Chapter 13 - Persiapan AFF 2020

241 21 0
                                    

"Ridho, Ernando. Berangkat ke Jakarta besok pagi. Nyusul untuk AFF" kata coach Aji pada Ridho dan Ernando setelah sesi latihan klub hari ini berakhir

Ridho dan Ernando segera kembali ke mess, bersiap packing karena besok pagi mereka akan berangkat ke Jakarta. Sebuah kebahagiaan bagi Ridho karena dia akan bertemu dengan Shabrina. Walaupun hanya bisa mengamati dari kejauhan saja, itu sudah membuat hati Ridho menghangat

Keesokan harinya, Ridho dan Ernando berangkat menuju ke Jakarta menggunakan pesawat . Sampai di Jakarta mereka dijemput di bandara oleh salah satu staff PSSI dan diminta untuk langsung menuju ke hotel. Ridho tidak sabar ingin bertemu dengan Shabrina

"Dho, Ndo, berangkat ke Singapura nanti malam ya. Kalian berdua aja. Yang lainnya udah di Singapura"
"Semuanya mas?" tanya Ridho
"Iya semuanya. Mereka udah berangkat dari kemarin langsung dari Turki ke Singapura"
"Official juga udah disana semua?"
"Iya"

Pupus sudah harapan Ridho bisa bertemu Shabrina hari ini. Tapi tak apalah, gantinya besok selama 2 minggu dia akan bertemu setiap hari dengan Shabrina.

Aneh memang rasanya disaat Ridho diminta untuk menjauhi Shabrina justru perasaannya semakin menggebu. Entahlah apa alasan dibalik permintaan Shabrina itu, mungkin karena Shabrina sudah punya kekasih atau belum menurut Ridho tidak penting, selama Shabrina belum menikah, rasanya dia masih berhak mempunyai harapan untuk bisa bersama Shabrina. Tapi untuk saat ini Ridho harus sadar diri untuk menghindari Shabrina dan mengamatinya dari jauh saja. Sesuai apa yang Shabrina katakan untuk menjaga jarak sambil mengumpulkan kesempatan dan cara untuk bisa mendekati Shabrina lagi. Tapi yang terpenting sekarang, Ridho ingin Shabrina merasa nyaman terlebih dahulu ada lingkungan baru yang asing untuknya. Sehingga Shabrina bisa bertahan lama bekerja disini. Karena hanya itu satu-satunya cara Ridho bisa merasakan kehadiran Shabrina disekitarnya

Akhirnya sampailah Ridho dan Ernando di Singapura. Mereka segera ke hotel dan menaruh barang di kamar kemudian ikut bergabung untuk makan malam dengan rekan-rekan yang lain. Untungnya Ridho satu kamar dengan Ernando disini dan ternyata sudah ada Arhan juga di kamar ini. Barangnya sudah tertata di kasur yang ada di bagian bawah

** ** ** ** **

Seluruh tim makan malam bersama malam ini. Shabrina dan Gita duduk berdua di salah satu meja di ujung restoran. Sampai Asnawi dan Arhan ikut duduk bersama mereka berdua

"Gita betah kerja di sini?" tanya Asnawi pada Gita
"Betah alhamdulillah. Untung ada kak Ina"
"Kak Ina?" tanya Asnawi
"Iya, kak Ina"
"Kamu tau gak Ina umur berapa?" tanya Asnawi lagi
"Ya kan udah jadi dokter berarti sekitar 25an dong. Ya kan kak?"

Asnawi dan Arhan tertawa. Gita bingung kenapa mereka berdua tertawa. Wajahnya penuh tanda tanya

"Ina tuh baru 21 mau 22, ya kan?" tanya Asnawi meminta validasi dari Shabrina
"HAAAHHHH?" teriak Gita

Beberapa orang kaget dan menatap ke arah mereka. Gita segera meminta maaf pada orang-orang yang melihatnya sedangkan Asnawi, Arhan dan Shabrina menahan tawanya

"Sumpah kamu masih 21?" tanya Gita pada Shabrina
"Menuju 22" jawab Shabrina
"Lah masa tuaan aku daripada dia. Ngapain coba selama ini aku manggil kakak ke dia ya" kata Gita
"Makanya nanya dong kak" kata Arhan
"Iya sih salahku gak nanya"
"Orang udah sekamar hampir 2 bulan kok gak nanya-nanya" tambah Asnawi
"Ya kan biasanya dokter muda mah umur segituan semua"
"Berarti Ina luar biasa ya?" Tanya Arhan memancing, sebagai seorang informan profesional
"Iyalah, orang umur 21 udah jadi dokter berarti sekolahnya pinter. Kamu kelas aksel ya?" tanya Gita dan Shabrina mengangguk "Ku kasih tahu sama kalian ya. Dokter itu kuliahnya 4 tahun sampai 5 tahun, trus koas setahun trus masih internship setahun lagi. Ya bayangin ajalah kalo anak-anak normal lulus SMA umur 17 sampai 18 berarti sampai selesai jadi dokter kan sekitar umur 24 sampai 25 kan. Dan dia udah jadi dokter di umur 21 tahun. Edan emang" kata Gita
"Udah, makan dulu" kata Shabrina

