05. Gue Nggak Sudi!

Start from the beginning
                                    

"Saya tahu saya egois di sini. Kalau Pie mau kasih Gerald kesempatan, saya janji akan turutin semua yang Pie mau."

Wajah muram Pie berubah cerah seketika. Ambil saja sisi positifnya dari kejadian ini. Dengan seperti ini maka Pearly akan menggunakan tawaran Gara untuk mendekatinya. Terserah bagaimana kedepannya, yang pasti Pearly yakin jika dengan cara seperti ini dirinya bisa semakin dekat dengan Gara. Walaupun Gara menginginkannya menjadi menantu. Tapi, masa depan tidak ada yang tahu, bukan?

"Pie?" panggil Gara, yang mana membuat Pearly akhirnya mendongak menatapnya.

"Om beneran mau kasih apa pun yang Pie minta?"

"Of course, Pie. Saya tidak akan pernah mengingkari janji saya. Memangnya Pie mau apa?"

Pearly tersenyum jahil, lalu menggeleng. "Nggak sekarang sih, mungkin nanti."

Beberapa detik setelahnya fokus Pearly tertuju pada torehan bumbu yang ada di sudut bibir Gara. Lantas ia memajukan duduknya lalu mengelap sudut bibir pria itu dengan jemarinya sendiri. Dengan nakalnya Pie sedikit menggeser jemarinya sampai menyentuh bibir Gara. Terserah jika dirinya dicap lancang, yang penting saat ini Gara terlihat tegang saat Pie mengusap bibirnya.

"Maaf Om, kalau saya lancang, hehe ...."

BUSET GOKIL!! pekik Liam di meja lain. Rupanya memang sedari tadi lelaki itu mengikuti Pearly untuk melihat apakah rencananya akan berhasil malam ini. Tak disangka ternyata kelakuan Pearly benar-benar jauh dari dugaannya.

Gara berdeham singkat, lalu kembali melanjutkan makannya dengan gerak-gerik kikuk.

Sementara itu Pearly melengok ke belakang, lalu mengedipkan sebelah matanya pada Liam.

_-00-_

Langkah lunglai lesu milik Gerald tertatih masuk ke dalam rumah. Lelah rasanya setelah latihan basket tanpa henti lalu dilanjut dengan tinju yang disediakan oleh ekstrakurikuler di sekolah. Sebelum pulang ia sempat mengantar Kalea ke rumahnya sebagai rutinitas baru.

Tak munafik Gerald kini lebih suka dengan Kalea yang peka terhadap maunya. Tidak seperti saat bersama Pearly yang tiap harinya hanya sekedar pegangan tangan---sebagai sentuhannya. Gerald sudah mendapatkan segalanya dari Kalea, ia benar-benar tidak menyesal setelah memutuskan hubungan dengan Pearly.

Setelah menaruh sepatu di rak, Gerald pun segera masuk ke dalam rumah. Ia ingin segera bermanja dengan sang ayah di dalam.

"Papaaa Gege pulang ...."

Namun, bukan pelukan hangat yang ia dapat justru tamparan keras dari Gara yang memang sudah menunggunya di depan pintu sejak beberapa waktu lalu.

Gerald mengusap pipinya yang panas, lalu menatap sang ayah yang memberikan tatapan nyalang.

"Pa? Papa tampar Gege---"

"Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menyakiti perempuan, Gerald!"

Amarah Gara menggebu-gebu setelah tahu bahwa anaknya sudah berani menyakiti hati perempuan, yang di mana itu adalah hal yang paling dibencinya dari apa pun.

Gerald tertegun, rupanya sang ayah telah tahu jika ia putus dengan Pearly. Lalu, di manakah salahnya? Ia benar-benar sudah tidak ada rasa dengan gadis itu, apakah perasaan harus tetap dipaksakan?

"Tapi Gege beneran udah nggak ada rasa sama Lily, Pa! Apa Gege salah mutusin Lily?" balas Gerald dengan tatapan nanar.

"Apa harus dengan berciuman bersama perempuan lain di depan Pearly? Kamu bisa bicara baik-baik dengan Pearly kalau memang sudah tidak ada rasa! Bejat kamu!"

TAKEN YOUR DADDY [TERBIT]Where stories live. Discover now