S. 3 chapter 73

294 45 12
                                    



    Aku yang beberapa kali dikirim ke medan perang kini mulai terbiasa dengan situasi perang. Membunuh atau di bunuh adalah hal yang biasa. Aku bahkan mahir menggunakan pedang saat ini.

Keterkejutan Mikaela dan Pangeran Edward terhadap tingkahku tidak terlalu membawa perbedaan antara aku dan Cyril yang sebelumnya.
Karena saat di medan perang. Aku bukanlah Ezra. Aku adalah kesatria terhormat yang berjuang untuk menyatukan seluruh kontingen demi berakhirnya perang dan tercapainya perdamaian. Itu adalah keyakinan yang ku buat untuk melarikan diri selama ini.

   Perang membuatku belajar banyak hal dengan satu tujuan yaitu bertahan hidup dan membawa kemenangan. Empat tahun waktu berlalu dan Separuh daratan telah menjadi bagian dari Kekaisaran Lacrea.

Ancaman, cacian, kutukan, bahkan hujatan dari orang-orang yang keluarganya ku bunuh dalam perang menjadi keseharian bagiku.
Perasaan untuk berbagi dan baik hati terhadap orang lain memudar seiring dengan banyaknya yang mencoba untuk membunuhku.

   Mulai dari kakek tua yang seolah peduli padaku saat kami berada di suatu wilayah dan pada akhirnya berkhianat untuk meracuniku. Seorang adik kecil yang ku anggap keluarga rela menjual informasi keberadaan ku demi keluarganya yang menderita akibat perang. Dan banyak hal lainnya yang membuatku berpikir kebaikan itu hal yang bodoh untuk dilakukan.

   Bahkan anak-anak terlantar akibat korban perang yang ku asuh dan ku selamatkan berkhianat pada akhirnya. Kebaikanku membuat pangeran Edward hampir meregang nyawa karena bocornya informasi perang. Dan itu semua karena kebodohanku. Aku tidak mempercayai apapun lagi. Bagi ku orang lain adalah orang lain. Mereka tidak ada hubungannya dengan ku.

   Tak ada lagi sifat kekanak-kanakan yang biasanya sering ku lakukan. Tak ada lagi canda saat aku beristirahat, tak ada lagi tawa saat aku tidak memiliki kegiatan yang berarti, semua nya pudar seiring dengan waktu dan banyaknya medan perang yang ku hadapi.

Berita baiknya, aku selalu menang dan membunuh mereka semua tanpa ampun.

   Entah sejak kapan, mereka mulai memanggilku Iblis berdarah dingin, malaikat putih medan perang ataupun Es dari neraka. Aku menerima semuanya tanpa berkomentar.

Mikaela dan aku cukup dekat selama ini, karena kesetiaan yang ia tunjukan untuk melindungi ku.
Pangeran Edward menjadi panglima perang yang ambisius. Belum pernah ada kekalahan yang kami dapatkan dibawah komandonya.
Sesekali aku dan Mikaela berlatih pedang bersama di masa istirahat perang.

   Daratan Utopia adalah daratan yang terdiri dari 5 kerajaan yang di pimpin oleh Kerajaan Artiar. Dan pada akhirnya mereka menjadi Artiar seutuhnya.

Demon break yang terus muncul dan bergerak memperparah keadaan di seluruh daratan. Karena manusia tidak hanya berperang melawan sesama manusia melainkan juga monster yang keluar dari demon break.

    Neilsen yang menjadi Dark priest di tarik ke medan perang dan dikirim untuk mengalahkan monster dari demon break. Kekuatannya begitu sempurna namun pada akhirnya ia tewas dalam perang.

Demon break bukan hal yang mudah karena kekuatan Kegelapan yang melahap apa saja juga berpengaruh pada peri kegelapan. Intinya kau akan tetap tewas selagi kau tidak sekuat mereka.

    "Sayang sekali". Ucap Mikaela yang mendapat pesan tersebut.

    " Kenapa? " Tanyaku spontan.

    "Padahal pangeran Neilsen tidak pernah menginginkan untuk terjun dalam perang. Tapi kekuatan peri kegelapan yang ia miliki di ketahui oleh Leaven. Tentu saja Leaven tidak akan menyia-nyiakan semua kekuatan yang ada. Dan pada akhirnya Leaven seolah membunuh Adiknya sendiri dengan memberi penghargaan pahlawan Kekaisaran. Sungguh bodoh".

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें