conflict

182 108 56
                                    

Saito Yui dan Tsukishima Kei telah berteman baik sejak kecil. Tsukishima suka mengejek dan mengganggunya, seolah itu sudah menjadi kesehariannya. Dan, dia selalu bertengkar dengannya.

Seseorang menabrak Yui dari depan seolah sengaja membuatnya sedikit terpental ke belakang, "Ara-ara gomen. Aku ga bisa melihatmu karena kau pendek sekali." katanya dengan nada mengejek. Itulah Tsukishima Kei, pria dengan wajah menyebalkan dan kata-kata kasar.

Saat tubuhku terpental kebelakang, untungnya aku berhasil menahan diri agar tidak jatuh. Mataku menyorot tajam pada sosok yang menabrakku. Sementara itu, gigiku terkatup erat kesal karena ini pasti rencana yang disengaja oleh jerapah berkacamata ini, Tsukishima Kei.

"Sialan," lirihku dengan suara gemetar, mencoba menahan emosi yang memuncak.

Perasaan marah dan frustasi mulai memenuhi diriku, tetapi aku berusaha menahan diri agar tidak meledak di tempat. Aku tahu Kei suka melihatku kehilangan kendali.

Melihat ekspresi kesal di wajah Yui, Kei hanya bisa tersenyum sinis sambil bersandar santai di dinding. Kesenangannya melihat Yui marah selalu menghiburnya. Baginya, itu adalah pertunjukan yang tak ternilai harganya.

Kei melangkah mendekat, menekan kepalanya dengan seringai mengejek. Sepertinya Kei sudah menguasai seni membuat Yui marah hanya dengan gerakan kecil.

Kemarahan dalam diriku mencapai puncaknya, sebagaimana tingginya Gunung Everest. Aku hanya bisa menggerutu dalam hati, 'Kei sialan!' Dalam khayalan, aku membayangkan punya kekuatan seorang petinju berotot besar, lalu tanpa ragu langsung meninju wajah angkuhnya.

Tidak lama kemudian, tanganku bergerak dengan cepat menuju tangannya yang masih berada di atas kepalaku. Aku melepaskannya dengan sekuat tenaga yang aku miliki. Merasa tangannya terangkat dari kepalaku, aku segera mendekatkannya ke mulutku dan...

Tanpa ragu, aku menggigitnya dengan penuh amarah.

Merasakan gigitan di tangannya dari Yui membuatnya sedikit terkejut, tidak menyangka akan tindakan itu. Namun, yang lebih mengejutkan baginya, dia tidak merasakan sakit sama sekali. Sebuah kelemahan yang luar biasa, apakah itu hanya gigitan kutu? Kei menatapnya dengan ekspresi mengejek, tertawa dengan nada meremehkan seperti biasanya.

"Ooh, jadi kau lagi menggigitku yaaa sekarang," ucapnya sambil terkekeh. "Satu-satunya hal yang bisa aku rasakan adalah betapa kecilnya gigimu."

Aku benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak merasakan sakit sama sekali setelah digigit dengan begitu kuat? Aku melepaskan tangannya perlahan-lahan, mencoba untuk bersikap lebih dewasa meskipun sebenarnya aku tidak bisa mengendalikan emosi ini.

"Lihat aja nanti... akan kubalas kau, Kei sialan," ucapku dengan suara rendah, berharap nada itu akan membuatnya merasa sedikit takut. Aku melangkah masuk ke dalam kelasku.

Melihatnya menjauh setelah berhasil digodanya membuat Kei merasa terhibur. Dia tertawa kecil saat melihatnya masuk ke dalam kelas. Tanpa disadari, dia merasa seperti akan kehilangan akal jika tidak berada di dekatnya. Kei selalu menganggapnya lucu, dan kesempatan ini menjadi momen besar untuk membuatnya kesal lagi, terutama karena dia merasa sangat bosan.

Dengan senyum kecil yang tak terlihat oleh siapa pun, Kei melangkah menuju ruang kelas dengan rencana diam-diam untuk mengganggunya lagi nanti. Dia siap untuk menambahkan sedikit kekacauan ke dalam hari Yui.



☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆



Bel istirahat berbunyi, memberikan tanda kepada para siswa bahwa saatnya untuk mengistirahatkan pikiran.

Melodi Kecil || Tsukishima Kei Where stories live. Discover now