"Sendiri aja mi", tanya zahra dengan ragu.

"Dimas baru dateng loh mi, dia di bawah", tambah zahra lagi.

"Yaudah kamu ajak dimas, biar dia belajar juga, sama kalau kamu turun, panggilin dimas untuk naik ya", pinta mami mita lagi.

Zahra mengangguk, lalu pamit pada mami mita, karena di lantai satu masih sangat ramai oleh pembeli.

Zahra mengenal mami mita sejak ia berusia lima belas tahun.
Saat itu zahra diantar oleh ibunya ke toko milik keluarga dimas, dan ibunya meminta mami mita untuk menerima zahra sebagai salah satu pegawainya.

Ibunya zahra juga merupakan pegawai salah satu home industry yang mami mita kelola, jadi merupakan hal yang lumrah, di kota kecil solo membawa atau mengajak salah satu anggota keluarga mereka untuk bekerja di satu perusahaan yang sama.

Zahra yang saat itu masih berusia lima belas tahun, dengan tubuh kecil yang ia miliki, sudah harus bekerja membantu ibunya, dan hal itu membuat mami mita iba padanya.

Mami mita kemudian menawarkan keluarga zahra untuk membiayai sekolah zahra, dan zahra bisa bekerja di toko setelah selesai sekolah atau saat libur sekolah.

Tawaran mami mita disambut dengan haru dan rasa terimakasih oleh ibunya zahra.

Sejak hari itu, zahra selalu merasa bahwa mami mita adalah malaikat penolongnya.

Kehidupan keras yang harus zahra lalui sejak zahra kecil, membuat zahra tumbuh menjadi gadis tangguh.
Zahra hampir tidak pernah menangis, zahra juga selalu terlihat tegar, tapi pada saat mami mita memeluknya untuk pertama kali, tangis zahra langsung pecah.

Hari itu menjadi titik balik bagi zahra yang ingin tumbuh menjadi gadis dengan penuh mimpi dan ambisi untuk memiliki kehangatan sebuah keluarga.

Ayah zahra yang pemabuk, sering memukuli ibunya sejak zahra masih kecil.
Zahra juga punya dua adik kecil yang di asuh oleh keluarga ibunya.
Kehidupan yang berat, serta ekonomi yang selalu sulit, membuat zahra iri pada gadis manapun yang dibesarkan oleh keluarga sempurna dengan kondisi ekonomi yang mendukung.

Wajah cantik yang diwariskan oleh ayahnya, membuat zahra percaya diri, kalau dia bisa mencapai impiannya, dan mendapatkan pria manapun sesuai keinginan zahra.

Sayangnya, dibesarkan dengan kekerasan yang selalu di pertontonkan oleh ayahnya, membuat zahra menjadi trauma.
Dia tidak ingin berakhir di tangan pria seperti ayahnya.

Zahra dengan sangat berhati-hati memilih pasangannya, tapi dari dua pria yang dia pacari saat zahra masih SMA, tidak ada satupun yang membuat zahra yakin, mereka bisa memberi apa yang zahra impikan.

Zahra punya kesempatan untuk membuat dirinya layak menjadi pendamping siapapun, tapi kesempatan yang mami mita tawarkan untuk zahra belajar di universitas, zahra tolak karena zahra enggan terus menerus berhutang budi pada mami mita.

Zahra memilih untuk bekerja di toko mami mita seusai lulus SMA, dan mendedikasikan hidupnya, untuk menjadi sosok yang mami mita percaya.

Hutang budi sekaligus rasa hormat zahra pada mami mita, membuat zahra loyal pada keluarga mami mita.
Zahra juga sangat perhatian dan selalu bertutur kata lembut pada keluarga mami mita.

Sikap lembut zahra, tidak berlaku untuk karyawan toko mami mita, ataupun keluarganya.
Zahra tegas dan galak pada siapapun kecuali keluarga mami mita.

