DTYT-Avoir le cœur qui bat la chamade

4.5K 941 333
                                    

Avoir le cœur qui bat la chamade
A heart that beats wildly












Upih menatap dirinya sendiri, dari Saint Laurent Calfskin Opyum Pumps Black yang membalut kedua kakinya lalu ke Argent Vest Dress yang dipakainya sebelum menatap ke arah Sukma, Wita, Suta, dan Terang. "Jadi, pagi ini kita nggak pergi ke Kerajaan Daher Reu?"

Keempatnya menggelengkan kepala di waktu yang bersamaan sambil menyesap kopi dan teh mereka masing-masing, menatap ke Upih yang tampak begitu formal di hadapan mereka sekarang.

Sekali lagi, Upih menatap ke tampilannya sendiri lalu membandingkannya ke penampilan sahabat-sahabatnya yang tampak chic dan santai—sangat berbeda dengannya yang memang berpenampilan rapi untuk datang ke Kerajaan Daher Reu sebagai jadwal kunjungan pertama mereka hari ini.

Tapi, dia dibuat terkejut ketika menemukan sahabat-sahabatnya tampak santai menikmati breakfast dengan pakaian mereka yang bisa dibilang Upih seadanya.

"Kenapa gitu?" tanyanya tampak kikuk. "Kan, jadwal pertama kita hari ini pergi ke Kerajaan Daher Reu? Sarapan di sana? Lo semua kenapa jadi makan di sini?" ucapnya menyebut restoran yang ada di satu hotel yang sama dengan tempat mereka menginap.

Sukma menjauhkan cangkir tehnya, "Nggak baca sms? WhatsApp? Lo dari tadi ditelponin juga nggak bisa."

"Kan, lagi make up. Buru-buru, jadi nggak sempat balas wa apalagi angkat telepon. Daripada nanti telat, 'kan, ya?" Upih menjawab sambil merogoh clutch bag yang digunakannya.

"Heboh banget, sih. Sampai ketinggalan berita kalau jadwal kunjungan ke Daher Reunya diundur." Wita ikut berkomentar, dia menghela napas panjang saat Upih tampak membelalakkan matanya saat melihat ke layar handphonenya. "Telat amat, Pik, kagetnya," tambahnya, menjaili Upih yang langsung memejamkan kedua mata setelahnya.

Setelah kemarin berkeliling di sekitar area hotel dan sedikit berbagi cerita dengan Mas Harjuna, keinginan Upih untuk pergi ke Kerajaan Daher Reu memang meningkat tinggi. Terlebih, setelah dia mendengar kalau Handjoko—setiap pekerja di area Kerajaan—diharuskan memakai seragam Kerajaan.

Pagi tadi, Upih sudah bersiap-siap lebih dulu. Dia memastikan kalau dandanannya cukup serasi jika nanti bertemu dan berdampingan dengan Handjoko yang sudah pasti akan datang ke acara makan pagi sekaligus meeting di Kerajaan Daher Reu.

However, reality fails to work in the way that people expect. Upih baru saja mendapatkan pesan dari Mas Harjuna—kemarin mereka bertukar nomor—dan juga pesan lanjutan yang dikirimkan sahabat-sahabatnya yang isinya sama kalau jadwal hari ini ditiadakan karena Pangeran Martaka harus menemani anaknya yang tengah malam tadi dilarikan ke rumah sakit.

Begitu membuka kedua matanya, Upih melihat Suta melambai sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya. "Makan cantik sini biar nggak sia-sia lo make up dari pagi," katanya penuh dengan nada ejekan yang cuma bisa ditangkap oleh Upih.

Tidak menuruti Suta, Upih malah berjalan ke arah Sukma dan menyuruh sahabatnya itu menggeser tubuhnya—memberikan tempat di kursi pojok untuknya yang dituruti Sukma tanpa banyak bicara karena tidak ingin membuat keributan dengan Upih di sini.

"Perlu banget kita duduk berempat, sempit-sempitan begini?" Terang akhirnya buka suara, menatap ke arah Upih yang tampak abai.

"Lo pindah, deh. Sempit banget ini," ucap Wita, mendorong Suta yang duduk di pojok untuk berpindah tempat.

Setelah Suta berpindah tempat duduk, Upih barulah bisa duduk dengan nyaman selagi ia mencomot baguette milik Wita yang ada di atas meja. "Terus, kalian rencananya mau ke mana?" tanya Upih, menatap Wita dan Terang bergantian.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now