DTNT-La première fois

Start from the beginning
                                    

Handjoko mengangguk, masih mempertahankan salah satu tangannya berada di belakang tubuh. "I just finished meeting with Pangeran Martaka to talk about another cooperation—about the free visit agreement between Indonesia and Daher Reu," jelasnya sambil menurunkan pandangan, menunjukkan penghormatannya ketika bicara dengan anggota Kerajaan Daher Reu.

"That jerk must be bothering you, right?" Mas Harjuna kembali ikut menimpali, kali ini dia menyeringai kesal. "I had raised the subject with him, but he refused to talk about it. He said that the kingdom's offer had no benefit for him. That rich man is well-known for his greed, and it goes without saying that he comes from the Aryaguna family."

Kalau biasanya Raden Kacaya melempar protes karena merasa terganggu dengan ucapan kasar kakaknya itu, kali ini pria berumur 34 tahun itu kelihatan setuju dari gerakan anggukan yang dibuatnya.

Berbeda dengan Indonesia, di Daher Reu seluruh bandara yang totalnya ada 16 bandara dijalankan oleh konglomerat dari keluarga Aryaguna secara turun-temurun. Dan sejak dua tahun ini, semua kendali dalam pelayanan bandara dan segala hal yang terkait dengan bandara diurus langsung oleh Adji Duwur Aryaguna selaku pewaris utama keluarga Aryaguna.

Meskipun tidak terlalu dekat, Handjoko jelas mengenal baik Adji—konglomerat yang beberapa kali tersandung masalah dengan Kerajaan tapi masih bisa berlenggang bebas di Daher Reu itu beberapa kali bersinggungan dengan Handjoko soal bisnis sailing yang dijalankan keluarga besarnya di sini.

"Your best friend is a real pain in the ass," komentar Mas Harjuna, menatap Raden Kacaya dari balik kacamata hitam yang digunakannya.

Handjoko sekali lagi hanya diam, dia sudah tahu betul tabiat Mas Harjuna. Berbeda dengan Raden Kacaya yang juga mengenal kakaknya dengan baik—bukannya mendiamkan—Raden Kacaya malah menimpali, seakan menantang balik. "Dia juga teman baiknya, Mas Harjuna."

"In front of the media and for the good of both countries, he is my friend. Aside from that, I don't wish to get to know that troublemaker." Mas Harjuna berdecak. "Kamu masuk sendiri, sampaikan ke Pangeran Martaka kalau aku ada urusan bersama Han." Tanpa menunggu jawaban Raden Kacaya yang kelihatan sangat keberatan, Mas Harjuna berjalan memutar—kembali keluar dari Pintu Besar yang baru saja dimasukinya.

Mau tidak mau, apa yang dikatakan pria yang umurnya lebih tua satu tahun dari Handjoko itu harus pria itu turuti layaknya perintah. "Saya pamit, Raden Kacaya." Sekali lagi, Handjoko menundukkan kepalanya dan berjalan keluar dari Pintu Besar bersama penjaganya.

"Ke kantormu, kan?" Itu pertanyaan Mas Harjuna begitu Handjoko berhasil mengikuti langkahnya dari belakang. "Jala hari ini absen dari kantor, 'kan? Kamu bisa pulang sebenarnya."

"I have a lot of stuff to do, so I can't just go right back. Especially tomorrow morning, I have to return to Jakarta to meet Wita," jelas Handjoko, menolak tawaran bolos kerja dari Mas Harjuna.

Mas Harjuna sempat melirik ke arah Handjoko, sebelum dia menatap lurus ke arah jalanan besar menuju Gedung Kebesaran Pusat. "Wita? Why not welcome him here? He agreed to play polo with me. Can I come with you tomorrow?"

"Tidak bisa," balas Handjoko cepat. "I met with Wita to discuss our potential working relationship, dan saya dengar dari Pangeran Martaka, besok anda punya jadwal kunjungan ke Pulau Ujung bersama Raden Kacaya." Meskipun terkesan lancang, Handjoko merasa perlu untuk menjelaskan hal barusan.

Lewat ujung matanya, Mas Harjuna melemparkan tatapan tajam ke arah Handjoko bersamaan dengan langkah mereka yang memasuki Gedung Kebesaran Pusat. "Send the message to Wita and Terang. I want them to come here this weekend. I will send a jet, so they have no reason not to come meet me."

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now