Meski zahra tegas dan galak, tapi karyawan di toko mami mita, hampir semuanya respect pada zahra, karena dia sangat loyal pada keluarga bos mereka.

Zahra adalah sosok yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan, karena dia bisa dengan mudah mendisiplinkan karyawan.
Zahra juga membuat toko berjalan dengan baik, kemampuan zahra sudah sangat teruji, meski dia masih muda.
Zahra membuat pekerjaan dina lebih mudah, juga membuat mami mita bisa bekerja dengan tenang dibalik mejanya.

Dina hanya tinggal fokus dengan strategi penjualan toko mami mita, sekaligus mengontrol stock barang.
Mami bisa fokus dengan innovasi dan kreatifitas produksi di home industry miliknya, dan zahra bisa mengurus karyawan mami mita dengan baik.

Sementara dimas, dimas tidak pernah tertarik untuk bergabung dengan toko milik keluarganya, karena dimas punya impian sendiri yang ingin ia raih.

Puluhan hektar tanah yang dimas warisi dari kedua kakeknya, membuat dimas merasa cukup untuk bekal masa depannya.

Dimas juga punya beberapa ruko yang tersebar di solo.
Ruko-ruko tersebut merupakan hadiah ulang tahun yang diberikan oleh zaki, kakak iparnya sejak zaki bergabung dengan keluarganya.

Dimas mendapat satu ruko setiap tahun, sejak dimas berusia lima belas tahun.

Semua aset yang dimas miliki, dimas serahkan seluruh pengelolaannya pada kakaknya.
Dimas tak pernah ragu untuk mempercayakan seluruh keuangannya pada kakaknya.

"Di panggil mami", ujar zahra yang sudah berdiri disamping dimas.

Dimas meninggalkan counternya dan berjalan ke lantai dua untuk menemui maminya.

Sampai di lantai dua, dimas masuk ke kantor maminya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kemudian memeluk maminya yang masih sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, setelahnya dimas berbaring di sofa dan memejamkan mata.

"Udah makan dek", tanya mami mita pada putra semata wayangnya.

"Belum", jawab dimas.

Mami kemudian menelvon zahra, dan meminta zahra untuk membelikan soto daging di ruko belakang toko.

"Kenapa nggak langsung makan, ini sudah jam tiga sore dimas", ramah mami mita pada putra kesayangannya.

"Nggak selera", jawab dimas dengan malas.

"Kenapa", tanya maminya lagi.

Dimas kemudian menopang kepalanya dengan tangannya dan menatap maminya.

"Mi memang perempuan bisa move on secepat itu ya", tanya dimas pada maminya dengan muka serius.

"Bukan perempuan aja dimas, laki-laki juga bisa move on dengan cepat kalau ketemu orang yang tepat", jawab mami mita dengan acuh.

"Kenapa, masih soal ratih", tanya mami mita lagi.

Dimas hanya menghembuskan nafasnya, lalu kembali menyandarkan kepalanya di bantal sofa, dan mami mita hanya tersenyum melihat putranya yang galau.

"Mbak dina berapa hari mi ke melbourne", tanya dimas.

"Seminggu, mau nyusul", tanya mami mita.

"Enggak, cuma nonton konser doang aja", jawab dimas.

Dina memang sedang menemani suaminya untuk menonton konser band favorit suaminya, yang di gelar di melbourne australia pekan ini.

"Coldplay lagi ya mi", tanya dimas menanyakan alasan kakaknya pergi ke melbourne.

Mami hanya mengangguk, dan tak lama zahra masuk membawa nampan berisi soto yang di pesan mami mita untuk dimas.

Zahra lalu membantu dimas duduk, dan mengusap kepala dimas saat meminta dimas untuk makan.

Melihat sikap zahra pada dimas, mami mita tidak menaruh kecurigaan apapun, karena menurut mami mita, zahra hanya bersikap seperti kakak pada adiknya dengan dimas.

***
 

After SunsetWhere stories live. Discover now