𝗦𝗧𝗔𝗧𝗨𝗦 : 𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚
•••••
Sebenarnya, Karina sangat sulit menerima kenyataan jika dia menempati raga figuran dari novel "Beloved Princess".
Namun saat sudah menjalani kehidupannya yang sekarang, Karina tersadar. Kehidupan sekarang adalah...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hari ini genap seminggu jiwa Karina berada di tubuh seorang figuran dalam novel Beloved Princess. Sulit dipercaya memang, tapi apa lagi yang bisa ia lakukan? Ia sudah mencoba berbagai cara untuk keluar dari dunia ini, sayangnya, semuanya terasa seperti usaha bunuh diri.
Karina Ragendhis, seorang gadis yang meninggal karena tidak mampu membayar biaya pengobatannya sendiri. Ia sempat bekerja, namun seluruh pendapatannya dirampas oleh keluarga bibinya dengan dalih "balas budi". Bahkan penyakitnya yang mengharuskannya kontrol rutin ke rumah sakit pun tak dianggap penting. Semua uangnya diambil tanpa belas kasihan.
Suatu hari, setelah tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya, Karina meninggal dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Entah itu kesialan, keajaiban, atau kutukan, yang jelas jiwanya kini terdampar di dunia fiksi yang bahkan tidak ia pikir akan menyelamatkannya.
Ia terbangun dalam tubuh seorang tokoh yang ia kenal dari novel yang dibacanya di hari kelulusan SMA, Beloved Princess. Sebuah kisah keluarga konglomerat yang penuh konflik, dengan cerita cinta segitiga antara tiga pria pewaris keluarga besar dan seorang gadis penjual bunga.
Karina mengacak rambutnya dengan kasar. Letak masalahnya bukan karena ia masuk ke dunia novel, tapi karena ia berada dalam tubuh Innesa Seraphine Weston, putri dari keluarga konglomerat pemilik perusahaan penerbangan. Gadis cantik yang dikenal sempurna... dan yang seharusnya sudah mati.
TAPI LIHATLAH SEKARANG?!
Karina justru hidup di dalam tubuh gadis itu!
Sebenarnya, Karina tidak terlalu keberatan jika harus mati dan terbangun di tubuh baru. Tapi... reputasi Innesa adalah masalah utamanya. Ia bukan gadis pintar seperti Innesa, dan tak pantas disebut "Simbol Keluarga Weston".
Nina, pelayan yang mendampingi Innesa, memperhatikan majikannya yang tampak seperti orang stres berat. Ingin bertanya, namun ia urungkan niat. Ia masih trauma setelah dimarahi habis-habisan oleh Innesa tiga hari lalu hanya karena terlalu banyak bertanya.
Dengan wajah ngeri, Nina mundur perlahan, kembali ke posisi semula.
Namun Innesa tiba-tiba memanggil, "Nina! Gue butuh pendapat lo."
Nina terkejut. Ia mengangguk cepat dan berjalan mendekat.
"Menurut lo gimana kalau gue lompat dari lantai tiga ini?" tanya Innesa serius, menunjuk jendela kamar.
Nina langsung berteriak, "NONA! Nona tidak boleh berfikir sepeti itu!" Suaranya lantang, matanya berkaca-kaca.
Innesa berdecak malas. Beginilah jadinya kalau punya pelayan yang terlalu perasa. Alias... baperan!
Padahal ia cuma bertanya, bukan sungguh-sungguh ingin melompat. Lagi pula, Karina masih mencintai hidupnya. Sudah diberi kesempatan kedua, mana mungkin ia menyia-nyiakannya? Apalagi dengan paras secantik ini. Karina tahu, ini kesempatan emas.