Dalam Diamnya

342 36 28
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Kwonjoo mengerjapkan mata. Pelukan ramah dari rasa sakit adalah sambutan pertama yang merebut mimpi-mimpi damainya. Mata yang belum sepenuhnya terbuka itu mencoba melirik kantung yang masih menyisakan sedikit cairan infus, menggantung disana bersama seperangkat selang medis yang terhubung pada tubuhnya.

Sekali lagi Kwonjoo menelusuri dengan pelan mencari-cari objek lain yang lebih nyaman untuk dipandang walaupun pada akhirnya ia menyerah. Tidak ada yang pernah benar-benar menarik dari setiap sudut ruangan rumah sakit. Memang apa yang ia harapkan disini selain menunggu mati, pikirnya. Walau dia begitu ingin, namun ia tak bisa melakukan itu sekarang. Ada banyak hal yang masih perlu ia selesaikan. Ia tidak boleh mati dulu.

Lima hari Kwonjoo lewati dengan terbaring tanpa melakukan apapun di ranjang ini dan sejak ia kembali sadar telah banyak orang berganti menjenguknya. Namun, baru Kwonjoo sadari bahwa pria itu tidak pernah datang kepadanya. Padahal ada banyak hal yang harus Kwonjoo ceritakan kepada Kangwoo. Sangat banyak. Sesuatu yang harus ia sampaikan sendiri tanpa perlu perantara walau itu orang yang paling ia percaya sekali pun.

Tapi sepertinya Kangwoo terlalu sibuk bekerja sendiri di lapangan, pria itu mengejar penjahat seperti orang gila, setidaknya begitulah yang disampaikan Detektif Park dan Agen Jin dengan kompak.

Benarkah kalau Kangwoo masih berusaha menghindarinya sampai detik ini?

"Selamat malam, Nona Kang." Salah satu perawat menyapa dengan lembut, namun cukup berhasil membuat Kwonjoo mengumpulkan seluruh fokusnya pada wanita yang umurnya terlihat terpaut jauh di atas Kwonjoo. "Saya akan mengganti infus anda."

Kwonjoo mengangguk. "Tentu, silahkan."

"Apakah anda belum bisa tidur, Nona Kang?"

"Bukan seperti itu." Kwonjoo tersenyum sambil memperhatikan betapa cekatan perawat itu saat mengganti infusnya. "Aku hanya tidur terlalu awal dan akhirnya terjaga."

"Seandaikan saya punya banyak waktu luang, saya pasti tidak keberatan menemani anda di sini."

"Terima kasih. Aku senang mendengar niatmu."

"Anda terlihat seusia dengan putriku, tapi sekarang putriku harus tinggal bersama suaminya. Melihat anda berada di sini membuat rindu saya cukup terobati, namun tetap saja anda harus segera sehat dan keluar dari tempat ini."

Kwonjoo merasa hangat mendengar cerita itu. Seandaikan kedua orang tuanya masih ada, mungkin Kwonjoo akan merasa lebih bahagia.

"Nah, sudah selesai."

"Terima kasih banyak."

"Kalau begitu haruskah aku panggilkan teman anda di luar untuk menemani anda disini?"

Part Of Your SymphonyWhere stories live. Discover now