Semester lima dimulai dengan dimas yang semakin sibuk, karena dimas bertekad untuk lulus di semester delapan, jadi akan semakin banyak malam dengan begadang yang harus dimas lalui.

Hiburannya hanyalah bermain video game, atau menjawab telvon zahra sesekali.

Dimas membiarkan harapan zahra melambung tinggi, hanya saja dimas ragu apakah harus meminta zahra untuk menjadi pacarnya atau tidak.

Keraguan dimas terjawab saat libur semester lima, dan dimas mengawali libur semesternya dengan pulang ke solo bersama rombongan touring dari vario versa.

Adit dan rumi menginap di rumah dimas selama lima hari setelah selesai touring mengelilingi wilayah solo.

Selama di rumah dimas, adit lebih sering menghabiskan waktunya berkeliling kota solo seorang diri, atau main playstation di kamar dimas, sementara dimas dan rumi, sibuk mengerjakan maket mereka.

Begitu rumi dan adit kembali ke jogja, dimas langsung mengajak zahra pergi makan berdua dengannya, untuk memastikan perasaannya pada zahra.

Namun baru saja dimas memastikan perasaannya untuk zahra, dan belum sempat mengungkapkan perasaannya untuk zahra, keluarga dimas menghentikan langkah dimas selanjutnya.

"Kamu ada hubungan apa sama zahra dek", tanya dina pada dimas di ruang kerja mami mita.

Dimas dengan ragu mengatakan bahwa dia ingin menjadikan zahra sebagai pacarnya.

"Zahra dua tahun lebih tua dari kamu dek, kamu sadar nggak sih", ujar dina mencoba menahan emosinya.

"Sadar mbak, nggak masalah kok umur buat aku", jawab dimas santai.

"Mbak nggak setuju, bukan hanya soal umur zahra, tapi kalau nanti kalian putus gimana, kamu yakin zahra bisa tetap profesional kerja di toko setelah jadi pacar kamu", tegas dina.

"Cari yang lain aja dong dim, nanti kalau kamu sampai putus dari zahra, kan mami repot, kalau sampai zahra memilih keluar dari toko", ujar mami mita.

Dimas hanya diam, dan dina tersenyum sinis, menangkap keraguan yang tergambar di wajah adiknya.

"Pokoknya mbak nggak setuju kalau kamu pacaran sama zahra, mau itu main-main atau serius", ujar dina lagi dengan tegas.

"Kamu sadar nggak, sejak kamu mulai dekat sama zahra, zahra mulai semena-mena sama karyawan lain, itu aja udah nggak sehat dim, belum pacar loh, baru deket, kalau dia sampai kamu pacarin, dia pasti langsung ngelangkahin otoritas aku di toko ini", ujar dina dengan lebih tegas dari sebelumnya.

"Oke oke, aku nggak akan pacarin zahra", jawab dimas, menyerah dengan cepat.

Dina langsung tersenyum penuh kemenangan, karena dia yakin adiknya akan menurutinya dengan mudah.

Bayangan konflik yang akan terjadi di toko, jika dimas bersikukuh untuk tetap memacari zahra, membuat dina merasa lelah.
Namun kini dina bisa merasa tenang, karena adiknya masih sangat menurut padanya.

Sambil tersenyum, dina mengusap rambut dimas, karena merasa senang, adiknya memilih untuk menyelamatkan dia dari konflik interest yang bisa dengan mudah terjadi di toko.

Dimas juga mendapat jawaban atas keinginannya, karena ternyata rasa suka yang dimas miliki untuk zahra, tidak sebesar yang dimas kira, karena dia menuruti kemauan kakak dan maminya dengan mudah.

Obrolan dengan mami dan kakaknya jelas terpatri di benak dimas, karena secara perlahan dimas mulai menjauhi zahra, dan menolak ajakan zahra untuk kembali pergi berdua dengannya.

"Tugas kuliahku masih banyak banget", jawab dimas, memberi zahra alasan setiap dimas datang ke toko, dan zahra mengajaknya jalan.

"Libur kuliah kok tugasnya masih banyak aja, nggak bisa dikerjain pas udah mulai kuliah", tanya zahra dengan lembut pada dimas.

Dimas hanya tersenyum pada zahra, dan berpindah dari samping zahra, saat dia melihat pelototan kakaknya yang baru turun dari lantai dua.

Dimas memilih untuk berbaur dengan karyawan lainnya, saat dimas ada di toko maminya, tidak seperti sebelumnya, dimana dimas selalu bercanda dengan zahra di sudut toko.

Zahra akhirnya merasa kalau dimas menarik diri darinya, tapi zahra bingung harus bersikap bagaimana, karena libur semester dimas yang hanya tiga minggu, tidak banyak memberi zahra peluang untuk menanyakan sikap dimas padanya.

Dimas dengan kejinya, memilih untuk membiarkan perasaan yang zahra miliki untuknya menggantung.
Dimas tidak memperjelas hubungannya dengan zahra, karena dimas juga memiliki rasa yang nyaris sama untuk zahra.

Dimas bimbang, apakah harus melepas zahra, atau melawan kakaknya.
Ataukah harus secara sembunyi-sembunyi berpacaran dengan zahra, tapi sayangnya zahra tidak lagi muda.

Zahra sudah memasuki usia pernikahan, jadi dimas sadar kalau yang zahra harapkan adalah hubungan serius menuju pernikahan, bukan hubungan yang bisa dimas permainkan.

Dimas juga tidak punya nyali untuk menawarkan pertemanan dengan zahra, karena dimas juga enggan melepaskan rasa sayang yang zahra miliki untuknya.

Dimas akhirnya berangkat ke jogja membawa kebimbangan hatinya, tanpa pamit pada zahra.

Zahra kemudian menatap kecewa pada dirinya yang menjadi pengecut karena tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu pada dimas.

Memang zahra masih punya puluhan kesempatan untuk lebih dekat dengan dimas, tapi dengan dimas yang menarik diri di libur semester kali ini, membuat zahra menjadi khawatir dia akan kehilangan momen penting yang bisa merubah keadaan hati dimas.

Meski begitu, zahra masih penuh percaya diri bahwa tidak ada satupun cewek di jogja yang bisa mencuri hati dimas darinya.

Namun zahra jelas salah, zahra memang punya puluhan hari libur semester yang bisa ia manfaatkan untuk mencuri kesempatan berdua dengan dimas.

Akan tetapi zahra harusnya tidak lupa bahwa dimas tinggal seorang diri di jogja, juga dimas menghabiskan hampir dua ratus tiga puluh hari di jogja setiap tahunnya.

***

After SunsetWhere stories live. Discover now