part 7

59.8K 642 10
                                    

pagi ini aku berjalan terburu-buru menyusuri lorong kantor ku.

bodohnya aku sampai telat, padahal Nathan sudah berusaha untuk jalan lebih pagi demi mengantar ku ke kantor. padahal jam kerja Nathan masih lama. Nathan masuk kantor sekitar jam 9 pagi, dan jam kerja kantor ku pukul 7

sepertinya Nathan memang laki-laki yang penyabar.

Langkah ku terhenti untuk memberitahukan kedatangan ku, pada sekertaris pengganti ku. namanya Santi. Wajah nya cukup cantik untuk seorang sekertaris yang hanya menerima kedatangan para client Stevan dan pengatur jadwal janji temu. Tapi bukankah memang itu tugas sekertaris(?)

Sudahlah masa bodo.

Laki-laki itu tidak benar-benar mempekerjakan Santi layaknya seorang sekeraris. Aku bingung padanya, untuk apa dia membayar seorang sekertaris yang hanya digunakan sebagai penerima tamu. Buang-buang uang saja.

"Selamat Pagi Mrs.Jessxena –" ucapnya seraya tersenyum manis padaku. "ada yang dapat saya bantu Mrs?"

"ehm.. selamat pagi Santi. Aku sudah berjanji kepada Mr.Stevan untuk bertemu denganya hari ini."

"ahh benarkah? Tetapi Mr.Stevan tak memberitahukan Temu-janji Mrs. pada jadwalnya hari ini."

"Santi, kau harus mengenal apa itu pekerjaan mu." Ucap ku menjelaskan. "kau memang pegawai baru disini, tapi seharusnya kau sudah menguasai pekerjaan apa yang kau kerjakan disini. Bukannya aku mau merasa sok-senior terhadap mu, tapi dengar, acara temu-janji ini tak se-formal yang kau kira."

"jadi, hal-hal semacam ini tak perlu masuk kedalam daftar. Kau hanya perlu pintar-pintar dalam mengatur waktu dari semua kegiatan yang ada pada Boss mu."

"maaf Mrs. Aku memang belum sepenuhnya menguasai pekerjaan ini" ucapnya sambil menundukkan kepala.

"baiklah, perbaiki pekerjaan mu. Kau tahu, Boss akan menjadi orang yang sangat kejam bila dia tahu kau bekerja tidak benar."

Sebuah suara langkah kaki panjang terdengar menghampiri keberadaan ku. dan tak lama sebuah lengan kekar kini tersampir di pinggulku.

"hey babe, kapan kau datang?" ucap Stevan dan langsung mengecup telinga ku.

Oh.. dasar Boss bodoh, dia pikir ini dimana. Aku segera menjauhkan diri ku dari jangakauan Stevan setelah melihat Santi yang kini mematung karena melihat apa yang terjadi dihadapanya.

"Santi, aku mau kau mengundur semua pertemuan ku. sampai aku bilang pada mu aku sudah selesai dengan urusan ku" ucap nya tegas, tetapi matanya menatapku.

"Siap Mr.Stevan"

Setelah mendengar itu, Stevan lantas menarik lengan ku menuju ruang kerjanya.

Entahlah, mengapa sekarang Stevan memisahkan ruangannya dengan sekertarisnya. Padahal dulu dia bilang padaku, bahwa ia tak suka berbeda ruangan dengan sekertarisnya. Alasanya karena akan merepotkan pekerjaan bila berbeda ruangan.

Aku melihat sisi kanan dinding ruangan ini. Meja ku masih tertata rapi berikut dengan semua perlengkapan kerja ku pun masih tertata bersih. Itu berarti Nathan selalu meminta untuk membersihkan meja kerjaku saat tak masuk.

"euum.. Stevan, kenapa tidak kau suruh saja Santi untuk bekerja di mejaku?" Tanya ku. Stevan kini sudah duduk dibangkunya yang terlihatnya nyaman itu.

Dia menarik lengan ku lagi, dan menempatkan tubuhku diantara kedua pahanya, dia memangku ku.

"Stevan tidak bisakah –" ucapan ku terhenti akibat sentuhan jemari Stevan yang membuat lingkaran-lingkaran kecil didaerah sekitar paha ku. aku dapat merasakan Ereksinya di bokong ku.

unbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang