Chapter 37 : Mengumpulkan Keberanian

332 36 18
                                    

"Aku sama Ina memang sudah kenal sejak 6 tahun yang lalu" kata Ridho memulai ceritanya "Ina itu sepupunya pacar kakakku"
"Gimana gimana?" tanya Arhan
"Kakakku punya pacar, sepupu pacarnya itu si Ina"
"Kok pada akhirnya bisa saling kenal mas?" tanya Marselino
"Aku dan Ina sering diajakin jalan, karena kakakku dan pacarnya gak mau kalo cuma jalan atau pergi berduaan aja. Trus kalo pas lagi ketemu itu mereka kan berduaan, aku sama Ina otomatis jadi berdua juga. Sejak saat itu aku deket sama dia, bahkan kita sering pergi jalan tanpa sepengetahuan kakak-kakak kita. Menurutku saat itu Shabrina mempesona, ya sampai sekarang juga sih. Seiring berjalannya waktu, jujur aku jatuh cinta sama dia. Tapi waktu itu aku gak menyatakan perasaanku karena aku menduga dia belum mikir ke arah pacaran karena masih fokus kuliah, aku takut ditolak. Sejujurnya saat itu aku takut kehilangan dia karena dia yang selalu ada buat aku. Saat banyak orang meremehkan dunia sepakbola, saat orang-orang gak percaya aku bisa, cuma dia yang yakin aku bisa. Cuma dia selain keluargaku yang yakin aku mampu" kata Ridho mengingat masa lalunya. Indah juga sangat menyakitkan "Yaudah akhirnya kita jalan aja sebagai temen, tanpa dia pernah tau aku punya perasaan yang lebih sama dia.  Akhirnya karena kesibukan masing-masing, pertemanan kita merenggang dan pelan-pelan kita jadi lost contact. Setelah itu, kita gak pernah ketemu lagi. Bahkan aku lupa pernah kenal sama orang bernama Shabrina"

Witan, Asnawi, Arhan dan Marselino mendengarkan dengan seksama. Tidak memotong cerita Ridho sama sekali

"Aku kaget banget waktu dia diperkenalkan sebagai dokter baru yang akan menemani dokter Ifran. Aku masih sangat ingat dia itu Shabrina. Tapi aku gak pernah tahu ternyata dulu dia kuliah kedokteran. Tapi sayangnya pertemuan pertama itu dia begitu dingin, sangat dingin ketika berhadapan sama aku. Sampai aku punya kesempatan dan aku beranikan diri nanya sama dia, aku tanya kenapa dia terkesan menjauhiku dan pura-pura tidak mengenali aku. Dia jawab mau menjaga apa yang harus dijaga yang menurutku artinya dia udah punya pasangan yang perasaanya harus dijaga. Awalnya aku ragu siapa laki-laki itu sampai aku mengira laki-laki itu adalah Bara, yang kita temui kemarin di cafe itu, Sel. Lucunya lagi, Bara itu mantannya Bella"
"Bentar-bentar. Kok muter2 disitu aja ini orangnya" kata Asnawi
"Hahh gimana?" Tanya Witan yang bingung, karena memang dia tidak mengetahui detail ceritanya secara menyeluruh

Akhirnya Arhan yang menjelaskan seluruh ceritanya pada Witan. Setelahnya, mereka semua diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ridho mulai berpikir, apakah benar Shabrina memiliki perasaan yang lebih pada Ridho, meskipun sudah bersama Bara? Atau justru sebenarnya seluruh pikirannya itu salah? Yang benar adalah Ridho salah paham tentang hubungan Bara - Shabrina dan ternyata Shabrina masih sendiri sekaligus masih menyimpan perasaannya pada Ridho?

