[ 8 ]: "Caught in The Act"

711 115 6
                                    

"Audrey. . .Ada apa?"

Tanya James melihat wajah tegang sepupunya. Mereka berada di perpustakaan saat ini. Hanya kedua Potter dan Lily Evans saja. Tidak ada The Marauders yang ikut. James melarang mereka. Sepupunya butuh waktu tenang.

"I want blood. They all must die. Kill. Time to kill."

Audrey terkesiap. Ia sontak berdiri mengejutkan sepasang kekasih itu. Lalu kedua Gryffindor ikut berdiri. "Ada apa, Audrey?" Tanya Lily lembut.

"Suara itu. . ." Audrey melangkahkan kaki keluar dari perpustakaan mengikuti desisan itu. Ia memegangi dan berjalan seraya menempali telinga di dinding tinggi Hogwarts.

"Audrey tunggu!"

Mereka berjalan sampai menemui genangan air di lorong. Matanya menatap horror hantu yang—mati? Bisakah hantu mati lagi? Dan siswa yang sewaktu itu hampir di serang oleh ular.

"Sir Nicholas?!" Ucap James tak percaya melihat asap dari hantu tersebut.

Lily menghampiri murid yang membeku tergeletak di lantai. "Tubuhnya sedingin es." Ucap Lily.

"Caught in the act. I'll have you out this time, Potter." Suara Filch tiba-tiba terdengar menggema. Sontak mereka semua menengok pada Squib itu.

Head Girl Gryffindor itu menggeleng, "No. Mr Filch. You don't understand." Tapi tampaknya Filch tidak peduli.

Audrey menyadari laba-laba dalam formasi yang sama keluar dari Hogwarts. Mereka tampak terburu-buru.

Lalu Filch kembali dengan McGonagall. Profesor itu terkesiap melihat hantu dan siswa yang membeku. "Profesor. I swear we didn't." Ujar Lily.

Profesor McGonagall menatap Audrey, "This is out of my hand, Potter."

"Apa maksudmu, Profesor?" James berdiri di depan sepupunya seperti melindungi. "Kau percaya kan bukan Audrey yang melakukan?"

"Aku tidak bisa menilai."

"Tentu kau bisa! Kau Profesor. Itu tugasmu!" Seru James.

"James!" Hardik Lily.

Audrey menyentuh lengan sepupunya, "Tak apa, James." Ia menatap Profesor di hadapannya. "Kau akan membawaku ke Dumbledore bukan?"

Profesor McGonagall mengangguk.

Mereka bertiga mengikuti Profesor McGonagall ke ruangan Dumbledore. "Profesor Dumbledore menunggumu di ruangan." Ia merenggakan kesepuluh jarinya dan berucap, "Sherbet Lemon."

Sebuah tangga muncul dan Audrey merasakan dirinya naik. Lalu detik berikutnya James berlari ke arahnya dan ikut naik diiringi oleh pekikan dari kedua wanita Gryffindor berbeda generasi itu. James menggandeng tangan sepupunya. Mereka masuk ke dalam ruangan Kepala Sekolah. Tidak ada orang di dalamnya. Audrey menatap topi sortir tua dengan penuh kekesalan.

"Ada yang meresahkanmu, Potter?" Tanya topi tua itu pada Audrey lebih spesifik.

"Yeah. Mengapa mereka tidak menggantimu? Kau tua dan peyot sehingga salah menyortir asramaku."

James meringis pelan mendengar omelan sepupunya sedangkan topi itu terkekeh pelan. "Kau itu cerdik dan ambisius. Akan sia-sia jika masuk asrama lain."

"Tapi aku adalah Potter." Lirih Audrey.

Topi tua itu tampak mengangguk, "Begitu pula Sirius Black."

"Audrey?. . . James?"

Sontak mereka berdua menengok ke atas. Kepala Sekolah. Dumbledore turun dari tangga dan menghampiri mereka. "Aku merasakan kau juga ikut." Ucap Dumbledore pada James.

The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus BlackWhere stories live. Discover now