[ 17 ]: Mon Étoile

566 110 4
                                    

Audrey menghela napas panjang.

Ia rela melewati makan siangnya demi mencari informasi mengenai Tom Riddle. Mengapa ia tetap hidup walaupun sudah terkena kutukan Avada Kadavra.

Audrey menopang kepalanya dan melirik sekitar. Ia mengernyit, mengapa Aleida tidak juga menghampirinya. Lalu matanya tak sengaja menangkap jam dinding yang bergerak. Oh shit, ia telat dua puluh menit.

Segera, tanpa merapihkan ia berlari menuruni anak tangga untuk mengejar pelajaran ramuan. Tanpa mengetuk ia masuk dengan buru-buru hingga menyebabkan semua pasang mata didalamnya menengok.

"Ah, Miss Potter! I was beginning to worry." Ucap Slughorn.

"Sorry, sir."

"Silakan duduk, Miss Potter—Now as I was saying. . ." Profesor Slughorn melanjutkan pembelajaran. Audrey langsung melihat tempat duduk kosong yang Aleida sudah persiapkan. Ia duduk dan mulai membuka tas. "Kau dapat duduk di depan sini, Miss Potter. Dengan Mister Black." Slughorn menunjuk bangku kosong.

Audrey kembali menutup tasnya dan Slughorn kembali menjelaskan. "Congratulation. Kau masuk dalam daftar murid favorit Slughorn." Bisik Aleida lumayan kencang.

"Thank God. Aku pikir ia tertarik padaku." Bisik Audrey. Aleida menahan tawanya, tapi karena itu ia mengeluarkan suara aneh persis seperti—babi? Yeah, dan itu membuat Barty tertawa hingga menyebar ke seluruh kelas.

Sedangkan Audrey duduk dipojok karena Regulus tidak mau. Seperti biasa tangan Regulus sudah berada di paha Audrey. Kali ini gadis itu tidak tinggal diam, ia memainkan jemari kekasihnya tak lupa dengan cincinnya juga. Regulus tersenyum tipis, ia mengelus tangan Audrey dengan jari jempolnya.

"Dari mana?" Tanya Regulus di keramaian kelas.

"Perpustakaan."

"Hingga lupa waktu?"

Profesor Slughorn mulai menjelaskan kembali dan kelas kembali tenang. Kedua pasangan itu kembali fokus pada pelajaran. "Sampai sini ada pertanyaan?. . . Yes, Mister Clearwater?"

"I was looking for something." Audrey kembali berbicara membahas topik sebelumnya.

"About what?"

Audrey menghela napas panjang. Ia menunduk memperhatikan cincin Regulus. "Itulah. Aku tidak tahu. But I really need to know." Matanya menatap Slughorn. "Aku akan tanya padanya—Apakah kau mau menunggu?" Tanya Audrey pada Regulus. Sedikit berharap.

Dan Regulus mengangguk setuju. Ia akan menunggu bahkan tanpa diminta.

"Class dismissed. Jangan lupa kerjakan tugas yang diberi."

Para murid langsung keluar dari kelas. Profesor Slughorn membereskan buku-bukunya. Ia menoleh karena merasakan seseorang masih berada didalam kelasnya. "Miss Potter?"

"Profesor," Audrey maju mendekati. "I was wondering. . . If you know anything about unforgivable curses."

Hening. Hanya derap sepatu Audrey saja yang terdengar. Profesor Slughorn terkekeh kaku. "Miss Potter, aku rasa kau lupa bahwa aku bukanlah Profesor DADA. Jika kau mempunyai pertanyaan semacam itu kau bisa bertanya pada profesor yang bersangkut-pautan."

"I don't know, Profesor. Aku tidak terlalu percaya dengan Profesor DADA yang baru—dan kau adalah kepala asrama Slytherin. Apakah kau tidak tahu sama sekali dengan kutukan itu?"

Profesor Slughorn mengulum bibirnya. "Ada tiga jenis kutukan tak termaafkan. The Imperius Curse, which allows the user to control the actions of the victim. The Cruciatus Curse, which causes unbearable pain." Ia berjalan ke mejanya. "And the Killing Curse, which causes—instant death."

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackWhere stories live. Discover now