Chapter 06 : Time for the Enemy to Approach

420 67 13
                                    

Suara bisikan sayup-sayup terdengar di sepanjang jalan Sakura yang menyusuri koridor utama kediaman Hyuga. Para pelayan yang melihatnya di sepanjang jalan itu menatap dengan berbagai jenis tatapan. Namun tidak sedikit diantara mereka menatap Sakura dengan tatapan cemooh. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Sakura adalah anak dari seorang pelayan, tak mengherankan jika para pelayan menatapnya dengan tatapan cemooh.

Di kehidupannya yang lalu Sakura benar-benar tidak merasa nyaman dengan tatapan itu. Namun, kali semuanya berbeda. Sakura sepenuhnya tidak peduli sampai akhirnya mereka tiba di depan kamar yang akan Sakura tempati dengan Hinata yang memimpin jalan untuk masuk.

"Bagaimana Lady? Kamarnya sangat besar, apakah Lady menyukainya?" tanya Hinata saat ia membalikkan tubuhnya, menatap Sakura dengan senyuman hangatnya itu.

Senyuman miring terukir di bibir Sakura, mendapati ia kembali ke kamar tidur itu. Di kehidupan yang lalu, Sakura benar-benar bersorak senang mendapati kamar itu karena kamar itu lebih luas dari kamarnya di kediaman Haruno dan Hinata tampaknya tau hal itu. Sayangnya kamar itu sebenarnya adalah kamar terkecil di kediaman Hyuga. Lalu, seharusnya Sakura tidak ditempatkan di sana, harusnya ia menempati kamar tidur Nyonya Rumah.

"Lumayan," ucap Sakura pelan.

"Aku tahu Lady akan menyukainya," ucap Hinata kegirangan. "Oh ya Lady karena Lady datang setelah jam makan siang, sayang sekali semua makanan sudah dibereskan. Bagaimana jika Lady ikut makan malam saja sekaligus menyapa Kak Neji?"

"Tentu, tidak masalah," ucap Sakura yang kembali menampilkannya senyuman ramah penuh kebohongan, berpura-pura terjebak dalam permainannya wanita Hyuga itu, seorang wanita yang mencoba membuatnya kelaparan sampai jam makan malam tiba.

"Oh ya, aku punya beberapa tips untuk Lady. Aku sangat menyukai Lady jadi aku berharap Kak Neji juga bisa menyukai Lady agar kita bisa jadi keluarga," ucap Hinata dengan suaranya yang terdengar ramah, perlahan mendekat ke arah Sakura.

"Sebenarnya Kak Neji itu suka sekali dengan wanita yang terlihat manis bahkan dari segi pakaian. Sepertinya warna-warna terang seperti kuning cocok untuk Lady. Menurutku, Lady itu sangat cantik dan manis apalagi jika gaun Lady dihias dengan pita," lanjut Hinata membawa Sakura mendengus pelan mendengarnya.

Itu adalah kalimat yang sama dengan apa yang ia katakan di kehidupan yang lalu. Hinata berusaha membuatnya terlihat seperti badut dan bodohnya Sakura percaya dengan semua kata-katanya itu. Sakura di kehidupan yang lalu menghias dirinya dengan warna-warna terang yang bertabrakan dan pita-pita cantik di gaunnya sampai Neji menatapnya dengan tatapan jijik, menganggapnya sebagai lady yang belum dewasa.

"Lady," panggil Sakura pelan, menyentuh helaian rambut Hinata yang menempel di wajahnya sebelum akhirnya bola mata emerald Sakura menatapnya dengan tatapan yang mengerikan. "Terima kasih atas sarannya. Kakak ini pasti akan mengakrabkan diri dengan Kak Neji-mu, karena itu jangan khawatir."

"Ah iya," ucap Hinata yang bergidik ngeri, memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke belakang.

Sesaat kemudian Sakura tersenyum dengan ramah. "Terima kasih banyak Lady Hinata atas sambutannya yang ramah. Kalau begitu, bisakah Lady keluar? Ada banyak barang yang harus diatur."

"Ah ya benar, selamat beristirahat Lady," ucap Hinata yang pada akhirnya undur diri, meninggalkan Sakura di dalam kamar tidur itu bersama Ayame dan Tenten.

Sepeninggal Hinata, Ayame bergerak untuk membongkar barang namun Sakura segera menahannya. "Jangan bongkar barang apapun. Kalian pergilah melapor kepada kepala pelayan untuk mendapatkan kamar."

"Baik Nona," ucap Ayame dan Tenten dengan patuh.

"Hinata, Hinata. Kau pikir, kau bisa menggenggam dunia hanya dengan menampilkan wajah polos itu? Menjijikan," ucap Sakura dengan senyuman sinisnya saat ia berjalan menuju jendela besar di dalam kamar itu.

Hingga akhirnya waktu pun berlalu. Jam makan malam akhirnya tiba dan Sakura bersiap dengan gaun yang mengembang namun tertutup dengan setiap jahitan dan detailnya disusun secara cermat untuk menciptakan kesan kemewahan dan keanggunan. Gaun ini memiliki potongan yang mengalir, memancarkan keanggunan klasik yang tak terbantahkan.

Bagian atas gaun ini terdiri dari lapisan tipis yang transparan, dihiasi dengan sulaman merah muda yang rumit dan berkilauan. Sementara leher gaun ini dihiasi dengan renda merah muda yang indah, memberikan sentuhan romantis yang menawan. Sementara itu, lengan gaun yang berwarna putih menawarkan kontras yang memikat, dengan detail lipatan yang halus dan jatuh dengan lembut di pergelangan tangan.

Bagian bawah gaun ini mengembang dengan indah, menciptakan siluet yang memukau ketika pemakainya berjalan. Lapisan-lapisan kain yang melingkar memberikan volume yang sempurna, sementara detail sulaman merah yang dipadukan dengan renda putih membuat gaun ini menjadi karya seni yang tak terlupakan. Gaun ini adalah manifestasi dari keindahan dan kemewahan yang tak terbantahkan.

Sementara itu untuk bagian rambut, Sakura memilih untuk menyanggulnya sehingga menampakkan bentuk wajahnya yang indah sejelas mungkin. Ia tampil sempurna, seperti malaikat yang turun ke bumi karena itu Ayame tak berhenti berdecak kagum melihatnya.

"Ayo kita pergi," ucap Sakura yang bangkit dari duduknya, berjalan dengan tenang bersama Tenten dan Ayame yang berjalan di belakangnya hingga mereka tiba di depan pintu ruang makan.

Dengan anggun Sakura memasuki ruang makan, menyedot atensi Neji yang duduk di kursi utama. Pria itu menatapnya dengan bola mata lavendernya yang hampir tidak berkedip saat Sakura secara perlahan mendudukkan dirinya, menatap wajah tampan Neji dengan senyuman kecil, pria dengan rambut coklat yang mengalir dengan lembut. Proporsi wajah Neji sendiri terbilang sempurna, dengan kulit yang halus dan bibir yang lembut, menambah pesona alaminya yang memikat. Meskipun jika dibandingkan dengan Sasuke ia bukanlah apa-apa tapi tetap saja, pesona alaminya menciptakan daya tarik yang tak tertandingi, menawan hati mereka yang beruntung untuk melihatnya.

"Selamat malam Marquess Hyuga," ucap Sakura dengan senyuman lembutnya yang terlihat begitu cantik. Di mata Neji sekarang, Sakura benar-benar terlihat seperti malaikat sementara di kursi lainnya, Hinata tampak tidak senang.

"Maaf, saya dengar Anda menyukai warna-warna terang dari Lady Hinata. Sayang sekali, saya tidak memiliki gaun dengan warna terang namun jika Anda memang sangat menyukainya, saya akan berusaha menyesuaikan diri dan membeli gaun baru nantinya," ucap Sakura sambil tertunduk sedih, mengigit bibir bawahnya seolah dirinya tengah resah.

"Apa?" ucap Neji dalam keterkejutannya. "Tidak, tidak. Saya tidak menyukai warna-warna seperti itu. Lalu, Lady Anda tidak perlu menyesuaikan selera Anda dengan saya, Anda tampak cantik. Namun apabila Anda ingin membeli gaun tentu saja, saya akan memanggilkan pemilik butiknya kemari hingga Anda merasa puas untuk memilih gaun yang Anda sukai."

"Benarkah?" sahut Sakura yang segera menegakkan kepalanya, menatap Neji dengan bola mata emerald hijaunya yang berbinar. "Marquess begitu baik."

"Jangan terlalu sungkan Lady, panggil saja saya Neji," ucap Neji dengan senyuman hangat yang tertuju ke arah Sakura membuat Hinata mengepalkan tangannya yang berada di atas pangkuannya.

Rewrite the Villainess' StoryWhere stories live. Discover now