☁️ㅣ18. Mereka Telah Memulai

Start from the beginning
                                    

"Lo duduk di sini! Jangan ke mana-mana, biar gue ambilin jusnya! INGET JANGAN KE MANA-MANA!" Alvano gusrak-gusruk bangkit dan segera melipir ke arah dapur. Ia sudah menebak jika Hana akan mengajaknya pergi lagi ke tempat yang dibicarakan. Daripada begitu, lebih baik ia ambilkan jus saja.

Melihat kepergian Alvano, Hana hanya mengedikkan pundak sementara Hanina berdiri dan meraih paper bag yang cukup besar yang sedari tadi ia bawa. Ia melangkah menuju Rembulan dan menjulurkan paper bag itu. "Ini buat lo," katanya.

Pandangan Rembulan tertuju pada paper bag berwarna putih dari Hanina, ia belum menerimanya dan karena itu, Hanina mengeluarkan isi yang ada di dalam paper bag.

"Ini sepatu, bukan barang bahaya," ucap Hanina memperlihatkan kotak sepatu, tak berhenti dari sana, ia juga membukanya dan memperlihatkan sebuah heels cantik berwarna lilac. "Waktu ke toko, tiap lihat warna ini gue inget lo."

Rembulan tidak menyangka jika Hanina akan memberikan sebuah heels yang begitu cantik padanya. Rembulan tidak tahu kenapa, dan apa maksudnya. Ini semua terlalu mendadak dan membuatnya bingung.

"Baik sekali cucu nenek."

Semua menoleh pada Isabela yang muncul dari arah lift bersamaan dengan Laila. Keduanya tersenyum menatap Hanina.

"Bulan pasti suka, pilihan Hanina cantik banget," ujar Laila.

Sampai saat ini, Rembulan belum bereaksi apa-apa. Ia ingin mengucapkan terima kasih lalu menerima heels dari tangan Hanina, tetapi pergerakannya kurang cepat, Hanina lebih dulu berlutut di hadapan Rembulan.

"Cobain, gue mau lihat ini ukurannya pas atau nggak," ucap Hanina dan mengangkat satu kaki Rembulan.

Rembulan tak sempat menolak, ia juga tak sempat bereaksi saat kakinya ditarik ke depan dengan kencang, hingga ujung heels yang ia kenakan di kaki kanannya menuju ke arah kening Hanina.

Bukan itu saja yang membuat Rembulan membelalak terkejut. Hanina menjerit, terdorong ke belakang dengan kuat akibat kaki Rembulan tadi.

Semua orang yang ada di sana jelas sekali terkejut, mereka panik melihat darah yang menetes di kening Hanina karena ujung heels runcing yang dikenakan Rembulan.

"BULAN LO KENAPA, SIH?!" Hana berteriak melihat itu, ia beranjak dari kursinya dan menarik Hanina dengan raut wajah khawatir. "KENAPA LO NENDANG HANINA?!"

"KURANG AJAR!" Isabela bangkit dengan raut wajah penuh amarahnya. Ia menatap Rembulan dengan tajam. "Apa maksud kamu?! Kenapa kamu melukai Hanina?!"

Suasana yang tenang jadi menghilang seketika, semuanya tergantikan dengan kepanikan. Rembulan yang dihampiri Isabela hanya sanggup menggelengkan kepala, tatapannya terpaku pada Hanina yang terluka karenanya.

"Kita ke rumah sakit dulu, Varo bantu mama." Laila menarik Hanina untuk bangkit dibantu Alvaro yang menurutinya. Mereka langsung menuju ke depan rumah, memanggil sopir agar bergerak dengan cepat mengantar menuju rumah sakit.

"Diam di sini dan urus anakmu yang kurang ajar itu!" Isabela menepis tangan Laila yang memapah Hanina masuk ke dalam mobil, tatapannya tajam menyiratkan tak mau ada bantahan membuat Laila mengangguk tanpa jawaban.

Dari kepergian mobil yang ditumpangi Isabela, Hana, dan Hanina, Laila dan Alvaro kembali ke rumah untuk menemui Rembulan yang kini masih terdiam di samping Alvano yang terus bertanya dengan panik.

"Bulan?" Laila menghampiri, memperhatikan Rembulan yang menatap lurus ke depan, sebelah kakinya masih memakai heels yang melukai Hanina tadi. "Bulan kenapa tadi?" tanya Laila kemudian duduk di samping anak gadisnya, mengusap lengannya dengan perlahan.

Awan untuk RembulanWhere stories live. Discover now