Yang Baru Tersingkap

32 10 10
                                    

Lalu kejadian yang sama kembali berlaku. Tatapan matanya; dan itu, bahwa entah mengapa seperti semacam perekat kuat yang membuatnya tak bisa berlepas dari jeratannya. bukan karena apa, atau mungkin sebab mata hazel Pangeran Zu begitu menawan, membuatnya enggan untuk beralih pandang;

dan mungkin jua boleh jadi karena: ada sesuatu dalam hati Lu Yifei yang mengatakan bahwa tatapan dan mata itu bukan ini kali pertama ia pernah melihatnya. 

Sejak saat pertama kali ia menatap mata hazel Pangeran Zu waktu lalu; dan yang itu membuatnya kegemaran untuk terus memandangnya; entah mengapa itu terus mendorongnya berpikir bahwa ia seperti nampak tak asing, namun barangkalilah juga di mana tahu ia pernah berjumpa pandang sebelumnya. 

Mungkinkah benar bila mata itulah yang selama ini ia rindukan dalam? Walau sebagaimana ia pernah melupa; terlepas memori itu, tetapi bisa jadi benar: kali saja itulah netra yang ingin hatinya temukan.

"Kau habis menangis?" Pertanyaan itu Pangeran Zu, membuatnya tersadar dan bisalah ia terlepas dari jeratan matanya, melainkan hanya untuk menimang keterkejutan: bila bagaimana bisa dia dapat mengetahui hal itu?

Atau mungkin ya tentulah ia bisa melihat mata sembab Lu Yifei pada penatapan lama barusan.

Pelayan Lu segera dan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari berlontar, "Ah, tidak, Yang Mulia. Anda salah lihat," sanggahnya dusta. Namun pasti saja, kebohongan itu dapat dengan mudah ditangkap oleh Pangeran Zu.

***

Esok juga masih dengan matahari yang sama, datang menyinari kembali. Pangeran Zu, Pelayan Lu, dan A Fu telahlah memulai kembali berjalan kereta kuda, untuk memasuki gerbang kota kerajaan yang semalam tadi tertunda.

Seperti selalu, pun untuk menampilkan kota Kerajaan Feng Utara sudah mulai ramai dan sesak oleh masyarakat berlalu-lalang di jalanan. Lega menuai, pastinya sebab mereka telah rampung melaksanakan tugas hingga kembali pulang ke tempat asal. Walau meski, adalah satu kecil kendala yang sempat terlalukan.

Usai memasuki istana, kemudian lalu disambutlah oleh keluarga kerajaan seluruh, juga tiada luput pun, para pelayan datang menunduk, Ibu Suri Agung tersenyum hangat, hingga Pangeran Feng Guren yang menatap lekat.

Kami tentu saja mengerti etiket dan rules: hanya untuk menunjukkan ketakziman mereka pada orang- yang mereka hormati lebih tua. Obrolan ringan sebuah keluarga yang bertemu kembali setelah beberapa hari terpisah, itu bukanlah sesuatu yang tak lazim. 

Pelayan Lu hanya bisa mendengar obrolan mereka sekeluarga dari belakang dan ketertundukan. Berjalan di belakang mereka, menyaksikan kehangatan dan kasih sayang yang selalu ia rindukan.

Langkah mereka menuju pada paviliun kediaman Pangeran Zu, kemudian Pelayan Lu mendampingi Pangeran Zu untuk membawa barang-barangnya masuk ke dalam, meninggalkan Ibu Suri Agung dan Pangeran Gu di belakang.

Begitu memasuki kediaman, jangan ucapkan lagi, tetapi Pangeran Zu sudah disambut oleh guru besarnya yang mengajarinya di sekolah kerajaan. Entah menunjukkan apa, melainkan mukanya nampak berkerut, dan kumis putih panjangnya terlihat berkedut-kedut.

"Guru ..."

"Bagus Anda, ya! Menggunakan persetujuan mulut Ibu Suri Agung untuk bisa membolos sekolah?!"

Pak Guru tua itu membawa sebuah penggaris pipih panjang, dan itu digunakan untuk memukul pantat Pangeran Zu. Sontak pastilah refleks Feng Zugui menghindari dari tabokannya yang berkali-kali dan bertubi-tubi.

"Ampun, Guru! Ampun! Saya tidak akan mengulanginya! Tapi perintah itu memang benar adanya!"

"Membual sekali lagi, dan Anda akan tamat di tangan saya. Kemari!" Guru Besar mengejar Pangeran Zu yang berlari menjauhinya.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang