2

7 1 0
                                    

Sial. Panas banget ni kuping habis denger orang ceramah sejam

Gimana coba cara gw ngasi surat dari sekolah yang kesekian kalinya ini ke nenek

Kasian banget punya cucu laknat kek gw.

Author POV
Debi salah satu anak yang memiliki 'rumah rusak'. Sejak kecil debi mendengar orang tuanya bercekcok hampir setiap hari, entah masalah apapun diperdebatkan.

Hingga puncaknya, ketika debi berumur 8 tahun, kedua orang tuanya saling memergoki bahwa mereka saling selingkuh. Kemudian mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai, tidak ada yang merebutkan debi untuk hak asuh anaknya atau apalah itu.

Mereka menyerahkan debi kepada nenek dari sang ibu.

Debi tau, namun selama ini debi pura pura tidak tau.
bahwa dia adalah anak yang tidak diinginkan orang tuanya, dia lahir karena sebuah kecelakaan

"anak haram itu"
"Anakmu, bukan anakku"
"bukannya aku menginginkan anak it--"

PLETAKK

"APALAH ANJING APALAH, DARI PAGI KENAPA ORANG ORANG PADA KENAPA SIH!!"

Debi langsung menggosok matanya pelan

Angga. Sosok yang tidak ada angin tidak ada hujan iseng menjitak kepala teman sekelasnya yang dia tidak sengaja lihat, sedang melamun sambil berjalan.

"Hehehe. Btw, lu telat ya? Mampus! Sekarang lagi ditengah mapel Pak Bambang, pasti lu di geprek kalau kekelas sekarang" Balas teman Angga cengengesan, dan dengan tidak tau malunya padahal dia sendiri sedang membolos.

"SHUT THE FUCK UP, DUDE. LU SENDIRI BOLOS SEKARANG!" Jawab Debi dengan ngegas, lantaran masih kesal karena jantungnya hampir copot, ditambah lagi rasa sakit dijitak yang bunyinya dari ujung keujung sekolah bisa dengar.

"Cieee, kok tau, lu naksir gw ya?"

Tentu debi tahu akan kebiasaan temannya yang susah diatur itu dan menjadi rahasia umum itu karena beberapa kali keciduk guru saat sedang membolos.

"Dih anjing, semua orang di kelas juga tau kali"

Setelah mengucapkan hal tersebut, debi langsung berbalik dan mempercepat langkahnya menuju kelas.

"Eh eh eh, stop stop mending lu ikut gw bolos deh deb, gw tau space yang nyaman buat menyendiri dan merenung"

Shit. Gw ketauan.

Debi tidak terima hati. Image yang dia bangun seperti hancur rasanya. Debi yang biasanya selalu bersemangat didepan semua orang, dan asal ceplas ceplos, ketauan sedikit menangis didepan cowok menyebalkan itu.

"Lu! Kalo sampe ini kesebar, mati lu!" Debi menghadap ke Angga, dan bicara tepat didepan mukanya.

"Santai aja kali neng. Gimana? Mau ikut? Atau gw sebar ke sekolah kalau seorang debi kek mo nang-"
Diliatnya tatapan nyalang dari debi, membuat Angga merasa sedikit bersalah.

"Oke oke. Forgive me, your majesty. Would you like to go with me?" Sambungnya.

"... Ok"

Debi bukanlah anak menye menye yang tinggi harga diri itu. Kalau dia mau, dia bilang tanpa rasa sungkan.

Dan juga, sebenarnya, dari lubuk hatinya yang paling terdalam. Dia berterimakasih dengan angga, karena kalau bukan karena dia. Debi akan menunjukkan sisi paling lemahnya.

'Ceroboh sekali'

Mengikuti cowo itu juga bukan pilihan yang buruk. Kalau macam macam, Debi siap dengan skill beladiri nya, cabe rawit semprot yang selalu dia kantongi, dan pisau dapur pemberian neneknya yang selalu dia bawa di tas kemana-mana.

Terdengar sedikit menyeramkan, namun bagaimana lagi? Anak perempuan yang hobinya keluyuran itu mau tidak mau harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

Bagaimana kalau ada pengecekan? Tentu saja anak cerdas itu memiliki seribu satu cara untuk menyembunyikan, mengeles, dan lain sebagainya.

Semua peralatan tersebut, yang akan gebi sadari beberapa saat kedepan, akan sangat membantunya di kemudian harinya

__________________________________________________

Yey, i did it.
See you next chapter guys,

Luh ya,
ttd

Lawlietcchi

IS IT ONLY US ?Where stories live. Discover now