"Aku pengen minta pendapat kalian" kata Ridho
"Apa?" Tanya Witan
"Aku tuh bingung, ini bener yang terjadi atau aku hanya salah paham"
"Maksudnya?" Tanya Arhan
"Ketika aku mencoba nanya sama Shabrina dulu kan dia jawab dia mau menjaga apa yang harus dijaga, aku juga sempat lihat dia jalan sama Bara dan aku menyimpulkan kalo dia udah sama Bara. Cuma kemarin dia sempat dateng ke acara launching tim Persebaya"
"Emang iya mas? Kok aku gaktau" kata Marselino
"Aku juga taunya pas udah selesai, Sel. Pas udah di jalan pulang karena diceritain kakakku. Dia nonton di stadion sama sepupunya, mantannya kakaku. Shabrina ketemu sama keluargaku karena sepupunya itu mengenali keluargaku waktu di tribun. Dan setelahnya, dia nonton pertandingan kandang pertama Persebaya lawan Persita di GBT. Kakaku lihat dia di tribun, akhirnya kakakku minta Shabrina nonton bareng sama keluargaku aja karena dia ke stadion sendirian"
"Sendirian?" Tanya Asnawi
"Iya. Harusnya sama sepupunya lagi, cuma sepupunya itu mendadak gak bisa ikut jadi dia berangkat sendiri. Aku kaget waktu kakakku manggil-manggil dari tribun pas selesai pertandingan dan aku lihat ada Shabrina juga disana"
"Kok mencurigakan ya?" Tanya Arhan
"Bentar belum selesai" kata Ridho dan semua mendengarkan lagi dengan seksama "Aku memang sempat bilang sama Ibuku kalo aku suka sama perempuan official timnas tapi perempuan itu masih punya pacar. Trus kakak dan Ibuku tuh merasa aneh karena Shabrina berangkat sendirian ke stadion, masa sih harus seeffort itu kalau cuma nonton Persebaya. Maksudnya kaya kalo gak ada apa-apa masa sih harus dateng sendirian? Anak Persebaya yang dia kenal kan cuma aku, Marsel sama Nando. Dan waktu itu posisinya Marsel sama Nando lagi cidera. Kakakku juga mencoba tanya apa Shabrina punya pacar dan Shabrina jawab dia lagi jomblo"
"Aku setuju sama keluargamu. Aneh rasanya kalo gak ada apa-apa tapi dia memutuskan untuk nonton sendirian ke GBT" kata Asnawi
"Rasa-rasanya Ina juga bukan Bonita soalnya dia bilang dia mulai ngerti bola semenjak di timnas" timpal Arhan
"Kamu kok bisa yakin Shabrina sama Bara itu, emang beneran tau atau cuma menyimpulkan sendiri karena kalimat Ina dan kamu lihat Ina berdua sama Bara? Soalnya agak gak masuk akal kalo dia pacaran sama Bara tapi waktu ditanya dia jawab masih jomblo. Atau cuma baru PDKT aja ya sama si Bara?" Tanya Witan
"Berarti belum tentu bener kak Ina pacaran sama si Bara itu dong?" Tanya Marselino
"Gini deh. Kayanya emang harus diselesaikan ini daripada berlarut-larut. Menurutku masalah Ina sama Ridho ini tuh cuma kesalahpahaman aja jadi harus cepet diselesaikan. Dho, kamu kan cowok, harus gentle. Kalo kamu emang beneran suka bahkan sayang ataupun cinta sama Ina ya diperjuangkan dong. Sampai kapan kamu mau sembunyi terus?" Witan mencoba menaikkan kepercayaan diri Ridho "Kamu harus berani gerak lebih dulu, Dho. Kayanya kalo kamu gak gerak, Ina gak akan maju Dho. Sekarang karena kamu udah dirawat sama Shabrina semalem, kamu balikin itu thermometer dan bilang makasih. Coba lihat reaksinya gimana" kata Witan
"Nahhh setuju" jawab Arhan
"Ajakin ngobrolin semuanya bareng-bareng coba sekalian kalo dia mau. Siapa tahu dengan kamu ngomong gitu Ina jadi luluh dan nerima perasaanmu kan?" Kata Witan
"Berani gak?" tantang Asnawi
"Berani" jawab Ridho mantap
"Yaudah sana siap2" kata Witan
"Aku chat kak Gita dulu tanya si Ina ada di kamar gak" kata Arhan
"Nah, udah pada inisiatif dukung temennya. Bagus nih" kata Witan

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang