04 Bekal

1.4K 152 0
                                    

Vote, komen, and happy reading 🖤
.
.


Pagi-pagi sekali terdengar suara keributan dari dapur. Tentu saja pelakunya adalah Haechan, ia sedang memasak bekal untuk seseorang. Dan sayangnya keributan di dapur membangunkan Ten dan juga Johnny.

Kedua orang tuanya itu baru saja terlelap jam 3 tadi, tapi pukul 5 pagi keributan oleh Haechan mengusik tidur mereka.

Johnny baru pulang tadi malam dari perjalanan bisnisnya. Dan sudah pasti ayah dan bundanya itu berbagi kehangatan di ranjang, dan sebab itu Haechan jadi bangun cepat karena sulit tidur mendengar suara eksotis keduanya.

Doakan saja Haechan tidak diberikan adik dadakan diusianya yang hampir 18 tahun ini.

"Bear, kamu ngapain sih?" Suara berat Johnny lebih dulu menyapa Haechan. Si manis terkejut melihat penampilan ayahnya.

"Ayah! Astaga, pakai baju! Cupangan bunda kelihatan tuh!" heboh Haechan. Astaga orang tuanya ini kadang tak tahu tempat kalau sudah berbagi kehangatan. Johnny dan Ten memang tak pernah malu soal kemesraan atau hal-hal yang menjurus urusan ranjang dihadapan putranya.

Tapi masalahnya Haechan tertekan.

"Bagus kan karya bunda kamu?" balas Johnny santai.

"Ya Tuhan kenapa bapak hamba gini amat," keluh Haechan.

"Mandi sana Jo," usir Ten. Gitu-gitu Ten juga malu dengan anaknya. Johnny terkekeh pelan, lalu mengecup bibir Ten sekilas dan beranjak ke kamar untuk mandi.

"Mesra-mesraan terus, ingat udah punya buntut," ledek Haechan. Ten tertawa kecil, lalu melihat aktivitas Haechan di dapur.

"Bekal buat siapa?" tanya Ten.

"Buat calon mantu bunda," balas Haechan.

"Siapa?"

"Anak sulungnya bubu Taeyong." Ten seketika mengerutkan kening heran. Maksudnya Mark Jung? Astaga sejak kapan anaknya ini suka dengan Mark, perasaan dulu Haechan kalau sudah terlibat hubungan asmara ini tak pernah memberitahu Ten, tapi kenapa dengan Mark ia bicara terang-terangan?

"Kamu serius?" tanya Ten.

"Emang muka aku keliatan bercanda, bund?" balas Haechan.

"Enggak gitu, kamu beneran suka sama Mark? Selama ini kamu nggak pernah cerita apa-apa kalau suka sama orang." Haechan tertawa pelan, benar. Biasanya Ten akan tahu, jika Haechan sudah putus saja. Itupun kalau Ten memergokinya menangis. Memang cinta monyet remaja itu membuat Haechan sedikit lebay. Tapi tak apa Haechan menikmati semua pengalamannya.

"Karena Mark nggak suka sama aku, jadi aku harus bikin dia suka sama aku bund. Nah tujuannya adalah bunda kan kenal akrab sama bubunya, bisa deh jadi perantara aku buat modus," seru Haechan.

"Licik banget," komen Ten.

"Oh harus dong, anak bunda ini jenius." Ten tertawa lalu mengusak rambut coklat Haechan pelan.

"Bund, Jeongin apa kabar ya?" Suasana mendadak berubah setelah Haechan memberikan pertanyaan.

"Dia pasti bahagia disana Chan, dia udah ketemu mamanya," balas Ten, matanya ikut tersenyum sendu. Ten tak pernah membenci kehadiran dua orang itu dikeluarganya. Justru Ten bersyukur pernah menjadikan Jeongin dan ibunya keluarga mereka. Ten juga menyayangi pemuda manis itu, sama seperti rasa sayangnya pada Haechan.

"Kalau aja adek masih ada, aku sama dia pasti bakal berangkat sekolah bareng bund," tutur Haechan.

"Sstt udah, perlahan kita harus ikhlasin adek ya. Kamu nggak mau kan adek sedih?" Haechan menggeleng, lalu memeluk Ten. Keduanya sama-sama rindu, akan sosok manis yang menjadi kesayangan di keluarga Seo.

Puzzle Piece | MarkhyuckWhere stories live. Discover now