2

45 10 2
                                    

2k+ words :)

***

"Kamu janji gak bakal teriak?" tanya laki laki itu dengan suara pelan dan parau.

Sunoo menganggukkan kepalanya perlahan dan berharap ia segera dilepaskan.

Perlahan laki laki itu melepaskan tangannya dan membiarkan Sunoo meloncat ketakutan menjauh darinya. Sunoo membalikkan tubuhnya dengan sisa keberaniannya.

Sunoo merasa familier dengan laki laki itu. Dia!!!!! Buronan ganteng itu.

Sorot matanya yang tajam kini terlihat ketakutan. Pakaiannya kumal dan basah. Matanya melirik liar kesana kemari. Sekarang Sunoo tau darimana asal jejak lumpur di lantai kamar nya ini.

Sunoo melirik senjata yang di pegang laki laki itu.
Pisang?!!!!!
Sunoo melongo. Ia berhalusinasi. Mana mungkin buronan seperti dia membawa pisang sebagai senjata.

Sunoo mengerjapkan matanya berulang kali. Berharap dapat melihat kenyataan di depannya. Namun bentuk pisang itu tidak berubah menjadi pistol atau pisau. Warna tetap kuning cemerlang. Bukan hitam atau abu abu mengkilap.

Laki laki itu tampaknya menyadari keanehan yang dirasakan Sunoo. Ia mengikuti pandangan Sunoo, ke arah tangannya yang menggenggam buah kuning itu. Ia meringis kecil, senyumnya amat sangat terpaksa. Ia menyodorkan pisang itu ke Sunoo.

"Maaf, saya mengambil dari lemari es, hanya untuk gertak, takut kamu teriak" katanya.

Sunoo mengambilnya, kemudian menjauh lagi dari si laki laki buronan. Ia masih tak percaya dengan alasan mustahil itu. Kalau Sunghoon datang dan menodongnya dengan pisang, Sunoo percaya jika pacarnya itu hanya bercanda. Tapi buronan yang ada dihadapannya sekarang tentu tidak akan bercanda dengan orang yang tidak ia kenali seperti Sunoo.

Di koran bahkan sudah di sebutkan angkatan bersenjata pusat dan daerah sudah memasukan laki laki itu ke dalam salah satu target yang berbahaya dan harus segera di tangkap.

"Ma.. Mau apa kamu?" bisik Sunoo takut. Laki laki itu mendekat membuat Sunoo meloncat ke belakang.

"Jangan mendekat!! Nanti aku teriak!"

Gertakan itu berhasil membuat laki laki tersebut berhenti dan tampak panik melihat ke arah jendela dan pintu berualng kali. Mungkin ini saat yang tepat untuk teriak, namun lidah Sunoo terasa kelu mengeluarkan suara selain bisikan takut.

"Maaf saya bikin kamu takut, saya gak tau lagi harus kemana. Sudah tiga hari ini saya berkeliaran di jalanan, sampai akhirnya saya menemukan perumahan ini" kata laki laki itu menjelaskan.

Sunoo mendengar nada sedih dalam suaranya. Apakah ia berhalusinasi lagi? Tapi sepertinya tidak. Ia baru menyadarai bahkan sedari tadi ia tidak merasa berhalusinasi atau berfatamorgana. Semua ini nyata. Dan laki laki buronan itu berdiri kurang lebih 2 meter di depannya.

Sunoo langsung luluh melihat sorot mata laki laki buronan itu. Sorot yang penuh perasaan tertekan pada wajah yang kotor dan cekung. Wajahnya berbeda dengan yang di surat kabar Ian. Kenyataannya, laki laki itu terlihat lebih berantakan, lebih liar, lebih berandal.

Sunoo bego! Jangan percaya omongan nya! Dia buronan! Pembunuh! Nanti kalo kamu di bunuh gimana?!!!

"Kamu..... percaya sama saya?" tanya laki laki itu ragu.

Sunoo merasakan tatapan memohon dari matanya. Sunoo berusaha menghilangkan perasaan iba di hatinya. Namun sulit.

"Kamu mau apa?" tanya Sunoo pelan. Suaranya masih gemetar.

Laki laki itu menunduk. "Saya..... Tidak tahu. Tidak ada yang bisa saya minta tolong. Tidak ada yang bisa membantu saya menuntut kebenaran"

"Maksud kamu.... Kamu gak bersalah?"

D'Buron || [On Going]Where stories live. Discover now