Chapter 3 - Wisata kota sang labil

4 0 0
                                    

Lompatan surgawi! Semesta 512,7. 1919 Agustus 20. Bumi, Kota Istum.

ZING,,,WHOOP!

SPLASH!


Hans tiba di Kota Istum. Ia mengarahkan lompatannya ke taman kecil yang sepi. Tidak ada yang melihatnya tiba di sana.

Kota Istum, kota modern yang mengedepankan arsitektur minimalis. Jarang sekali ada bangunan tinggi di sini. Kebanyakan merupakan ruko yang setinggi 10-20 meter. Perumahan di sini dibangun memanjang berklaster.

Jalanan kota ini masih menggunakan aspal, walau di dalamnya ditanam berbagai teknologi seperti pengisian daya kendaraan atau terowongan bawah tanah yang terbuka otomatis. Kemanapun Hans pergi, selalu terlihat trotoar luas yang ramai dengan kesibukan tiap orang.

Tetapi tim Paxdora belum juga terlihat. Ia telah mengelilingi kota selama 10 menit. Belum nampak PDL mereka yang menarik perhatian itu.

Yang sesungguhnya terjadi ialah teknik translasi gadget mereka membutuhkan sedikit lebih lama waktu untuk tiba. Itu tidak secanggih bakat lompatan surgawi.

"Seharusnya kita briefing titik kumpul dulu arghh!" Sebut Hans

Dari sudut matanya, terlihat segerombolan petugas berseragam berjalan keluar dari sebuah bangunan berwarna abu-abu. Mereka berpencar ke arah kanan, kiri, depan, dan belakang bangunan. Mereka adalah Konsil Keamanan Kota yang tempo waktu memburu Hans di penjuru kota.

Hans menyembunyikan tubuhnya di balik pepohonan. Ia masih trauma dengan mereka, walau kali ini mereka tidak akan mengejarnya.

Hans terbirit kembali menuju taman. Ini sudah 20 menit. Ia benci menunggu. Hidupnya terbiasa instan. Lantas tiba di depan ayunan berwarna merah, dan melihat Zero dan Mira sedang asyik berayun-ayun di atasnya. Sedangkan Vanisa tengah serius menyeimbangkan badannya di tengah poros jungkat-jungkit.

"Aku mencari kalian kemana-mana di seluruh kota!"

Vanisa turun dari jungkat-jungkit demi merespon Hans. "Dan kau telah berhasil menemukan kami! Ayo sekarang saatnya bekerja."

"Hehehe, maaf Hans!" Zero mencoba tidak membuat Hans marah.

Hans mendengus. "Sudahlah, hey Mira ayo! Aku tahu gadget kalian tidak bisa melakukan teleportasi, maka kalian butuh sedikit panduan wisata. Kita akan berjalan-jalan mengelilingi Kota Istum."

Mereka mulai berjalan keluar dari taman. Hari itu sangat cerah. Kota ini, walaupun ramai dengan kendaraan besar kecil lalu lalang tiap detiknya, udaranya terasa lebih bersih dari kota di Bumi. Memiliki pepohonan lebih sedikit, tetapi memiliki udara lebih lembab dari kota di Bumi.

Nampaknya peradaban Silenta berhasil menggabungkan kemajuan teknologi dengan kesederhanaan.

Mereka berempat menelusuri seluk beluk Kota Istum. Rasanya seperti berlibur keluar negeri, tapi tidak berlibur sama sekali, mereka tengah bekerja.

Semakin ke tengah kota, gedung-gedung yang berdiri semakin besar. Semakin banyak pula gedung yang terlihat penting. Seperti gedung yang ada di depan mereka sekarang. Gedung Museum Budaya Nasional.

"Tapi kau bilang kita akan berkeliling kota! ini bahkan hanya berjalan 10 menit. Wisata apanya?" Ketus Vanisa pada Hans. Ia berpikir jika kita akan mereview satu kota penuh.

"Jika prof Josef ada di sini, pasti dia akan mengomel balik berhentilah mengeluh astaga! seperti itu. Tapi aku hanya Hans. Jadi ayo kita masuk."

Mereka berempat menaiki anak tangga museum. Jika kalian dari tadi membayangkan suasananya tidak ramai, sepi, kalian salah besar. Untuk anak tangga museum sendiri saja, ada sekitar 20 orang yang menaikinya bersama mereka. Belum lagi orang yang ada di dalam.

SPAWN【Domain Silenta】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang