02. Iri?

25 16 6
                                    

Bonjour, sebelum baca alangkah baiknya kalian vote dulu cerita ini dan untuk yg belum vote 2 cerita sebelumnya boleh divote dulu.

Follow ⬇️⬇️
IG: author.alpha_
Tiktok: alphareturns49

"Seorang sahabat adalah cermin bagi diri kita, namun rasa sakit muncul ketika cermin itu menunjukkan bayangan yang lebih disayang oleh ibuku. Bukanlah rasa iri atau dengki, namun rasa sakit karena merasa kurang dicintai. Aku mencoba mengerti, namun hatiku terlalu rapuh untuk menerima kenyataan pahit ini."

.
.
.
.

................𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰................

Pagi ini, hujan deras mengguyur ibukota. Derasnya hujan membuat siapa pun akan malas melakukan kegiatan, termasuk Serena. Dia asyik bermalas-malasan dan tidak memperhatikan dosennya yang sedang menjelaskan di depan.

"(Menguap) Hujan ini membuatku jadi mengantuk," gumamnya. Tak lama kemudian, dia tertidur dan terlelap hingga jam mata kuliah berakhir.

"Serena," seseorang mengguncang tubuhnya, mencoba membangunkannya.

"Hmm," Serena perlahan-lahan membuka matanya, mengangkat tangan untuk menutupi mulutnya yang sedang menguap. Dia menatap sekeliling dan ternyata hanya ada dirinya dan Mathilda, temannya yang tadi membangunkannya.

"Hah, sudah selesai? Padahal aku baru tidur sebentar," kaget Serena.

"Sebentar? Kamu tidur hampir 2 jam, tau!" ucap Mathilda geram.

Mereka pun keluar dari kelas. "Ayo cari makan, aku udah lapar banget. Aku dengar di dekat distrik Marais ada toko ayam goreng yang baru buka," ajak Mathilda.

"Tidak untuk hari ini," tolak Serena.

"Kenapa?" tanya Mathilda.

"Mama sudah masak di rumah. Kalau dia tau aku makan di luar, pasti akan marah," jawab Serena.

"Kau takut dengan Bibi Elizabeth?" ledek Mathilda.

"Tidak," Serena membela diri. "Masakan mamaku jauh lebih enak."

"Aku setuju, ayo ke rumahmu. Sudah lama aku tidak makan masakan Bibi Elizabeth."

Mereka menuju ke parkiran. Mathilda menyerahkan kunci mobilnya kepada Serena. Dia tidak mau jadi sopir dan kebetulan Serena tidak membawa mobil.

Di Champs Elysées Avenue, tiba-tiba Serena melihat seorang pemuda yang sama seperti yang kemarin menolongnya. Pemuda itu masuk ke sebuah cafe yang berada di pinggir jalan.

Tanpa pikir panjang, Serena langsung mengemudikan mobilnya ke sana dan berhenti tepat di depan cafe.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Mathilda yang bingung.

"Kau ingat pemuda yang kuceritakan kemarin?" Serena menjawab sambil menunjuk ke dalam cafe.

Mathilda mengangguk. "Dia ada di dalam sana."

"Yang mana? Ayo kita turun, aku ingin melihat seberapa tampannya dia," ajak Mathilda.

"Eits," Serena menghentikan Mathilda yang sudah siap-siap membuka pintu mobil. "Kita tetap di mobil."

𝒮𝐸𝑅𝐸𝒩𝒜 Where stories live. Discover now