09. Ada Rasa Lama?

Mulai dari awal
                                    

"Sudah, gih Om mandi. Biar Pie yang siapin bajunya."

Pearly berlalu dari sana, menyisakan kebingungan di antara Gara dan sang asisten rumah tangga. Mereka saling pandang, sebelum akhirnya Gara berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, tak dipungkiri pikirannya masih tertuju akan ucapan Pearly.

Gadis itu bercanda atau serius? Lagi-lagi Gara menggeleng untuk menepis semua pemikiran tabu itu. Tidak mungkin dirinya berani menikahi anak di bawah umur. Kalaupun sudah lulus, umur mereka masih terpaut jauh, yakni berbeda tujuh belas tahun. Gara lebih baik hidup menduda sepanjang masa kalau harus mengambil masa muda Pearly. Lagi pula, yang ingin menikah itu Gerald dengan Pearly, bukan dirinya.

Di sela kebingungan Gara, kini Pearly sudah sampai di kamar Gara. Ia hanya termenung sembari memandangi isi lemari yang sudah terbuka. Pearly bingung, ia tidak tahu bagaimana pakaian Gara saat di rumah. Pasalnya selama ini ia hanya mengetahui pakaian formal Gara. Pearly takut jika Gara tidak menyukai pakaian yang ia siapkan.

Gadis itu menghela napas, lalu kembali memilah baju di lemari besar tersebut yang sebagian besar terisi pakaian formal.

"Om Gara biasanya pakai baju apa, sih?"

Gadis itu mengetuk dagu, berpikir keras bagaimana rupa Gara ketika di rumah.

"Halah, udahlah pakai baju yang biasanya dady pakai aja!"

Lelah berpikir, lantas Pearly mulai mengambil kaus berwarna putih yang sudah tipis serta celana pendek di atas lutut berwarna hitam. Setelan kaus oblong dan celana pendek adalah pakaian kesukaan Rei ketika bersantai di rumah. Pakaian bapak-bapak sama saja, 'kan?

Setelah selesai, Pearly menutup kembali lemari besar tersebut. Menoleh ke arah barat, tubuhnya sontak membeku begitu ia menemukan sosok Gara yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu bertelanjang dada, memamerkan bentuk tubuh atletisnya, otot perut yang berbentuk seperti susunan batu itu tampak kokoh. Air mandi yang masih membekas di tubuh membuat auranya semakin bertebaran.

Damn! Pemandangan surga seperti apa ini?! Gadis itu tak berkedip, fokusnya hanya terpampang pada Gara yang kini tengah mengeringkan rambut menggunakan handuk.

Tak berselang lama mata mereka bertemu, baik Gara maupun Pearly sama-sama membeku dalam beberapa detik. Sampai akhirnya Pearly berbalik badan dan menutup wajah.

"PIE NGGAK LIHAT APA PUN OM! SUER!" Pearly mengacungkan dua jari dengan posisi membelakangi Gara.

Gara yang masih terkejut lantas buru-buru mengambil pakaian di atas kasur, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.

_-00-_

Maniknya berputar-putar memandangi plafon putih. Tubuh mungilnya tergeletak di atas ranjang menemani rembulan menjaga malam. Seluruh ingatan tentang sang ibu berkelebat membuatnya lumpuh. Mereka tidak menapaki tanah yang sama dan langit yang sama seperti dulu. Benang-benang ingatan dirajut sampai menjadi kain rindu yang setia membalut kekosongan hati.

Hanya menarik napas lalu dibuang kembali. Hari-hari dilewati begitu hampa, meskipun kini ia senang karena bisa satu atap dengan Gara, tetapi ada rasa tak enak hati terhadap pria itu.

"Mommy ... Lily kangen ...."

Pearly menggulung tubuhnya di dalam selimut, berlindung dari hawa dingin ruangan yang selalu menikam.

Tak lama dari itu suara ketukan pintu membuat atensi Pearly beralih. Malas meladeni, lantas Pearly kembali menenggelamkan diri pada selimut.

TAKEN YOUR DADDY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang