【11】A Traitor

36 5 0
                                    

Terjadi kehebohan di kediaman Cassander ketika Lucian tiba-tiba jatuh pingsan selama beberapa saat. Rupanya ketika jiwanya dipanggil Lelia ke dasar laut, tubuhnya tak ubah seperti cangkang kosong. Cassander sampai panik setelah salah seorang kesatria yang memeriksa Lucian berkata kalau Lucian tidak bernapas.

Semua baru terlihat lega ketika kedua mata Lucian terbuka dan napasnya kembali normal. Cassander nyaris terduduk lemas jika salah seorang kesatria tidak menopangnya.

“Sialan kau Lucian, kau membuatku nyaris terkena serangan jantung,” makinya diliputi rasa lega. “Yara tidak akan tinggal diam jika terjadi apa-apa padamu, dan seluruh kota Marmoris akan berduka.”

Lucian terbatuk pelan. Ia meraba batu naga yang tersembunyi di dalam jubahnya. Untunglah mereka belum memindahkan tubuh Lucian atau membuka jubahnya, ia benar-benar bisa mati karena telah mengambil batu safir itu.

Lucian meminta maaf dengan isyarat, dan berkata kalau ia ingin segera pulang karena merasa tubuhnya tidak sehat. Cassander langsung mengiyakan tanpa banyak bertanya.

Di perjalanan pulang tepat ketika Lucian turun dari perahu, seekor elang terbang ke arahnya dan mengepak-ngepakkan sayapnya di depan wajah Lucian yang membuat lelaki itu terkejut bukan main hingga nyaris terjatuh.

“Itu Ace ketua. Sepertinya dia membawa pesan,” kata Rune, agak geli melihat Lucian ketakutan melihat elang. Padahal biasanya Lucian menatap elang-elangnya seperti sedang menatap anak ayam.

Pesan?

Bukankah dalam film-film biasanya burung merpati yang dijadikan alat untuk berkirim pesan? Kenapa harus elang? Burung itu terlalu menyeramkan untuk Lucian.

“Tuan, ada pesan penting dari North.”

Lucian mematung mendengar sebuah suara asing mengalun di telinganya. Ia celingukan, tetapi di sana hanya ada dirinya, Rune dan seorang pengemudi perahu. Tak ada siapa pun lagi kecuali ...

“Tuan?”

BURUNG ITU BERBICARA!

Masih dalam keadaan syok, Lucian menatap burung itu tak percaya, sedangkan sang burung hanya menelengkan kepalanya bingung.

“Sepertinya kabar tentang anda yang kehilangan ingatan itu benar, Anda terlihat sangat terkejut.”

Lucian menoleh ke belakang, dan mendapati Rune yang malah menatapnya bingung. Lalu burung elang bernama Ace itu memberitahu kalau hanya Lucian yang bisa mendengar suaranya.

Aku lupa kalau keluarga Lawford bisa berkomunikasi dengan hewan.

Lucian menghela napas kemudian menyuruh Rune pergi, sementara dirinya berjalan ke arah paviliun. Ace terbang mengikutinya, seperti seekor merpati kecil yang penurut, padahal penampilannya sangat menakutkan. Bagaimana pun elang adalah salah satu hewan yang menempati puncak piramida makanan. Lucian merasa waswas, takut tiba-tiba burung itu mematuknya—meski ia tahu kalau Ace tak mungkin melakukannya.

Lucian membuka gulungan kecil begitu ia sampai di paviliun. Isinya sederet tulisan asing yang entah bagaimana caranya bisa Lucian pahami. Tulisan itu berbunyi: Kita tak bisa menundanya lebih lama lagi.

Serta merta kening Lucian berkerut, ia sama sekali tak mengerti apa maksud dari pesan itu, dan dengan polosnya ia bertanya pada Ace.

“Penyerbuan kota Marmoris,” jawab burung itu.

“Penyerbuan? Apa maksudnya?”

“Rencana Anda untuk melenyapkan kota Marmoris.”

“MELENYAPKAN?” pekik Lucian tak tertahan. Ia berharap ia salah dengar, tetapi burung itu tetap mengatakan hal yang sama meski Lucian menyuruhnya untuk menjawab kembali pertanyaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Into The New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang