0.7 Ketemu

28 4 0
                                    

Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah besar mewah tersebut. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah keramaian. Dimana di depan teras rumah tersebut sudah terdapat bapak-bapak yang duduk berkerumun.

Pak Jamal, yaitu salah satu orang yang duduk di teras rumah besar itu yang tak lain tak bukan adalah rumah Jay, menyadari ada sebuah mobil terparkir di sana. Matanya menyipit, menajamkan pengelihatan.

“Loh?! Mbak Alana?” ujarnya dengan suara yang cukup keras hingga membuat beberapa orang menoleh.

Alana yang sedang menggendong Jaden dan Jarez digandeng oleh dirinya, mengerutkan dahinya keheranan.

“Ini ada apa, pak? Kok rame banget?” tanya Alana.

Belum sempat pak Jamal membalas, suara cetar membahana milik bu Endang tiba-tiba memotong suaranya.

“WEH?! MBAK ALANA? YA AMPUN MBAK! MBAK BAIK-BAIK AJA KAN?” teriak bu Endang yang baru saja keluar dari rumah Alana.

Dia berlari menghampiri Alana lalu memutar balikkan tubuh Alana hingga membuat sang empu pusing.

“Aduh, bu Endang! Pusing saya ih di bolak-balik, emangnya gorengan,” ucap Alana sedikit kesal.

Bu Endang sudah menitikkan air matanya ketika melihat kondisi Alana yang baik-baik saja, “Ya gusti. Alhamdulillah kalo baik-baik aja. Kamu gak di apa-apain kan sama penculik itu? Si kembar aman kan?” kata bu Endang yang kini mengecek keadaan Jarez.

“Hah? Penculik? Siapa yang di culik?” Alana semakin dibuat heran dengan keadaan sekarang.

“Kamulah, Al.”

“Tapi aku gak di culik, tadi—”

“SAYANG!!”

Semua mata beralih pada Jay yang berdiri di depan pintu. Dengan kecepatan penuh ia berlari ke arah Alana dengan cepat dan langsung memeluknya sangat erat. Hingga melupakan kalau Jaden masih berada di tengah mereka.

“Aduh, mas. Bentar, Jaden kegencet,” Alana melepaskan pelukan Jay secara paksa karena Jaden yang bergerak gelisah di dalam tidurnya.

Air mata Jay kembali mengalir dengan deras, “Eh kamu kenapa?” tanya Alana. Dirinya sudah sangat sangat bingung saat ini.

Jay memeluk Alana dari belakang dan menangis kembali. Lalu ia memeluk Jarez yang hanya terdiam melihat semua keanehan disekitarnya, padahal dia sedang mengantuk.

“Ini tuh kenapa sih? Alana pusing nih, bingung. Ada apa sih? Ini bapak ibu ngapain kumpul di sini? Udah malem, biasanya juga pada tidur,” kata Alana menatap para warga.

“Kamu juga mas. Kenapa nangis terus lari-larian kayak orang kesetanan?” kini Alana beralih pada suaminya.

Jay menghapus air matanya dan berdiri, “Tadi aku habis mandi, aku cari kamu sama twins gak ada di rumah. Mana rumah berantakan, pintu sama gerbang ke buka, mobil aku juga gak ada. Aku kira kamu sama twins di culik sama pencuri mobil aku. Aku panik, terus aku teriak sambil nangis. Aku khawatir dan takut,” ucap Jay menjelaskan dengan suara parau dan sesegukan karena habis menangis.

“Ho'oh, mbak. Saya juga tadi udah tidur jadi kaget gara-gara pak Jay teriak. Saya kira juga maling,” kata pak Karyo menambahkan.

Alana terdiam sesaat, mencerna semua penjelasan. Kemudian ia pun menganggukkan kepalanya.

“Owalah, paham kok saya,” lalu ia kembali menjelaskan, “Jadi gini bapak ibu sekalian. Pertama, saya mohon maaf karena sudah membuat panik semuanya dan juga mengganggu jam istirahat kalian. Sebenarnya gak ada maling, tadi twins lagi main terus Jaden ke pentok meja, berdarah. Karena panik saya langsung pergi gitu aja sama twins ke rumah sakit pakai mobil mas Jay. Takut kenapa-kenapa sama Jaden, makanya saya gak sempat bilang sama mas Jay karena dia lagi mandi, keburu panik saya nya.”

Day In My FamilyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin