Di Balik Pintu

68 10 4
                                    

Nanti, setelah bertemu
dengan hari yang panjang.
Perbolehkan aku bersandar pada tulang belikatmu.

.

.

.

Kalau waktu bisa diputar sejauh mungkin dari takdir Tuhan yang sekarang, Kangwoo ingin kembali menjadi seorang anak kecil yang hanya ingin berlama-lama menghabiskan waktu dalam pelukan ibu.

Dan, untuk ayahnya. Kangwoo hanya ingin pria itu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

Mungkin juga ia akan memlih untuk kembali tepat sebelum teman kecilnya Miho terbunuh. Dia bisa saja bertukar takdir agar dirinya saja yang mati hari itu ditangan kakaknya.

Manakah yang terdengar lebih baik?

Atau mungkin jauh sebelum itu, ia akan datang melindungi saat kakaknya hendak dirundung. Bisa saja dari sana ia mampu menyelamatkan sang kakak sebelum dia memilih menjadi monster.


Tapi sekarang,


Kwonjoo tergeletak disana sementara tangan Kangwoo mulai mati rasa saat ia berusaha sekuat mungkin menarik benang kawat dileher kakaknya.

'Kau tahu adikku, disini aku menang pemenangnya'

'Aku dan kau berbeda'

'Kau juga monster, Kangwoo-yaa!'. Darah kakaknya naik ke tangan Kangwoo dan terus naik menuju wajahnya bersama tawa puas Kaneki. 'Aku hidup dalam dirimu, adikku!!'

'Tidak! Aku berbeda..'

__

"Tidaaak!"

Tepukan pada bahu Kangwoo membuanya membuka matanya dan mulai mengais udara untuk mengisi paru-paru dengan rakus. Bergerak agresif dengan sikap siaga membalikan posisi seseorang dihadapannya. Kangwoo menahan diri agar tidak langsung mencekik orang ini. Mungkin Kangwoo masih dalam dunianya sendiri selagi berusaha meyakinkan diri kalau dia hanya bermimpi itu hanyalah angin lalu sampai tangan hangat senyaman milik ibunya berlabuh lembut pada kedua bahu yang penuh bekas luka dibaliknya.

"Komandan Do!"

Kangwoo menatap wajah itu lamat-lamat.

Seketika Kangwoo buru-buru menahan tangannya agar tidak menyakiti wanita ini. Menyakiti Kwonjoo yang sekarang menahan sakit di sekujur tubuh.

Rasa takut muncul di kepalanya, 'aku melakukannya lagi, aku hampir membunuh Kang Center.'

"Maㅡmaaf mengejutkanmu, kurasa kau sedang bermimpi buruk jadi aku hanya ingin membangunkan.." Aliran napas Kwonjoo berdesakan, tertahan. Mungkin saja hanya berputar di bilik kanan dan kiri paru-parunya. Karena berada diatas sofa dan kungkungan tubuh tegap Do Kangwoo adalah hal paling asing yang pernah ia alami. Kangwoo terus menatap Kwonjoo tanpa menjawab sedikit pun.

"Apa kau kesal padaku, Komandan Do?"

Kwonjoo menggigit bibir bawahnya samar. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan wanita itu saat gugup. Namun berhasil Kangwoo abadikan dalam ingatannya. Sedikit bertanya pada dirinya sendiri bagaimana rasanya?
Akal sehat Kangwoo belum kembali utuh, tapi perasaannya keluar lebih cepat. Ia meletakkan dahinya pada pundak Kwonjoo "Maaf.."

Ditengah kebingungannya Kwonjoo bertanya, "Untuk apa?"

'Sial, Aku hampir mencelakaimu.' Batin Kangwoo

"Semua baik-baik saja kan?"

Tentu segalanya akan baik-baik saja untuk Kangwoo selama Kwonjoo masih ada di dunia ini, si wanita keras kepala yang ingin sekali Kangwoo lindungi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Part Of Your SymphonyWhere stories live. Discover now