34. Drowning in an Endless Sea

1.7K 200 155
                                    


‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Happy birthday! Wishing you a day full of joy, laughter, love, and all your favorite things. May this year bring you many blessings and amazing memories!"

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎  "Terima kasih, Kakak."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Paradisa yang sore ini menggenakan gaun kuning pudar semata kaki tampak anggun dengan isabella bow di rambutnya yang dibiarkan terurai cantik hingga sepunggung. Anak itu tidak ada habis semangatnya, karena sejak tadi tersenyum malu-malu yang jatuhnya malu tapi mau karena tidak berhenti nyengir setelah melihat tumpukan hadiah dari keluarga besarnya di ruangan yang disulap menjadi jamuan simple dan intimate dengan konsep tea party birthday.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Buat kamu." Audinne menyerahkan gift box berwarna oranye. Paradisa senyum menerkah, senyum malu tapi mau. "Buka aja, Paradisa." Audinne menenangkan. "Semoga kamu suka, ya."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Paradisa menatap Audinne seolah apakah boleh dibuka sekarang? yang dijawab anggukan dan gestur memberi semangat oleh Audinne. "Okay, Paradisa buka ya." Saat Paradisa membuka box tersebut, mata Paradisa berbinar-binar. Aphrodite Dress keluaran Annie's Ibiza. "Kak?!"

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Suka?"

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Paradisa memekik dalam hati, nyengir menatap dress yang ia inginkan sejak beberapa minggu yang lalu. Dress dengan jahitan yang dibuat seolah di abad 17 dengan siluet vintage dengan silk weave motif. Belum cukup dengan gift seharga enampuluh juta rupiah itu, Audinne memberikan bonus untuk Paradisa, sebuah gift cards senilai £1000 atau duapuluhjuta rupiah untuk Paradisa membeli barang yang ia inginkan di store tersebut.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Semoga Paradisa suka, ya. Aku bingung membelikan kamu apa. Kalau tidak suka, bilang mau apa, biar aku belikan apa yang Paradisa suka."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Tidak-tidak, aku sudah menginginkan ini." Paradisa bersemu. "Gimana Kak Audinne tau? Ini cantik banget tahu."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ Benji merengkuh bahu Audinne yang mana perempuan itu segera menyandarkan kepala di bahu Benji. Salah satu lengan Audinne berada di punggung Benji mencengram lemah ujung kemeja suaminya itu, hal yang tidak terduga dilakukan oleh Audinne karena biasanya perempuan itu tidak akan mengumbar hal seperti ini di depan keluarganya. Sedikit membuat Benji heran tetapi pria itu tidak keberatan sama sekali dengan semakin merengkuh bahu Audinne, posesif. "Itu Kak Audinne cari buat Paradisa," kata Benji. "Suka, Dis?"

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Suka banget tahu, Om!" Paradisa nyengir menatap Benji dan menatap gift box itu bergantin. Keluarga mereka: Erlangga Alam sibuk dengan ponselnya karena ada panggilan masuk, sedangkan Ophelia Aurkena merekam momen anak bungsunya itu, dan Abraham menatap dengan gelengan kepala. "Tahu dari mana?" ulang Paradisa.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Rahasia." Audinne tertawa, menikmati mata berbinar-binar dari Paradisa. "Yang penting Paradisa suka. Suka 'kan?"

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Suka sekali." Paradisa tersenyum. "Terima kasih, ya? Ingin peluk kalian, tapi kalian lagi lovey dovey, nggak jadi deh."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Ben?" Audinne melirik Benji, pria itu tersenyum, melepas pelukan itu. Kini Audinne berganti memeluk Paradisa dengan sayang, dibalas oleh anak itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Terima kasih, ya, Kak Audinne."

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ "Ya, Sayang." Audinne mengusap punggung perempuan itu. "Sama-sama."

theme from New York, New York | ✓Where stories live. Discover now