20

2K 207 16
                                    

Happy reading ~

Rangga sudah tinggal dirumah Arsen sekitar 1 minggu.

Dalam 1 minggu itu pun perkataan ayahnya terus terputar dibenaknya itu sangat membuatnya sedih.

Setiap malam ia hanya meringkuk dan menangis, mungkin itu efek hamil juga yang membuatnya sangat sensitif dan cengeng.

Arsen selalu menenangkan dengan cara memeluk nya dan mengelus rambut lembut Rangga.

Dan malam ia sedang menonton tv di kamar Arsen, kepalanya ia taruh di pundak Arsen.

"Arsen, apa kita berhenti aja bohong bohongannya? Karena mau seberapapun kita umpet umpettin kehamilan ini pasti nanti orang tua kamu tau." Ucap Rangga tiba tiba, membuat Arsen menatap Rangga dan yang ditatap hanya memandang tv dengan datar.

"Kamu udah siap? Kalau udah ayo kita ngomong ke orang tua aku, aku siap kapan pun dan jadi tameng buat kamu sama bayi." Tegas Arsen masih menatap wajah datar Rangga yang masih tetap lurus kedepan.

Rangga menatap Arsen dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

"Arsen, kalau orang tua kamu nanti enggak nerima aku sama bayi, aku gapapa kamu ikuti kata orang tua kamu." Ucapan Rangga membuat hati Arsen sakit entah apa yang Rangga maksud dengan berkata seperti itu.

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu? Mau mereka tidak nerima kamu sama bayi aku tetep ikut kalian berdua, berani berbuat berani tanggung jawab kan?! aku yang udah bikin kamu dibenci sama keluarga kamu masa aku biarin kalian berdua nanti terlantar ga punya tujuan?! Aku gak mau, gimana pun nanti aku tetep milih kalian berdua mau mereka bilang apa pun terserah."

"Mau nanti aku di usir dari rumah ini kek, aku gapapa yang penting aku tetep sama kalian berdua, aku gak mau ninggalin kalian berdua, kita seneng bareng susah juga bareng." Jelas Arsen dengan memegang pipi Rangga.

"Kamu jangan ngomong kayak gitu lagi ya, kamu ngomong kayak gitu seolah olah aku  mau ninggalin kalian berdua dan ngilang gitu aja, aku bukan orang yang kayak gitu, aku sakit hati kalau kamu ngomong kayak gitu lagi."

Arsen membawa Rangga kedalam pelukan hangat nya, agar menenangkan Rangga dan dirinya, dengan ia memeluk orang yang ia sayang membuat ia tenang dan nyaman.

"Kita coba ya, kita ngomong baik baik sama ayah bunda, mau gimana pun reaksi mereka kita tetep bersama nggak ada yang bisa buat kita pisah, karena ada junior Arsen yang tumbuh ditubuh kamu." Arsen menenangkan Rangga dengan mengelus rambut dan perut Rangga.

"Kayaknya dibawah juga lagi kumpul, ayo." Ajak Arsen dengan tersenyum manis.

"Kamu nggak takut?" Tanya Rangga dengan wajah takut.

"Takut kenapa kita kan mau ngasih tau kebenaran, jadi gak papa."

Wajah Rangga masih ragu, Arsen yang mengetahui itu hanya tersenyum.

Arsen mengambil tangan cantik Rangga lalu ia cium tangan cantik itu dengan lembut.

"Nggak papa sayang, ada aku disini kenapa mesti takut?"

Rangga mengangguk dan mencoba untuk tersenyum.

Arsen tersenyum dan menggandeng tangan Rangga keluar kamar.

•••

Di lantai bawah terdapat pasangan suami istri yang sedang berbincang ringan di meja makan.

Ketika mendengar langkah kaki berasal dari tangga mereka pun menoleh ke sumber suara tersebut.

Mereka melihat anak kesayangan mereka sedang berjalan menuju kearah mereka dan dibelakang nya ada 'teman' sang anak.

"Sini makan malam, bunda lupa panggil kalian berdua bunda lagi asik ngobrol sama ayah." Ajak bunda dengan tersenyum manis.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Apr 28 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Janin menyatukan kita berdua Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin