TB16B - Tasbih dan Rosario

Start from the beginning
                                    

Fikra mengacak-acak rambutnya. Uang sejumlah ratusan jutanya raib begitu saja. Sementara dia belum membayar uang sewa kamar asrama untuk semester depan.

"Tapi Fikra, saya bisa bantu memberi tempat tinggal untuk sementara waktu. Tinggallah bersama kami dan menjaga putri kecil nakalku yang satu ini."

Moses mengacak pelan puncak kepala putri tunggalnya sambil tertawa hangat. "Tiga minggu ke depan, saya harus pergi ke New York untuk mengurus bisnis. Saya harap, kamu bisa menjaga Zevanya. Kamar di lantai dua rumah kami kosong, tetapi selalu kami bersihkan."

"Baik, Tuan Moses. Saya akan jaga Alenta. Tiga minggu lagi saya pastikan, saya sudah memiliki tempat tinggal."

"Nak, bukan begitu maksudku. Kau bebas akan tinggal di sini sampai kapan pun. Bila harus sampai lulus pun tidak masalah."

"Saya tidak bisa menerima bantuan tanpa melakukan apa pun. Apakah boleh sebagai gantinya, saya membantu di toko kopi milik Tuan? Saya bisa menyapu, mengepel, atau mencuci piring," jelas Fikra dalam bahasa Inggris berlogat Amerika. Walau berkuiah di Inggris, Fikra masih merasa belum mahir mengucap kata seperti para pemain dalam film Harry Potter.

"Tupai kecil, di mana kau menemukan teman sebaik ini?" puji Moses pada Alenta yang hanya memberi cengiran kuda lalu memeluk ayahnya.

"Baiklah karena kamu memaksa, kamu bisa membantu menjaga toko kami."

Nyaris 4 semester Fikra tinggal di bawah atap yang sama dengan Alenta dan Tuan Moses. Seorang pemuda muslim dilayani begitu baik di dalam rumah yang sangat hangat. Pemilik rumah adalah seorang ayah tunggal dengan putrinya yang memeluk agama Katolik. Fikra menganggap Alenta seperti sahabat, bahkan adiknya sendiri. Dia jaga putri Tuan Moses dengan sepenuh hati dalam sehat mau pun sakit.

Saat Fikra terbangun sedikit terlambat untuk solat subuh, dia bisa mendengar Alenta dan ayahnya sedang melakukan doa pagi di ruang tengah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat Fikra terbangun sedikit terlambat untuk solat subuh, dia bisa mendengar Alenta dan ayahnya sedang melakukan doa pagi di ruang tengah.

"Apakah putri kecilku tidur dengan baik semalam?"

"Bagaimana perasaan Zevanyaku pada pagi hari yang cerah ini?"

Alenta akan menumpahkan semua keluh kesahnya. Mulai dari masalah kuliah sampai sesepele masalah sisir yang patah. Kemudian keduanya akan sama-sama menangkupkan tangan masing-masing dan berdoa.

Sementara Fikra di kamar atas mengenakan sarung dan pecinya, menggelar sajadah. Tuan Moses tidak ragu mengeluarkan salib dari kamar yang digunakan oleh Fikra. Pemuda yang sedang diuji masalah ekonomi membaca doa qunut untuk memulai harinya.

"Fikra, ayo, sarapan. Kau harus tahu hari ini aku membuat daging barbeque halal yang enak," ucap Tuan Moses begitu bersemangat.

Mereka bertiga menyantap hidangan istimewa dengan cara menghormati perbedaan yang ada. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

Semua yang terjadi di London begitu membekas. Rumah dari keluarga Katolik yang taat justru memberikan kehangatan di hati Fikra yang saat itu terasa begitu kosongnya.

TANAH BAGHDADWhere stories live. Discover now