Kebingungan Mas Jamal

85 11 0
                                    

Sesuai yang dicemaskan oleh isi otak Jamal, yang tak sebanding dengan kepercayaan diri segunung sang hati. Mama Gigi berubah menjadi dingin, walau wanita itu juga yang membukakan pintu untuknya.

Netra sang Mama sempat membelalak antara terkejut atau kesal, juga menjadi tambahan topik bahan berkecamuk hati. Asing terasa pekat walau situasi dan tempat dia rindu-rindukan, sedari melakukan pemotretan di luar negeri.

Jamal menatap sendu sang Mama yang berfokus pada makanan, sembari hening tanpa percakapan apapun. Jamal berdecak kesal di tengah keheningan kala suara notifikasi handphonenya mengusik.

Instagram
imnotyourmine
| Are you still in Chicago? (Apakah kau masih di Chicago?)
| May I have your personal number?  Ah, I asked Johnny but the man pretended not to listen and read my message. (Bolehkah saya minta nomor pribadi Anda?  Ah, aku bertanya pada Johnny namun pria itu pura-pura tidak mendengarkan dan membaca pesanku.)
| Excuse me Sir (Permisi, Tuan).

Sang kepala keluarga terlebih dahulu melirik sang istri, yang melirik ke arah sang pemilik handphone dengan notifikasi mengisi ruang makan. Dehaman sang kepala keluarga membuat fokus berpusat padanya. Kecuali satu orang yang panik dengan handphone, ntah apa isinya pun mereka juga penasaran. Mama Gigi kian menusukkan netra tanpa diketahui sang objek. Tak berhasil mengusik sang objek membuat dehaman kembali terulang.

"Jamal Malik Ahmad!" teriak si sulung mewakili teguran.

Sukses. Akhirnya sang pemilik nama menatap ke tengah meja, dimana sang Papa duduk tengah menatapnya berang. Air liur spontan dia teguk kasar, kala perasaan siaga dan pemikiran buruk terbesit. Jamal menatap seluruh penghuni meja, agaknya menanti alasan sang papa berubah ekspresi.

"I--iya?" tanya Jamal gugup.

Papa Raffi menopangkan dagu di atas meja, mengetuk-ngetukkan jemari di meja. "Mas."

"Ada apa, Pa?"

"Yang belum selesai makan malamnya sambung saja di meja taman belakang. Mengerti?"

Mama Gigi sebenarnya belum menghabiskan makan, walau hanya sebatas tersisa sedikit saja. Tetapi melihat alarm siaga berdering membuat Mama Gigi mengabaikan urusan makanan. Juan, Rafathar, dan Rayyanza yang makanan masih tersisa banyak seketika patuh dengan beralih ke taman belakang.

"Katakan Mas selagi ketiga adikmu sudah tidak di sini."

Kesal telah dibohongi putranya memang masih tersisa sedikit. Tetapi rasa penasaran dan curiga juga membuat wanita berbuntut lima, itu tetap menyimak walau tak menatap putra keduanya walau sekilas. Pupus sudah harapan Jamal apabila, sang Mama akan menatap meyakinkan atau penasaran dengan dirinya. Melihat sang Mama yang acuh membuat Jamal menggelengkan kepala pertanda tak apa-apa.

Dimas melirik sang adik. Dia yang terlampau sering dengan sang adik, walau saat menjadi idol berbeda kamar tak membuat dia lupa kebiasaan sang adik. Dimas menatap cemas dan penasaran sang adik. Dia harap urusan dengan kedua orangtuanya dapat segera selesai , sehingga dapat segera bertanya sebelum rasa kantuk bersarang.

"Mas baik-baik aja, Pa. Mas, hanya sedikit lelah saja."

"Lelah karena kau berdusta pada Mama juga Mas. Bilang lusalah minggu depan namun nyatanya mana? Kau baru pulang kemarin bukan?"

Jamal menundukkan kepala sebagai bentuk rasa bersalah. "Ma--maaf, Ma."

Mama Gigi menghela nafas kasar dan memilih kembali membisu. Papa Raffi menghela nafas panjang, kala melihat kekesalan sang istri.

"Lelahkan Mas? Beneran lelah? Kalau lelah tidurlah lebih awal malam ini. Aa juga tidur saja tidak apa-apa. Besok--"

"Besok cuma meeting di rumah bisa kok, Pa."

Papa Raffi menghela nafas panjang kembali lalu menganggukkan kepala. "Ya sudah istirahatlah kalian."

Dimas dan Jamal menganggukkan kepala patuh, lalu berpamitan menuju ke kamar. Kamar yang bersebelahan membuat si sulung, berujung menarik sang adik agar berbincang di balkon.

"Jujur ke gue, Mal. Lo kenapa? Gue yakin lo sembunyikan sesuatu. Apa yang lo lakukan selama pemotretan?"

Jamal menatap kosong langit gelap malam, segelap isi otak dan hati saling beradu agar selaras. "Gue dikenalin sepupunya Johnny pas di Chicago, A."

"Terus masalahnya?"

"Gue suka tuh cewek. Gue pengen kenalin ke Mother tapi ragu karena udah bohongi Mother. Belum lagi penampilan nih cewek yang hm... Terbuka. Gue takut Mama Gigi malah makin kesal. Dan nyalahin nih sepupu Johnny kalau alasan gue kelamaan kerja."

Dimas mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Netranya yang terpejam sembari membayangkan posisi dimaksud sang adik, membuat dia juga spontan mengusap dagu bingung.

Pandawa Lima Where stories live. Discover now