lied

44 7 4
                                    

∆∆∆
Dimulainya konflik

-------

.
.
.

Solar membolak balikkan kertas yang diberikan Halilintar, Sebuah tulisan tentang Angkara dan sketsa wajahnya. Ia berjalan lamban sambil sesekali menggaruki lehernya, masih bingung dan merasa buntu tentang apa yang harus dilakukan.

Thorn melompat dari belakangnya, menepuk pundaknya.
"SUUNSHINE LALA LA~ mau kemana?"
Ucapnya dengan sedikit mengejek.

Solar yang sedang fokus dengan bukunya dan selembar kertas dari Halilintar tersentak, ya.... Siapa yang gak kaget coba, kalau telinganya diteriakin tiba-tiba.

Ah, lelahnya..... Berurusan dengan si peri hutan ini.

Solar tak memberikan reaksi, hanya menggoyangkan pundaknya supaya lepas dari cengkraman tangan Thorn.

"Ke tempat Ice". Jawabnya singkat.

Maklum, lagi pusing.

"Itu apa yang kamu bawa? Mau liat boleh? Ei! Kayak ada gambarnya! Aku mau liat, aku mau liat!". Dengan antusias ia mengucapkan, setelah tak sengaja melihat sketsa yang dibuat Halilintar.

"Ga boleh!"

"Kenapa gaboleh?!"

"Nanti bareng yang lain!"

"Aku duluan bisa lah....!"

"Nanti ih! Kamu gabisa sabar apa?"

"Engga~ engga bisa~ makannya pinjemin duluan!"

"Nanti kok!"

"Ayolah, udah kebelet liat......"

"Ga boleh!"

"Ayolah Solar~"

"Dibilang enggak kok!"

"Ah, yaampun mereka ini" . Gempa yang melihat pertengkaran kecil mereka tersenyum.

Tanpa Solar dan Thorn sadari, mereka sudah ada di depan pintu ruangan Ice.

Solar yang tak memperhatikan jalan tersandung, membuat mereka berdua terjatuh dan menabrak pintu itu.

"Ini salahmu ya!"

"Kok aku? Salahmu yang ga mau minjemin kertasnya lah!"

"Essshhh!!". Solar mengusap-usap kepalanya yang terbentur pintu tadi, sementara Thorn memegangi hidungnya, wajahnya terjerembab ke bebatuan bersalju di seberang pintu.

"Aaaiiih. Dingin banget! Mataku beku!"

Solar segera memungut bukunya dan bangkit, ia mengoral matanya malas dan menepuk-nepuk pakaiannya yang ditempeli banyak salju.

Tanpa memperdulikan Thorn yang tengah terduduk sambil mengeluh, ia segera beranjak ke tempat yang dia tuju, yaitu kemah di tepi danau yang biasa menjadi tempat Ice untuk hibernasi (tidur maksudnya).

"Ei! Sunny, tungguin!"

~×~

Tak terlalu jauh mereka berdua berjalan, sekarang sudah hampir sampai.

"Sunny beneran ga mau kasih liat?"

"Aku harus bilang keberapa kalinya hah?"

Hei, ternyata mereka masih membahas hal itu juga.

"Ayolah, Sunshine~ kamu itu ternyata pe....... Lit......"
"So- Solar......"

"Apa?"

Hei, hei! Apa-apaan ini?!.

TRIAL : rebellion of chaos (AU: Infected, Origin, Seprated, Kingdom, Spirit, DB)Where stories live. Discover now