Tiba-tiba Shabrina dikejutkan dengan kedatangan Ridho dan Ernando yang bergabung ikut makan malam. Mereka berdua masuk ke area restoran dan menyalami jajaran pelatih kemudian mengambil makan di buffet. Bersamaan dengan Arhan yang pamit ke toilet sedangkan Gita mengambil beberapa buah ke buffet

"Mereka ikut?" tanya Shabrina pada Asnawi
"Nyusul. Baru kemarin dapet panggilan dari coach Shin. Lo gaktau?" Asnawi balik bertanya dan Shabrina menggelengkan kepala "Sebenernya ada masalah apa sih antara lo sama Ridho?"

Shabrina kaget dengan pertanyaan tak terduga dari Asnawi. Tapi entah kenapa menurut Shabrina Asnawi salah paham. Apakah dia harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Asnawi ya?

"Gak ada apa-apa, Wi" jawab Shabrina dan Asnawi mengangguk saja, padahal dia masih sangat penasaran

Ridho dan Ernando celingukan mencari-cari tempat yang kosong. Asnawi menghitung di satu meja panjang yang mereka tempati ada kursi sebanyak 6 buah. Pas sekali walapun ada Gita dan Arhan yang sedang pergi tapi masih tersisa 2 kursi kosong. Asnawi yang penasaran dengan apa yang terjadi pada Shabrina dan Ridho segera melambaikan tangan pada Ridho dan Ernando. Shabrina terkejut ketika Asnawi melambaikan tangan tapi dia mencoba untuk tetap tenang meskipun sesungguhnya perasaannya tidak karuan. Arhan yang awalnya duduk di samping Shabrina sedangkan Gita duduk didepan Shabrina dan Asnawi duduk di samping Gita. Karena Arhan sedang pergi ke toilet, Ridho yang kemudian duduk di samping Shabrina diikuti Ernando di sampingnya

Asnawi kaget dengan sikap Ridho yang memutuskan untuk duduk disamping Shabrina. Dia menyendok makanan ke dalam mulutnya sambil tersenyum mengejek Shabrina. Shabrina memilih diam saja. Dia juga bingung harus bersikap bagaimana. Gita dan Arhan kembali ke kursi. Arhan duduk di sebelah Asnawi dan Gita kembali ke kursinya

"Anak baru nih" kata Asnawi membuka percakapan, mencoba mencairkan suasana dengan mengenalkan Gita kepada Ridho dan Ernando yang baru pertama kali bertemu dengan Gita karena mereka berdua tidak mengikuti agenda timnas 2 bulan ini
"Halo mas-mas, saya Gita"
"Aku Nando yang di sampingku ini Ridho" kata Ernando
"Mereka berdua pemain timnas juga. Baru nyusul dateng malem ini buat kompetisi AFF" tambah Arhan
"Kamu official bagian apa, Gita?" tanya Ernando
"Fisioterapi kak, eh Ndo, eh apa ya manggilnya" jawab Gita polos
"Wah susah nih harus ngasih tau kak Gita yang mana yang harus panggil nama mana yang harus pakai kak" jawab Arhan "Nando ini satu tahun dibawah Ridho sama aku. Kita dibawah bang Nawi. Nah kak Gita kan seumuran sama bang Nawi jadi tau dong harus panggil apa"
"Ooo oke oke" jawab Gita
"Kalo cowok-cowok yang disana tau kan harus dipanggil apa?" tanya Arhan sambil menunjuk kawanan Evan Dimas, Dedik Setiawan, K H Yudo dan Fachruddin Aryanto
"Apa?" tanya Gita polos
"Pakdhe" jawab Arhan

Mereka tertawa. Ernando, Arhan, Asnawi dan Gita ngobrol dan bercanda-canda sementara Ridho dan Shabrina sibuk menghabiskan makanan masing-masing, tidak tertawa sama sekali dengan lelucon-lelucon yang mereka lontarkan. Keduanya sibuk menatap makanannya di piring. Shabrina yang biasanya tidak terburu-buru saat makan terlihat menyendok makanannya dengan segera. Berharap dia bisa segera pergi dari tempat ini

"Itu dua orang di ujung ngapain diem aja deh" kata Arhan

Asnawi menyembunyikan senyumnya. Dia mengerti bahwa Arhan pasti tahu sesuatu. Shabrina dan Ridho terlihat canggung setelahnya

"Sariawan" jawab Ridho sekenanya
"Sariawan opo, neng pesawat ngoceh terus kok" Ernando refleks menimpali perkataan Ridho (Sariawan apa, di pesawat ngoceh terus kok)
"Wah wah. mencurigakan" kata Arhan diikuti sebuah semangka melayang ke kepala Arhan dari piring Ridho

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang