hasil dan dalam memperlakukan anggota inti, Ara tidak pernah berani menghukum Chika."

777 [END]Where stories live. Discover now