16

4.2K 344 16
                                    

Akhirnya Rangga sampai di kediaman nya lalu berjalan menuju pintu rumahnya, ketika ia membuka pintu semua penghuni rumah menatap nya.

Rangga yang ditatap seperti itu pun kebingungan dan menggaruk tengkuknya canggung ditambah dengan papah nya yang menatapnya dengan tajam.

Papah nya berdiri dari duduknya lalu mendekat kearah Rangga.

Apakah yang selama ini ditakuti nya akan terjadi?

"Rangga." panggil papah nya.

"I-iya pah." jawab Rangga dengan gugup.

"Jelaskan ini ke papah!" bentak papah, membuat Rangga menggigit pipi dalam nya agar tidak menangis didepan papah nya.

"Jelasin jangan malah diam!"

Rangga memberanikan diri untuk menatap gambar yang ada ditangan papah nya itu, betapa kaget nya ia melihat hasil usg nya minggu lalu.

"Ini punya siapa?! perempuan mana yang kamu hamili?!" tanya papah dengan nada tinggi, Rangga masih setia menundukkan wajahnya.

"JAWAB PAPAH RANGGA! KAMU PUNYA MULUT UNTUK BERBICARA!"

"I-itu punya....Rangga pah.." jawabnya pelan diakhir tapi masih bisa didengar.

Seketika papah nya mematung lalu semakin menatap Rangga dengan tatapan yang sangat tajam, papah nya murka.

"Omong kosong macam apa itu?! Mana mungkin laki laki hamil kamu jangan membodohi papah Rangga!!"

"Benar pah itu punya Rangga...." ucapnya lirih.

Ucapan Rangga lagi lagi membuat papah nya mematung. "MAKSUD KAMU, KAMU SEDANG HAMIL?!!" bentak papah nya Rangga mengangguk sebagai jawaban, di iringi dengan keluar nya air mata yang ia tahan sedari tadi.

Plak!

Tamparan dari papahnya tidak main main, sampai membuat pojok bibir nya mengeluarkan darah segar.

"Pah udah pah! Kasian anak kita!" Teriak mamahnya dari belakang, ia ingin berlari kearah anak kesayangannya tapi tangan nya ditahan oleh Arka dan kakaknya Cakra Arjuna Pratama.

"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!! CUMA BISA MEMPERMALUKAN NAMA KELUARGA SAJA!! BAGAIMANA JIKA MEREKA DILUAR SANA TAU TENTANG BERITA INI HAH?!! SEKARANG KAMU KELUAR DARI RUMAH INI!!" ucapan terakhir papah membuat semua orang mematung.

"Pah kamu gila ya?!"

"Kamu kemas semua barang kamu, lalu pergi dari rumah ini!!" mutlak papahnya setelah mengatakan itu ia pergi meninggalkan mereka.

Tangan mamah nya sudah dilepas oleh mereka berdua, ia langsung lari kearah Rangga yang sedang terduduk lemas, lalu langsung memeluk anak kesayangannya itu.

"Sayang kamu jangan turuti ucapan papah kamu ya? Papah cuma lagi emosi aja tadi sayang?" bujuk mamah nya agar Rangga tidak keluar dari rumah ini.

"Nggak mah Rangga harus keluar dari rumah ini, kalo nggak nanti papah malah makin marah sama Rangga." ucap Rangga dengan melepas pelukan mamahnya dan berdiri, lalu berjalan kearah tangga menuju kamar nya.

Setelah sampai di kamar nya ia langsung masuk dan mencari koper nya dan mengkemas baju baju yang akan ia bawa pergi, ia menata baju dengan mengusap air matanya yang selalu keluar.

Sudah beres ia berdiri lalu ia menarik nafas panjang lalu keluarkan agar menguatkan dirinya.

Ia berjalan menuruni tangga ia ketika sudah sampai dilantai bawah, ia langsung mendapatkan pelukan dari mamah yang menangis dipundaknya.

"Sayang kamu beneran mau keluar dari rumah ini?"

"Iya mah, Rangga minta maaf kalo jadi anak yang gak berguna cuma bisa malu-maluin nama keluarga aja." Lagi lagi air matanya mengalir ia sangat tidak bisa melihat mamah nya menangis.

Janin menyatukan kita berdua Where stories live. Discover now