Masjid An-Nur

Beginne am Anfang
                                    

"Mau kemana kamu?" Tanya bunda Husna.

"Mau jalan-jalan aja," jawab Aiman.

"Ya sudah, pulangnya jangan malam-malam," ucap bunda Husna.

"Sia—" ucapan Aiman terpotong oleh sang ayah.

"Kapan kamu nikah?" Tanya ayah Haidar.

"HAH," jawab Aiman terkejut.

"Apa? Kenapa? Masalah ayah nanya seperti itu?" Tanya ayah kembali.

"Tidak ayah," jawab Aiman yang sudah memeluk bunda Husna.

"Bunda, ayah nanya kapan Abil nikah. Abil ga tau bundaa," adu Aiman kepada sang bunda.

"Ayah benar kok, kapan kamu nikah?" Tanya bunda Husna gantian.

"Ingat umur Abil," ucap ayah Haidar.

"Ayah, umur abil baru 20 tahun loh," jawab Aiman.

"Adek umur berapa? 13 kan? Dia saja sudah menikah," ucap ayah Haidar.

"Beda ayahhh," jawab Aiman.

"Sudah, sudah, dengarkan? Suara yang indah itu? Sudah pasti Humai," ucap bunda Husna.

Ayaamii ma'aakii
(Hari hariku saat bersamamu)

Mush shaayif gerh usoodii w mush bansaahaa
(Selain hari itu aku tidak dapat melupakannya)

Fa'niikii laiit ahlaam na btamannaahaa
(Di matamu aku menemukan mimpi yang ku impikan)

Wu kholas mush 'aayiz geir wa yaakiya 'ish
(Dan cukuplah itu aku hanya ingin tinggal bersamamu)

Ayaamii ma'aakii
(Hari hariku bersamamu)

Mush shaayif gerh usoodii w mush bansaahaa
(Selain hari itu aku tidak dapat melupakannya)

Fa'niikii laiit ahlaam na btamannaahaa
(Di matamu aku menemukan mimpi yang ku impikan)

Wu kholas mush 'aayiz geir wa yaakiya 'ish
(Dan cukuplah itu aku hanya ingin tinggal bersamamu)

Sesampainya di ruang tamu Humai tersenyum, sembari berkata, "assalamualaikum semuanya,"

"Waalaikumsalam," jawab semuanya.

"Indah, selalu indah," ucap Aiman.

"Siapa bang?" Tanya Humai sembari mendudukan dirinya disebelah bunda Husna.

"Kamu, suara kamu indah," jawab Aiman.

"Hehehe, Syukron Abang Abil," ucap Humai.

"Sudah ayo," ajak Aiman.

"Yey jalan-jalan, ayo Abang," jawab Humai.

"Kita pergi dulu ya ayah, bunda, assalamualaikum," ucap keduanya.

"Waalaikumsalam," jawab ayah Haidar dan bunda Husna.

Kini keduanya pergi menuju salah satu mall yang berada di Bogor, Aiman sengaja mengajak Humai ke Bogor. Saat diperjalanan Aiman berucap, "Kamu ga rindu Yusuf?"

"Hem, rindu tapi kan Humai bukan siapa-siapanya Gus Pangeran. Jadi Humai ga ada hak untuk rindu, dan siapa tau disana Gus Pangeran sudah menemukan cintanya," jawab Humai.

Semakin bertambah umur Humai semakin bijak pula pikirannya, bahkan jika dibandingkan dengan anak yang lain pikiran Humai jauh lebih dewasa. Maka dari itu ayah Haidar dan bunda Husna membiarkan Humai menikah diusia dini, dan pikiran Humai sekarang kerena dari kecil sang bunda sudah memberikannya buku.

MasyaAllah, Gus PangeranWo Geschichten leben. Entdecke jetzt