PROLOG

61 31 7
                                    


Seorang perempuan tengah duduk di sebuah kafe dengan wajah cemberut. Pasalnya, dalam seminggu ini sudah ada delapan perusahaan majalah yang menolaknya. Padahal, sejak kecil, ia ingin sekali menjadi seorang model. Bahkan, ia baru saja lulus dari Universitas Model terkenal di Paris, École de Mannequinat Paris. Ia pikir untuk menggapai mimpinya itu cukup mudah, namun kenyataannya tidak seperti yang ia bayangkan. Ia sudah ditolak berkali-kali oleh beberapa perusahaan majalah fashion dan perusahaan pemotretan.

"Huhh," ucapnya sambil terus mengaduk coffee latte tanpa menyeruputnya yang membuat coffee-nya jadi dingin.

Suara lonceng di depan pintu cafe berbunyi, menandakan ada orang yang masuk ke dalam kafe. Dirinya yang duduk di meja yang tidak terlalu jauh dari pintu menoleh dan terkejut.

"Apa yang dia lakukan di sini?" batin perempuan itu sambil menutupi wajahnya dengan tas.

"Serena," seseorang memanggilnya dan mendekat ke arahnya.

"Astaga, kenapa dia harus melihatku? Ingin sekali rasanya aku menghilang," batin Serena.

"Boleh aku duduk?" tanya pria itu.

"Si-silakan."

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Tentu aku baik."

Hening... lama hingga seorang barista menghampiri meja mereka mengantarkan pesanan pria itu. Kemudian, barista itu pergi.

"Maaf tiba-tiba aku datang dan membuat kecanggungan," kata pria itu.

Tidak ada jawaban.

"Aku tahu kau pasti membenciku. Maukah kau memaafkanku?"

"Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf padaku."

"Syukurlah."

"Emm, apa kesibukanmu seka-"

"Aku harus pergi," Serena berdiri dari duduknya.

"Oh, baiklah. Kau pasti sangat sibuk."

(Bunyi lonceng kafe)

Serena berjalan ke arah mobilnya sambil menangis.

"Kenapa dia harus datang?" (suara isak)

Dia menyetir mobil sambil terus terisak.

"Kenapa dia harus datang?" Serena berbisik sambil menyetir mobilnya dengan isak tangis. Pikirannya kacau setelah bertemu dengan mantan kekasihnya yang baru saja putus dua bulan lalu. Dia sudah berusaha untuk move on dari mantan terindahnya, namun pria itu justru datang kembali dan membuatnya teringat akan kejadian yang sangat menyakitkan. Mantan kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, yang selalu menjadi tempatnya untuk bercerita.

Tiba-tiba, teleponnya berdering dan dia menghapus air matanya serta menarik napas untuk mengontrol suaranya yang serak akibat isak tangisnya tadi.

"Halo?" sambung Serena.

"Kamu dimana sekarang?" tanya seseorang di seberang sana.

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah," jawab Serena.

"Jangan pulang dulu, datanglah ke kantor. Ada hal penting yang harus Papa bicarakan," kata orang yang menelepon itu.

Serena menarik napas panjang. "Baik, Pa."

Setelah menutup teleponnya, Serena menyadari bahwa arah rumah dan kantor ayahnya berlawanan arah. Dia memutar balik mobilnya dan menuju ke kantor ayahnya. Setelah tiba di kantor, dia berjalan menuju ruangan ayahnya di lantai atas. Setelah menaiki lift, dia sampai di sebuah ruangan yang terdiri dari beberapa ruangan, termasuk ruangan meeting dan ruang direktur. Dia menuju ke ruang direktur dan mengetuk pintu.

"Masuk," perintah orang di dalam ruangan.

Ayahnya duduk di sofa yang terletak di tengah ruangan sambil menyilangkan kakinya dan menautkan jemari ke jemari tangan satunya. Serena duduk di depannya.

"Apa yang ingin Papa katakan?" tanya Serena.

"Aku ingin kamu menggantikan aku sebagai pemimpin perusahaan ini," kata ayahnya.

"Apa?!" teriak Serena kaget.

"Aku tahu kamu lebih tertarik menjadi seorang model, tapi siapa lagi yang akan meneruskan perusahaan keluarga kita jika bukan kamu?" tanya ayahnya.

"Papa, itu tidak adil. Papa bilang ingin mendukung cita-cita ku menjadi seorang model," ucap Serena perlahan-lahan sambil meneteskan air mata.

"Aku mengerti betul apa yang kamu inginkan, tapi kamu harus mengambil tanggung jawab untuk meneruskan perusahaan keluarga kita," kata ayahnya dengan lembut.

Serena merasa putus asa. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Serena berdiri dan berlari keluar dari ruangan ayahnya. Dia bergegas masuk ke mobilnya dan memejamkan mata sejenak. "Kenapa masalahku selalu bertambah? Hati ini sudah terlalu lelah," gumamnya sambil menangis.

Dia merasa tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia merasa kebingungan dan putus asa. Dia merenung sejenak dan mencoba untuk mengatur pikirannya. Setelah beberapa menit, dia membuka matanya dan mengambil nafas dalam-dalam. Dia memutuskan untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya.

Dia memainkan musik di mobilnya dan membiarkan lagu-lagu kesukaannya mengalun. Dia berusaha untuk mengalihkan pikirannya dari masalahnya dan menikmati perjalanan pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, dia langsung menuju ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur. Dia memejamkan mata dan mencoba untuk menghilangkan semua pikiran negatif yang ada di kepalanya. Setelah beberapa saat, dia merasa lebih tenang dan mampu untuk berpikir lebih jernih.

Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan yang sulit, tetapi dia yakin bahwa dia akan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Dia berjanji untuk tetap kuat dan berusaha untuk mencapai semua impian dan cita-citanya.



Gimana menurut kalian tentang Serena?

Vote & komen kalo mau dilanjut

𝒮𝐸𝑅𝐸𝒩𝒜 Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora