DTYT-Loin des yeux, loin du cœur

4.6K 928 434
                                    

Loin des yeux, loin du cœur

Out of sight, out of mind



"Di sini?"

Handjoko berdiri, menatap ke arah kolam renang The Kings Hotel & Resort, tepatnya ke area di mana kecelakaan di tempat syuting menimpa Upih tadi. Kedua tangannya terlipat di sisi pinggang, sementara matanya mengarah ke arah sekitar termasuk ke beberapa kamera dan kru yang masih berkumpul di tempat syuting ini.

"Director, pihak brand, sama perwakilan production house-nya ada di mana? Bisa saya ketemu mereka sebentar?" tanyanya, memutar tubuh agar bisa berhadapan dengan kru yang tadi mengantarkannya ke sini.

Pria bernama Samsul—yang tadi sempat berkenalan singkat dengan Handjoko di perjalanan menuju ke sini—menengok ke kanan dan kiri—terlihat seperti mencari sesuatu, sebelum dia menggelengkan kepalanya. "Sepertinya sedang istirahat, Pak."

Dibalik sikap tenang yang ditampilkan Handjoko, ada perasaan kesal dan heran ketika jawaban barusan ia dapatkan setelah ada kecelakaan besar yang menimpa salah satu talent aktris mereka. "Bisa minta tolong dipanggilkan? Saya mau bertemu sekarang," pinta Handjoko, masih berusaha bersikap sopan.

Setelah Samsul pergi dari hadapannya, Handjoko kembali menghadap ke arah kolam renang. Keningnya berkerut dalam ketika mengingat lebam di wajah Upih tadi, bukannya itu bisa disebut kecelakaan besar di lokasi syuting, ya? Dan bagaimana orang-orang di sini bisa bersikap se santai ini ketika mengetahui kalau Upih terluka parah?

"Maaf, Pak." Handjoko menolehkan kepala, dia menemukan seorang pria yang ternyata dibawa Samsul. "Perkenalkan, Pak, saya—"

"Kamu siapa?" potongnya, bahkan pria di belakangnya itu belum selesai memperkenalkan dirinya. "Director? Pihak brand, atau perwakilan PH? Kamu yang mana?"

Pria itu menggelengkan kepala, "Bukan, Pak. Saya ini perwakilan—"

"If you're not one of the people I mentioned, I don't want to talk to you." Masih menatap pria yang kini membungkam bibirnya, tangan Handjoko bergerak menunjuk seseorang yang berdiri di seberangnya—salah satu kru juga. "Stop filming me, or you're going to get what you deserve," ucapnya tanpa mengalihkan tatapannya ke pria yang kini memutar kepalanya dan menatap tajam kru yang dimaksud Handjoko dan membuatnya menurunkan handphone sambil menundukkan kepalanya.

Suasana di lokasi syuting yang tadinya berjalan biasa-biasa saja mendadak berubah sedikit mencekam, beberapa kru bahkan berhenti di tempat mereka—tidak berani pergi ke mana-mana.

Handjoko sendiri mencoba mengendalikan emosinya karena dia pendatang baru di sini—salah satu perwakilan Daher Reu—yang sudah pasti harus bisa menjaga perilakunya sebagai tamu. However, the people he was dealing with were utterly unaware of the concept of politeness, which he was still attempting to retain despite the fact that his emotions were running high at the time.

"Pak, ini bisa kita bicarakan baik-baik, kok. Setelah ini, saya akan memanggil—"

"Han!" Dari balik kacamata yang digunakannya, Handjoko bisa melihat dengan jelas sosok Terang yang berjalan menghampirinya. "Nyusul aja ke atas. Yang di sini nanti biar diberesin sama orangnya Suta, they are on their way here." Belum juga mendekat, Terang kembali memutar arah dan berjalan masuk ke arah dalam restoran setelah Handjoko menganggukan kepalanya.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang