eps. 5

21 3 0
                                    

Caleo memakan makanannya dengan tenang. Sebelumnya, Ia memesan makanan yang sama dengan Secy karena Ia tidak mengerti apa saja yang di jajakan di kantin yang luar biasa megah ini.

Setelah menunggu beberapa menit, Secy akhirnya kembali dengan nampan di tangannya. Kepulan asap panas dari atas mangkuk terasa sangat menggiurkan, dan itu membuat Caleo merasa sangat lapar. Secy memesan dua porsi ramen komplit beserta pasangannya. Juga 2 kaleng minuman dingin bersoda.

Caleo bersorak dalam hati. Dua hal itu adalah yang paling baik jika disatukan. Sudah sejak lama Caleo ingin makan ramen, sejak dirinya menonton drama yang di setel menggunakan layar proyektor oleh anak perempuan di kelasnya dulu. Dimana pemerannya memakan ramen dan minuman soda, Caleo berharap dan menjadikan itu cita-cita kecilnya.

Dan sekarang, dua hal yang menjadi cita-cita kecilnya ada di hadapannya. Caleo tidak bisa tidak tersenyum. Tangan kecilnya mengambil sumpit serta sendok perak. Menyeruput kuah menggunakan sendoknya, matanya melotot, Ia terbius dengan keenakan ramen nya.

Seolah melupakan segalanya, Caleo memulai makan nya dengan khidmat.

Begitupun Secy, melihat Caleo yang lahap. Secy mengurungkan niatnya untuk berbicara, mengobrol. Ia akan memulai mengobrol saat mereka sudah selesai makan. Karena sepertinya, Caleo sangat kelaparan.

"Aaahhh!"

Caleo mendesah lega. Minum soda setelah makan ramen memang yang terbaik.

"Cale, kamu tidak penasaran dengan kelompok Exedon?"

Oh! Caleo pikir Secy sudah melupakan yang tadi pagi. Ternyata, Ia cukup tajam dalam ingatan dan tidak mudah melupakan sesuatu yang Ia anggap penting, apalagi tadi pagi Secy sudah mengatakan dengan yakin.

"Eum, tidak. Tapi aku mendengarkan."

Secy mengangguk.

"Mereka itu anak-anak orang kaya, juga sangat tampan. Apalagi, katanya, mereka semua dari kalangan konglomerat tersohor di daerah. Tapi, aku sedikit tidak suka dengan satu pemuda yang selalu mengikuti mereka kemanapun! Itu sangat menjengkelkan! Apa-apaan dengan tampang babi polosnya itu, apakah dia kurang asupan!"

Dua ekspresi dalam sekali bercerita. Caleo mendengarkan dengan baik, meskipun Ia tidak tahu apa dan siapa itu Exedon.

"Lalu? Bukan kah mereka geng, katamu?"

Ya, terkecuali mereka adalah sekelompok geng kecil. Hanya itu yang Caleo ketahui.

"Ck, pemuda yang aku sebut tadi bukanlah bagian dari Exedon! Dia hanya menempel bagai parasit. Jika saja tidak ada pemuda itu, pasti akan sangat sempurna."

Caleo mengangguk, seakan setuju saja apa yang Secy katakan. Karena memang Ia tidak mengetahui apapun tentang apa yang Secy katakan.

"Lihat kesana, pintu masuk kantin. Mereka anggota Exedon!"

Suara riang Secy mengalihkan nya menatap pintu masuk kantin. Berdiri 4 siswa tampan, bagaikan pangeran. Mereka diteriaki dan mendapatkan pujian begitu banyak. Tapi, mereka semua adalah pemuda yang Ia menyebabkan langkahnya terhenti di tangga tadi pagi.

"Sangat tampan, kan? Yang berdiri paling depan itu Reibara K. Jeshein Weinstein. Lalu di samping kanannya, Magenta Hugo Wilk. Di, sampingnya adalah keturunan Reinhart, Degaze Joven Reinhart."

Caleo menatap mereka dengan mata yang tak lepas mengamati apa yang mereka lakukan, meski itu hanya berjalan biasa menunu meja kosong.

"Dan kamu tau, yang berada di tengah itu, Abigeil Sedim Aljaber. Dia itu yang paling manis, apakah kamu menyukai salah satu dari mereka?"

To Be a Ordinary Boy as a Figurant Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt